Arjuna's secret

1.4K 99 18
                                    


Sudah seminggu sejak perpisahan mereka.
Waktu terasa berjalan sangat lambat tanpa adanya kehangatan yang biasa tercipta diantara 11 bersaudara itu.

"Pertama Abi, kedua bang Atta, ditambah umi, terus Kak Iyyah pergi ke Jerman. Eh sekarang kita harus pisah sama lima lainnya." Fateh berceloteh sambil membungkus sandwich buatannya.

Fatim yang juga melakukan hal sama dengan Fateh, menghentikan kegiatannya.
"Nanti, pasti kita bisa kumpul bareng lagi. Semuanya! Gak ada yang kurang." Ujar gadis itu.

Fateh menatap Fatim lesu.
"Nantinya kapan?"

"Nanti kalau Allah udah berkehendak. Yang penting kan kita udah berusaha, takdir tetep ditangan yang maha kuasa."

Fateh tersenyum saat Fatim mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Kakaknya itu selalu saja terlihat tenang dan tangguh, padahal hatinya juga sama rapuh seperti Fateh.

"Keadaan mereka gimana ya kak?" Fateh kembali melihat Fatim.

Gadis itu menghela nafas gusar. Ia juga tidak tau bagaimana keadaan saudara-saudaranya yang lalin.

"Kakak juga gak tau teh." Aku Fatim sedih. "Tapi, kita tetep doain mereka supaya mereka selalu baik-baik aja. Walaupun jarak misahin kita, jangan biarin hal itu bikin kita jadi pecah. Kita harus tetep sama-sama dalam ikatan doa, kita gak boleh berhenti saling ngedoain dalam kebaikan." Nasehat gadis itu pada adiknya yang kini berkaca-kaca.

"Ateh yakin, pasti kita semua bakal bisa bersatu lagi. Karena sebenernya, kita ini satu jiwa yang terbagi jadi sebelas." Bocah lelaki itu kemudian memeluk sang kakak erat.

Ia tidak menginginkan perpisahan lagi. Semua sudah cukup menyakitkan. Fateh akui, dia begitu lelah untuk bertahan dalam masalah.
_______________

Setelah satu minggu berdiam diri dirumah, Sajidah akhirnya memutuskan untuk pergi ke toko kue. Mengambil beberapa kue kering yang sekiranya masih layak dijual. Karena keuangan semakin menipis.

Perempuan jangkung itu melakukannya dengan terburu, khawatir seorang anak buah Ardana akan melihatnya. Ia tidak mau membuat yang lain repot kalau sampai dia tertangkap.

Sajidah memang tidak bersalah, tapi seorang Reza Ardana berotak picik itu pasti akan membawanya. Memisahkan dia dengan saudara-saudaranya. Karena yang pria bengis itu inginkan adalah, kehancuran keluarga Halilintar.

Untuk itu Sajidah berusaha secepat mungkin. Ia tidak ingin membuat masalah menjadi semakin runyam.

"Alhamdulillah." Sajidah bernafas lega saat ia keluar dari toko.

Kantong plastik besar berisikan kue-kue kering ia letakkan dilantai sementara dia mengunci pintu toko.

"Halilintar.."

Deg.

Tangan Jidah yang baru saja memutar kunci mendadak kaku saat suara pria dibelakangnya menggumamkan namanya.

Perempuan itu terdiam mematung. Jantungnya berdetak hebat. Lidahnya terasa kelu tak bisa berkata.

"Akhirnya kita ketemu juga." Suara bariton kembali menusuk indera pendengaran Jidah membuat perempuan itu semakin takut untuk menoleh.

"Cantik juga.."

Sajidah langsung mebalikan badan saat pria itu menyentuh salah satu bahunya.

"Siapa kamu?!" Meski suaranya bergetar, Sajidah tetap berusaha terlihat berani.

"Mau kenalan dulu?" Goda pria berpenampilan khas preman itu. Wajahnya ditindik dibeberapa bagian. Juga tato pada lengannya yang membuatnya semakin terlihat menakutkan.

 Kesebelasan tanpa pelatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang