33. Tidak ingin

965 53 7
                                    

Enjoy!

.

Nevin masih menatap Hizla yang melamun memandangi bunga di taman belakang rumahnya ini. Gadis itu tak mau menemani atau bahkan mengunjungi Azriel dirumah sakit, entah apa alasan Hizla. Mungkin ia masih belum percaya kalau Abangnya dibawa kerumah sakit. Tadi terlalu tiba-tiba.

"Lo sekarang mau disini aja?"

"Hizla pusing."

"Yaudah tidur dikamar atas sana." Suruh Nevin, kemudian ia mendongak menatap langit yang terlihat gelap. "Mendung tuh, buruan, nanti hujan." Lanjut Nevin sambil menarik tangan Hizla.

Hizla hanya mengangguk dan mengikuti Nevin berjalan masuk kedalam rumah cowok itu. Ia benar - benar merasa khawatir dengan keadaan Azriel, namun ia takut melihat abangnya terbaring diranjang rumah sakit. Bukan takut, tapi tidak tega.

"Hizla, kamu udah tenang? Istirahat dulu yuk." Ajak Charissa sambil memeluk pundak Hizla.

"Pusing Ma, katanya." Ujar Nevin.

"Yaudah, tidur dikamar yang samping kamar Nevin ya?"

Hizla tersenyum tipis, lalu mengangguk kecil. "Iya Tan."

"Ayo, Tante anterin."

"Nggak usah Tan, Hizla udah ngerepotin Tante dari tadi. Maaf ya Tan." Ucap Hizla sembari menempelkan punggung tangan Charissa ke keningnya. Charissa terkekeh. "Enggak Hizla, kamu nggak ngerepotin sama sekali. Udah yuk."

Hizla mengangguk.

Charissa mengantarkan Hizla ke kamar. Nevin diam sambil memperhatikan punggung Mamanya dan Hizla, yang sekarang tengah berjalan menaiki satu persatu anak tangga.

Ia menghela napasnya panjang.

Kling

Nevin mendapat notifikasi chat dari seseorang. Iya, Steffany.

Stefany

Meira pengen ketemu sama Hizla besok, gimana?

Ga bisa

Kenapa? Besok sekolah libur

Ga bisa

Kasih alasan bisa?

Ga

Nevin menutup ponselnya, kemudian memasukkan benda persegi panjang itu kedalam saku celana. Ia berjalan menaiki anak tangga dengan sedikit cepat. Kemudian, cowok itu masuk kedalam kamar tanpa menutup pintu.

Hujan sudah turun sekarang, Nevin berharap tak ada gemuruh petir. Iya, Hizla pasti akan sangat ketakutan. Mungkin ketakutan Hizla terhadap petir akan bertambah karna kejadian waktu itu.

.

Disisi lain, Hizla tengah duduk bersandar di ranjang. Ia menatap keluar sana, hujan turun. Ia menghela napasnya panjang. Tak ada tanda tanda akan menjadi hujan petir.

Gadis itu menatap layar ponselnya. Ia berinisiatif untuk menghubungi Arkan, hanya untuk sekedar bertanya. Apakah kakak kelasnya itu tahu tentang hal ini?

Kak Arkan

Kak Arkan..

HizlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang