Sore hari, saat kelas Jungkook beberapa belas menit lagi akan dimulai, laki-laki manis itu terus mondar-mandir mencari sosok sahabatnya.
Selalu begini, dan itu sudah menjadi kebiasaan Jungkook. Saat dirinya sedang kesusahan, ia pasti akan selalu mencari Jimin. Bahkan sudah menjadi reflek Jungkook hingga otaknya tak pernah sempat memikirkan jalan keluar untuk dirinya sendiri dan malah memilih untuk berteriak memanggil-manggil nama Jimin.
"Kemana anak itu? Ya ampun..." Jungkook menggigit-gigit kukunya lalu mendesah lega saat sosok sahabatnya akhirnya muncul dibalik koridor. Jungkook mengernyit saat melihat cara berjalannya yang aneh, tapi ia memilih berlari menghampiri Jimin yang kala itu sedang sibuk meminum coklat panas.
"Jimin...! Bagaimana ini...?!"
Jimin mengedarkan matanya ke kanan dan ke kiri untuk melihat teman-teman kuliahnya yang ada dikoridor, ia menunduk malu saat mereka kini sibuk menatap dirinya akibat teriakan bocah menyebalkan itu.
"Kau membuatku malu, Jungkook." Desis Jimin dengan wajah kesal saat Jungkook sudah berada didepannya, namun Jimin mengerjapkan matanya saat melihat raut wajah serius atau yang lebih tepat raut ketakutan dari sahabatnya itu. "K-kau... kenapa?"
"Jim.. aku bingung, bagaimana ini? Aku tak membawa tugas makalah dari dosen Ahn. Bisa mati aku, Jim. Bisa mati aku. Bisa-bisa aku diturunkan ke semester awal lagi oleh dosen killer itu. Bagaimana Jim? Ia akan murka jika aku tak menepati janji untuk mengumpulkan tugasnya hari ini, bagaimana Jim? Aku harus bagaimana? Dosen itu tak mentolerir keterlambatan walau hanya seperkian sekon saja. Ia membenci mahasiswa yang tak disiplin. Bagaimana ini Jim? Bagaimana? Aku harus bagaimana? Jim... Aku harus bagai--"
"Yak! Hentikan! Sudah cukup kau memberondongiku dengan kata bagaimana!"
Wajah Jungkook mengusut, ia hampir mati ketakutan lalu bukannya membantu, Jimin malah memarahinya. Jika ia wanita, mungkin ia sudah menangis sekarang. Jalan pikirannya terasa buntu.
"Ini! Dasar teledor! Untung aku sempat ke apartemenmu tadi"
Wajah Jungkook langsung berubah cerah, hujan badai diwajah manisnya kini sudah tergantikan oleh hiasan pelangi yang begitu indah. Ia memekik senang lalu menerima makalah miliknya yang untungnya sudah dibawakan oleh Jimin.
Jungkook langsung memeluk Jimin erat hingga saking eratnya membuat Jimin meringis sesak.
"Terima kasih, Jim. Terima kasih... terima kasih telah menyelamatkan masa depanku, aku tak akan kembali ke semester awal lagi. Terima kasih banyak, ah... Aku benar-benar tak bisa membayangkan jika hidupku tanpamu, kau sangat berharga, aku sangat menayayangimu Jim..."
Dan Jimin harus mendesis kesal saat Jungkook memonyongkan bibir untuk menciumnya, ia langsung mendorong wajah sahabatnya itu.
"Sayang sih sayang Kook! Tapi jangan menciumku juga! Bagaimana jika--" Jimin mengedarkan pandangannya pada orang-orang yang sedang berlalu lalang di koridor tempatnya berpijak,"--mereka berpikir yang iya iya tentang kita berdua?"
Jungkook menggendik acuh lalu langsung berlari hendak menuju kelasnya. "Terima kasih Jimin...! Sampai bertemu nanti..!"
Jimin tersenyum tipis lalu membalas lambaian Jungkook padanya, namun setelah beberapa lama... tangannya melayu diikuti wajahnya yang kini menyendu. Ia bergumam lirih. "Kau harus membiasakan hidupmu tanpaku, Jungkook"
.
.
.
Jam terlihat menunjukan jarumnya ke angka satu siang, tapi keadaan sekitar sudah seperti hampir menuju malam. Awan terlihat mendung sambil menangiskan jutaan kepingan salju putih ke atas bumi Seoul. Terlihat cantik, tapi membuat banyak senyuman orang sirna karena kini bibir mereka lebih sibuk bergelatuk menahan dingin. Pun dengan Jungkook, ia sibuk menggosok-gosokan kedua tangannya mencoba menahan dingin dengan bibir terus bergelatuk dan hampir membeku jika saja ia tak menjilatnya dengan lidah hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Cinta Dia [VKOOK]
FanfictionJungkook menggigit bibirnya, terlampau sakit melihat perubahan yang sangat menonjol pada kekasihnya. Kekasihnya yang dulu selalu bertutur kata lembut padanya, selalu menatapnya penuh afeksi, selalu memperlakukannya penuh kasih sayang kini telah beru...