A/N : Ff ini membutuhkan daya ingat yang kuat dari pembaca, juga kekuatan dalam mencerna alur cerita. Terima kasih & selamat membaca~
'Aku terjebak di restauran Jepang karena hujan salju, dan bodohnya aku melupakan mantelku dalam taksi yang aku tumpangi tadi. Jadi.. bisakah kau datang ke sini untuk membawakanku mantel, Tae?'
'Apapun untukmu. Tolong tunggu aku, aku akan cepat'
Taehyung mengetuk-ngetukan sebelah kakinya ke permukaan lantai setelah berhasil mengirim pesan pada kekasih tercintanya. Ia sedang berpikir, bagaimana cara mendapatkan mantel untuk kekasihnya? Ia sedang berada di luar dan tentu semua mantel-mantelnya berada di apartemennya. Jika ia pulang maka itu akan memakan waktu lama karena jarak apartemennya cukup jauh dari tempatnya berada kini dan itu akan membuat kekasihnya menunggu lama.
Otak Taehyung terus berputar untuk mencari solusi terbaik dari hal ini.
Sesaat setelahnya raut wajah kebingungannya tergantikan dengan wajah cerah. Dengan cepat Taehyung langsung mengirim pesan pada seseorang.
'Tolong bawakan aku mantel, cepat'
'Ah Tae? Kau dimana?'
'Di restauran xxx'
'Baik, aku akan cepat. Tunggu aku sayang'
Taehyung menyeringai. Ternyata berguna juga orang ini.
Setelah selesai dengan segala urusannya Taehyung langsung melanjutkan memakan makanannya kembali. Ia terlibat obrolan yang sangat menyenangkan bersama teman-temannya dan terkadang mereka akan tertawa terbahak atas lelucon yang dilontarkan oleh salah satu diantara mereka. Contohnya seperti sekarang, Taehyung tertawa renyah saat temannya mengaku pernah menyukai kambing kakeknya bernama poop. Astaga... itu sungguh gila sekali bagi Taehyung.
"Taehyung"
Taehyung tersentak saat mendengar namanya dipanggil.
"Ah? Jungkook? Mana mantelnya?"
"Sedang ku pakai"
Dahi Taehyung mengerut saat melihat mantel yang Jungkook pakai. "Kenapa tak bawa dua? Lalu bagiamana kau nanti? Tapi yasudahlah, cepat berikan mantelnya padaku"
Taehyung segera menerima mantel yang Jungkook sodorkan padanya.
"Cepat pakai sayang, kau pasti kedinginan"
Alis Taehyung terangkat dengan mata mengerjap. "Ah... tidak tidak, ini bukan untukku, tapi untuk seseorang"
Tangan Taehyung langsung sibuk membereskan barang-barangnya diatas meja lalu ia masukkan ke dalam ranselnya, mengabaikan Jungkook yang kini sedang terpaku dengan pikiran dan hati yang berkecamuk.
"Teman-teman... aku pergi dulu"
Dengan terburu Tehyung segera melangkah pergi namun tangannya malah dicekal oleh Jungkook.
"Tak mau mengantarku pulang dulu?"
Dahi Taehyung berkerut kesal. Apa-apaan ini? Ia sedang dalam keadaan mendesak namun si Jungkook itu malah ingin merepotkannya? "Aku tak bisa, pulang saja sendiri. Ada bus kan, jadi jangan manja"
Dengan penuh kejengkelan Taehyung segera menghempas tangan Jungkook yang masih memegang lengannya. Setelah itu ia segera melangkah keluar Restauran.
"Aku tak tahu lagi jika tak ada kau Tae, mungkin aku sudah mati membeku. Terima kasih, kau memang yang paling sempurna untukku"
"Mungkin aku memang hanya tercipta untukmu, Jim"
"Kkk, gombal"
"Tapi itu memang kenyataan, kan?"
"Iya iya..."
Taehyung melangkah menuju Jimin yang kini sedang berdiri didepan jendela sambil melepaskan mantelnya.
Taehyung tersenyum bahagia. Bahagia karena ia memiliki pasangan seperti Jimin, laki-laki manis bak malaikat. Taehyung merasa menjadi manusia paling beruntung di dunia karena hal itu.
Kedua lengan berototnya melingkari pinggang ramping Jimin, memeluknya erat hingga tubuh mereka begitu menempel satu sama lain. Bibir kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu kini sedang sibuk tersenyum, sesekali terdengar mendesah nyaman saat ternyata berbagi suhu tubuh saat musim dingin seperti ini begitu terasa nikmat.
Jimin memejamkan mata sambil kedua lengan mungilnya memegang lengan Taehyung yang melilit dengan apik di perutnya. Ia merasakan zona yang begitu nyaman saat Taehyung berada didekatnya, dalam peluknya. Kim Taehyung, laki-laki sempurna yang ia cintai secara diam-diam selama lebih dari lima tahun ini kini akhirnya bisa ia miliki. Walau kepalanya sadar, jika hal ini adalah salah.
Nyatanya Kim Taehyung adalah kekasih dari sahabatnya, Jeon Jungkook.
Tapi kali ini Jimin tak mau peduli, ia ingin egois. Karna ia sudah lelah jika harus terus mengalah dari sahabatnya itu, ia juga ingin bahagia bersama laki-laki yang ia cintai selama ini.
"Jim.. aku ingin bercinta lagi denganmu"
Siapa yang mau menolak bercinta dengan seseorang yang amat kau cintai? Bahkan Jimin tak punya kuasa untuk menolak hal itu, kepalanya segera mengangguk. "Apapun untukmu, Tae. Lakukanlah"
Ia rela, menjual tubuhnya untuk Kim Taehyung. Hanya untuk lelaki itu.
Dan hari itu mereka bercinta dengan rasa egois yang terselip dihati masing-masing, juga setitik rasa bersalah yang diam-diam menyelinap dihati keduanya. Ya, mereka tau ini salah. Namun keegoisan yang mereka miliki jauh lebih besar dari rasa bersalah itu sendiri. Terutama Jimin, dia sama sekali tak ingin menyesali apapun atas pengkhianatan yang telah ia lakukan. Ia sama sekali tak ingin menyesali apapun. Karna yang terpenting kini, adalah kebahagiaanya. Walau harus mengorbankan kebahagiaan sahabatnya sendiri.
Karna Jeon Jungkook hanyalah penghalang yang tak harus dipedulikan.
Saat keduanya telah mencapai kepuasan, seperti biasa Taehyung langsung memunguti pakaiannya lalu memakainya kembali. Mencium dahi Jimin yang kini sudah terlelap akibat kelelahan lalu menyelimuti laki-laki manis yang kini sedang bertelanjang itu, setelahnya ia segera pergi menuju kediaman Jeon Jungkook.
Ya, ia hanya merasa harus menemui pacar sungguhannya itu.
"Hhh, aku lelah" setelah mengucapkan itu Taehyung segera menidurkan kepalanya dipaha Jungkook yang kini sedang terduduk disofa. Karna tubuhnya terasa lelah akibat kegiatan panasnya bersama Jimin, maka ia langsung jatuh terlelap.
Dan Taehyung tak menyadari, bahwa kini Jungkook diam-diam menangis. Karna matanya menemukan banyak kissmark yang terbubuh ditubuhnya akibat kegiatan sex yang telah ia lakukan.
Bersama Jimin.
Sahabat dari kekasihnya sendiri.
Dan Jungkook tak mengetahui hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Cinta Dia [VKOOK]
FanficJungkook menggigit bibirnya, terlampau sakit melihat perubahan yang sangat menonjol pada kekasihnya. Kekasihnya yang dulu selalu bertutur kata lembut padanya, selalu menatapnya penuh afeksi, selalu memperlakukannya penuh kasih sayang kini telah beru...