18. Lukisan

1.5K 62 5
                                    



"Hai." Dengan senyuman. Cowok yang membawa sesuatu di tangannya, menatap Hizla yang tampak bingung saat membuka pintu dan melihat cowok ini.

"Ha..i." Hizla mengalihkan pandangannya ke benda yang Nevin bawa. "Mau ngapain?" Tanyanya.

"Looking for happiness."

Hizla mengerutkan dahinya. "Jadi? Nevin mau ngapain?"

"Ngajak lo melukis." Cowok dihadapan Hizla mengangkat peralatan melukis tepat didepan wajah Hizla. Hizla tersenyum tipis.

"Oke, let's try."

Hizla mempersilahkan Nevin masuk kedalam dan mengajak cowok itu ke taman belakang rumahnya. Sedikit lucu melihat Nevin seperti ini. Tetangganya itu benar - benar melakukannya! Nevin benar- benar akan membantu Hizla mencari cara untuk bahagia.

"Lo sendirian di rumah?"

"Enggak, Mama ada masih istirahat."

"Oh.."

"Jangan takut sama bang Azriel ya? Please?"

"Gue nggak takut kok, gue tau dia orang nya baik."

"Sip mantap!"

Nevin menatap Hizla yang sedang melihat - lihat peralatan melukis yang ia bawa. "Lo nggak takut sama gue?"

Hizla mendongak. "Nggak, alhamdulillah."

Nevin terkekeh mendengar jawaban Hizla. "Serius." Lanjut Hizla.

"Iya, lo keliatan serius kok." Nevin meletakan easel untuk memasang kanvas di hadapan Hizla yang duduk di tepi gazebo besar yang berada tak jauh dari teras belakang rumah ini. "Hm, sekarang lo punya supir?" Tanya Nevin basa - basi.

"Enggg.. nggak sekarang sih, dari dulu pak Anto juga udah jadi supir pribadi keluarga Hizla. Tapi karna anaknya waktu itu kecelakaan dan koma. Pak Anto nggak bisa bolak - balik ke rumah sakit terus kerumah Hizla, jadinya libur kerja dulu sampe anaknya bangun dan sembuh."

'Kecelakaan'

Nevin menjadi teringat beberapa waktu lalu. Namun ia segera menggelengkan kepalanya untuk cepat - cepat melupakan hal itu lagi.

.

"Coba gambar sketsanya dulu." Nevin mengarahkan Hizla. Walau ia tidak tau banyak tentang melukis tapi ia sangat suka hal yang berbau seni. "Hizla mau lukis apa coba?"

"Mana gue tau, tiba-tiba biru gitu."

"Hizla mau lukis air tumpah."

Nevin mengehela nafasnya panjang. Gadis ini memang tak akan berubah.

"Suka - suka Hilza."

Hizla hampir menyatukan alisnya. "Hizla Nevin! Hiz....la...." Kenapa tetangganya ini sulit sekali mengucapkan namanya dengan benar?

"Susah sumpah." Nevin meyakinkan Hizla, entah karena lidah Nevin yang tidak bisa atau karena memang sulit menyebutkan nama itu.

"Kaya Lena, Bobby sama Iqbal aja." Tangan Hizla yang memegang kuas masih sibuk memoleskan warna biru dengan bentuk, entahlah itu bentuk apa.

"Kenapa mereka?"

"Ya karena sama-sama nggak bisa bilang Hizla, makanya mereka manggil Hizla kak Jelita." Ujar Hizla.

Nevin hanya ber-oh-ria dan mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menatap kanvas yang ia bawa tadi, yang sekarang sudah di lukis oleh Hizla. Cowok itu pun diam dan menunggu Hizla menyelesaikan lukisan air tumpah-nya, hingga beberapa menit.

HizlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang