Blessed

1.4K 94 12
                                    

Setelah tidak sadarkan diri selama tiga hari dan menjalani perawatan intensif, akhirnya Bu Gen bisa melaksanakan operasi hari ini.

Iyyah duduk di bangku depan ruang operasi penuh kecemasan. Mulutnya tak henti-henti melafalkan doa untuk sang ibu yang sedang berjuang di dalam sana.

Dia sendirian, Aslan sudah kembali ke Indonesia tanpa memberi penjelasan kenapa dokter muda itu harus pulang lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

Suasana sangat hening dan mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana sangat hening dan mencekam. Iyyah merasa sepi tanpa ada Aslan yang biasanya selalu menemani gadis itu.

Si princess yordan pun melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Pukul tiga dini hari.

Sudah sejak tiga jam yang lalu operasi berlangsung. Tapi tidak ada seorang dokter atau perawat yang menghampirinya untuk memberitahu keadaan sang ibu.

Gadis itu semakin kalut, jantungnya berdebar tak karuan.

Apa operasinya berhasil?

Apa ada kendala?

Ya Allah, tolong selamatkan umi.

________________

"Ms. Geni's Family?"

Iyyah yang hampir terpejam segera bangkit saat seorang suster menghampirinya.
"Yes." Sahut gadis itu antusias.

"Ms. Geni will soon be moved to the ward.  Congratulations, the operation was successful." Suster itu tersenyum pada Iyyah.

"O-oh. Yeah, Tha-thank you so much." Mata bulat Iyyah berkaca bahagia.

Suster tadi hanya meangguk kemudian kembali ke dalam ruang operasi.

"Alhamdulillah.." Iyyah bergumam penuh rasa syukur.

Rasa bahagia tak terkira memenuhi relung hati gadis itu. Setelah menunggu berhari-hari akhirnya operasi berhasil dilaksanakan.

Tuhan menjabah doa-doanya. Uminya akan segera sembuh, dan dia akan segera kembali ke Indonesia dan menemui saudara-saudaranya.

________________

"Umi pingin cepet-cepet ketemu sama yang lain." Wanita itu berucap dengan suara seraknya.

Iyyah yang sedang mengupas Apel menoleh kemudian tersenyum.
"Satu minggu lagi kita bisa pulang ke Indonesia mi. Dan kemoterapi nya akan dilanjutin disana." Kata gadis itu

Bu gen tersenyum hangat.
"Maafin umi ya, jadi bikin kalian repot."

Iyyah menggeleng cepat.
"Umi gak pernah ngerepotin kita. Udah kewajiban kita sebagai anak buat ngerawat umi."

"Umi bahagia. Dikaruniai sebelas anak yang sayang sama umi.."

Iyyah meletakkan pisaunya dan beralih memeluk sang ibu dari samping.
"Umi sayang sama kita dari kita masih ada di dalam pertu. Jadi udah kewajiban kita buat menyayangi umi juga." 

"Makasih Iyyah."

Iyyah mengangguk kemudian melepaskan pelukannya.

"Umi makan buah dulu ya. Biar cepet pulih tenaganya.." Iyyah menyodorkan sepiring kecil berisikan potongan apel untuk uminya.

Tapi wanita itu menolak.
"Umi.. pingin video call sama yang lainnya."Pintanya.

"Oke." Iyyah menagguk.

______________

Sohwa terisak pelan, ia tidak bisa untuk tidak menangis kali ini.

Iyyah baru saja selesai melakukan viideo call dengannya. Melihat wajah ceria sang adik dan wajah lembut ibunya di seberang sana membuat hati Sohwa sakit, kenapa?

Karena dia harus berbohong, mengatakan kalau saudaranya yang lain sedang pergi berlibur dan dia tidak ikut karena ada tugas kuliah.

Padahal dirinya sudah tidak lagi berada di bangku kuliah, Fatim dan Fateh sedang berjualan sandwich, dan Saaih yang bekerja di sebuah restaurant cepat saji dekat rumah mereka.

Serta lima saudaranya yang berada di kota sebelah, entah sedang melakukan apa.

Dia berbohong karen tidak ingin membuat pikiran Iyyah atau pun uminya terbebani. Sohwa juga berharap, semoga setelah Iyyah dan Umi kembali ke Indonesia, keluarganya sudah dalam keadaan membaik.

Disisi lain dia juga merasa sangat bahagia, uminya sudah sembuh dan mulai mengingat kepingan-kepingan masalalu yang sempat wanita itu lupakan.

Uminya akan kembali, mungkin dia akan lebih kuat setelah itu.

______________

Atta menatap sang adik yang kini duduk di hadapannya.

"Aku sama mbak Anna udah punya rencana. Tapi cuma lima puluh persen kemungkinan berhasilnya." Ujar Thariq.

Atta mengangguk paham.
"Semoga berhasil." Ucapnya lirih.

"Aku bakal usahain ini supaya berhasil. Kita butuh keadilan bang."

"Yeah. Abang juga berharap banget rencana ini berhasil. Jangan lupa buat selalu berdoa." Sang kapten menepuk bahu adiknya.

Thariq tersenyum meyakinkan Atta.
"Oh iya, umi udah selesai di operasi, katanya seminggu lagi pulang ke Indonesia." Ucap Thariq memberitahu. Tadi, Sohwa yang memberinya kabar.

"Alhamdulillah..."

"Tapi, apa umi tahu keadaan Abi sama Abang?" Tanya lelaki itu khawatir.

"Kalau soal Abi, umi ingat. Kalau soal abang, umi belum tau. Lebih baik jangan dikasih tahu dulu karena takutnya umi malah down."

"Yaudah. Abang selalu berdoa supaya kita bisa kumpul kayak dulu lagi. Semoga semua masalah ini cepet selesai."

Thariq menatap Atta sedih. Ya, dia juga menginginkan hal itu. Bahkan mereka semua sangat menginginkan hal itu.

Keutuhan keluarga.

_____________

Saaih mencuci piring-piring kotor dengan perasaan kalut.

Wajah gadis ceria pemilik senyuman semanis madu itu menganggu pikirannya sejak beberapa hari lalu.

Bahkan setelah pertemua terakhir mereka, Saaih merasa ada yang aneh dalam dirinya.
Seperti tumbuh sebuah rasa yang selalu membuatnya gelisah. Juga Khawatir tentang bagaimana keadaan gadis itu membuat Saaih benar-benar pening.

Apa dia sudah sadar?

Apa dia masih berada di rumah sakit?

Akh! Saaih rasanya ingin berlari ke Jakarta dan menemui putri Ardana itu.

Tapi tentu saja tidak mungkin.

Saaih hanya bisa berharap dan berdoa, semoga semua masalah keluarganya akan segera selesai dan mereka bisa kembali ke Jakarta.

Karena dia merasa harus tau, rasa apa yang sebenarnya tumbuh dalam relung hatinya itu.

______________



Wahh pangeran sasquad kayaknya jatuh cinta nihhh wkwk:v

Heyoo apa kabar readers kesayanganku eaaa???

Btw, jangan lupa vote dan komennya gengs❤️❤️❤️

Maaci❤️

 Kesebelasan tanpa pelatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang