11. Mulai berubah?

1.8K 87 0
                                    

"Udah makan Zla?"

"Udah Ma, beli di kantin tadi. Tapi belum makan siang."

"Mama masakin ya."

"Nggak usah Ma, Mama duduk sini aja."

Shilla yang tengah duduk dan bersandar di kepala ranjang tersenyum. Ia menatap putrinya yang tengah mengerjakan pr di sampingnya. Entah mengapa Hizla terlihat benar benar tidak bersemangat. Itu membuatnya menjadi merasa khawatir.

"Hizla, kamu kenapa si?" Tanya Shilla lembut.

Hizla berhenti menulis, ia menutup bukunya lalu menatap sang ibu. "Hizla cuma bingung aja Ma."

"Emang bingung mikirin apa?"

"Bukan apa apa kok."

Shilla tersenyum. "Sekarang main rahasia rahasiaan ya."

"Ih, nggak gituu Maa..."

"Hizla."

Shilla dan Hizla menengok ke pintu. Terlihat Aland lengkap dengan pakaian kantornya dan tas di tangannya. "Udah makan?"

"Belum makan siang dia Pa."

"Papa beli makan tuh di meja, kamu makan sama Azriel ya."

Hizla berdiri. "Iya Pa." Hizla berjalan mendekati Aland, lalu mencium tangan Papanya itu. "Papa pasti mau nyuapin Mama kan? Biar romantis gitu." Bisiknya.

Aland hanya terkekeh lalu mengacak acak puncak kepala putrinya. "Jangan ganggu ya." Balas nya asal.

"Pake lilin Pa biar nambah romantis." Celetuk Hizla lalu berlalu menuju ruang makan.

.

Hizla dan Azriel sudah selesai makan. Mereka duduk di karpet yang berada di dekat ranjang milik Azriel.

"Abang kenapa bisa sakit sih?"

"Ya nggak tau lah dek."

"Makanya jangan minum es terus." Ujar Hizla mengingatkan sang Abang seolah olah Azriel masih kecil. Azriel hanya terkekeh lalu ia menyandarkan punggungnya di ranjang. "Kamu pulang sama siapa dek?"

"Nevin." Jawab Hizla yang tengah membaca sesuatu di ponsel yang ia pegang.

"Kamu nggak main petasan Zla?"

"Males bang Hizla, nggak mood."

"Semoga gini terus. Amin."

"Apaan dah, doanya masa gitu." Hizla mengerucutkan bibirnya. "Ya Allah, semoga abang Azriel Jeremy Sadoch cepet punya pacar amin." Sindirnya.

***


Hari ini terasa sangat sepi, tidak ada yang bermain seperti biasanya di depan rumah. Nevin sedang duduk di balkon sekarang. Matanya menatap balkon kamar Hizla. Apa gadis itu baik baik saja?

Nevin memang merasa aneh sendiri. Dari kemarin dirinya selalu bertanya tanya. Kenapa ia semakin suka dengan sikap sikap Hizla? Padahal misi awalnya hanya sekedar dekat dan berteman tanpa ada rasa suka kan? Tapi mungkin saja besok perasaannya akan berubah lagi. Ia mengharapkan hal itu. Bersikap untuk biasa biasa saja di depan Hizla bahkan terasa sulit. Apalagi dengan pernyataan Devan tadi di sekolah, kalau wajah Nevin tidak bisa menipu.

Nevin mengetikkan sebuah pesan, kemudian ia kirim.

Jelita Sadoch

HizlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang