1. Hizla si pintar

3.9K 125 1
                                    

Sebelum berangkat ke sekolah Hizla sarapan bersama keluarga kecilnya, masih terdengar biasa. Tapi disini agak berbeda, Papa Hizla yang bernama Aland, selalu memeriksa tas Hizla. Siapa tau gadis ini membawa barang yang aneh aneh, seperti petasan.

Saat melihat di semua bagian tas itu, Aland tak menemukan sesuatu yang tidak di inginkan. Dan ia mengembalikan tas pink imut itu ke gadis yang sedang menyantap sarapannya.

"Hizla berangkat bareng abang ya?" Pinta gadis berhidung mancung itu.

"Nggak! Abang nggak ada kelas pagi dek."

"Santai dong.." Dengan wajah sedikit kesal Hizla menengok ke Papanya, ia menatap Papanya dengan tatapan penuh arti.

"Iya, adek sama Papa."

Wajah Hizla langsung sumringah, dengan senyuman lebar diwajah cantiknya. "Sip mantap!" Serunya.

.

Hizla sudah selesai makan, dan sekarang tinggal menunggu sang Papa selesai sarapan. Hizla menengok ke Azriel-Abangnya, yang terlihat beranjak dari duduknya. Dengan senyuman jahat Hizla membuntuti Azriel. Sampai dikamar Azriel, Hizla langsung mengucapkan keinginannya, dan memasang ekspresi wajah yang pas.

"Abang Azriel Jeremy ganteng Sadoch, Hizla minta uang boleh....?"

Azriel tersentak kaget kemudian ia berbalik badan dan langsung melihat Hizla dengan puppy eyes. Menyebalkan! Kenapa adiknya seperti ini?

"Buat apa si dek?" Tanyanya lalu duduk di pinggir ranjang dengan menatap adiknya. "Kalo buat beli petasan nggak abang kasih."

"Nah kan, su'udzon... mulu. Hizla tu ya mau beli novel tapi uangnya kurang gitu." Tutur Hizla.

"Hmm," Azriel mengangguk - anggukan kepalanya. "Uangmu berapa?"

"Lima ribu, hehe."

"Sama aja 99% dari abang dong?"

"Iya yang ini murah kok, Hizla minta seratus lima puluh aja."

"Nah, banyak amat." Azriel mengambil dompetnya di atas nakas. Ia mengeluarkan uang seratus lima puluh ribu dan memberikannya kepada Hizla a.k.a adik tercintah.

"Makasih Abang Azriel Jeremy ganteng Sadoch." Ucap Hizla lalu mencium pipi kanan abangnya.

"Berapa coba harga novelnya?"

"Seratus ribu, hehe."

"Sisanya buat?"

Hizla berlari kencang keluar kamar Azriel sambil berteriak, "buat beli petasan lah.... nanti kan ada dedek emesh."

Dedek emesh yang Hizla maksud adalah sepupu kecilnya yang nanti akan datang ke rumah ini.

Azriel berdecak.

"Ck! Hizla!!!! Astaga, adek gue."

* * *

Hizla berjalan di koridor yang sudah ramai ini. Ia melihat kesana kemari. Banyak siswa dan siswi mengobrol di luar kelas sambil menunggu bel masuk. Hizla tersenyum setiap ada yang menyapanya.

"Hai Hizla." Sapa seorang laki - laki yang tidak Hizla kenal.

"Hai Eza, Eza kan?"

"Ee, gue Refal."

"Ooh maaf ya, Hizla kira Eza mirip soalnya." Ujar Hizla yang sebenarnya juga tak tau siapa Eza.

.

Hizla melanjutkan jalannya, dengan berjalan santai. Ia menaiki tangga dengan hati - hati. Siapa yang tau? Ia sering terjatuh di tangga ini. Memang menyebalkan. Walau Hizla tau kalau yang salah itu dirinya karena tidak berhati hati, tapi ia tak mau tau ia selalu menyalahkan tangganya.

HizlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang