Lupa ingatan

2.1K 111 9
                                    


Saat ini Gen halilintar sedang berkumpul di kediaman keluarga Alfan.
Mereka semua sudah tahu tentang kondisi umi yang mungkin lupa ingatan. Bahagia sekaligus sedih meyelimuti 9 bersaudara itu yang kini sedang duduk cemas di ruang tengah.

Mereka sudah mencoba untuk bertemu dengan umi, tetapi...
Umi belum ingin menemui siapapun.

Mereka pun mau tidak mau kembali menelan rasa rindu yang sudah menggebu gebu itu.
Yang bisa mereka lakukan sekarang adalah menunggu kepulangan kakak Alfan untuk mengetahui bagaimana kronologinya sampai umi mereka bisa tinggal bersama keluarga ini.

"Maaf menunggu lama" seorang lelaki baru saja masuk dengan jas putih di tangan nya.
Semua kompak melihat ke arah lelaki itu yang tak lain adalah kakak dari Alfan.

"Nggak apa-apa" ucap Sohwa mewakili yang lain.

Lelaki itu tersenyum ramah, dan segera duduk di sebelah Alfan. Sebelum kakaknya tiba dirumah, Alfan sudah menelfon lelaki itu dan memberi tahu tentang keluarga pengasuh adiknya ini.

"Jadi kalian keluarga ibu Gefa?" Tanya lelaki itu menatapa GH bergantian.

GH mengangguk kompak.

Alfan sudah bercerita tentang panggilan keluarganya kepada umi GH itu.

"Jadi, dimana pertama kali anda menemukan ibu kami?" Tanya Thariq yang tak sabaran.

Aslan, kakak dari Alfan berdeham pelan
dan menghela nafas sebentar.

"Sekitar tujuh bulan lalu, saya di tugaskan untuk menangani korban kecelakaan pesawat di daerah pelosok...

"Tuh berarti benar itu umi!" Celetuk Fateh heboh membuat yang lain menatapnya horor.

"Emm... sorry" ujar bocah itu kikuk.

Aslan tersenyum dan kembali bercerita.

"Rumah sakit disana kekurangan dokter dan obat-obatan. Rumah sakit tempat saya bekerja akhirnya mengirim beberapa dokter termasuk saya serta obat-obatan untuk pasien disana" GH mendengarkan cerita Alfan dengan serius diselimuti ketegangan dan hati yang terus berdebar-debar.

"Kemudian setelah tiga hari saya disana, ada satu pasien yang sadarkan diri pasca satu bulan koma. Saya benar-benar takjub dan segera menghampiri pasien tersebut yang tak lain adalah ibu Gefa"

Aslan menarik nafas pelan.

"Saya mengajaknya bicara dan ibu Gefa belum mau merespon selama dua hari. Dia juga tidak mau bertemu dengan siapapun selain dengan suster yang merawatnya" Aslan menjelaskan semua yang terjadi tanpa ditutup- tutupi.

"Di hari ke tiga, ibu Gefa sudah mau menjawab saat saya bertanya apakah dia sudah makan dan minum obat. Hari itu dia terlihat sangat baik dan sudah tidak membutuhkan infus lagi, ibu Gefa pun diizinkan turun dari ranjang rumah sakit dan jalan-jalan di sekitar taman. Entah kenapa saya sangat ingin sekali memperhatikan gerak gerik beliau waktu itu" Kenangan saat Aslan pertama kali bertemu dengan umi GH itu pun kembali terngiang di ingatannya.

"Lalu apa yang terjadi lagi dengan umi?" Tanya Jidah karena Aslan cukup lama menjeda ceritanya.

"Saat saya mulai menanyakan hal yang cukup serius, ibu Gefa mengeluh pusing dan kemudian pingsan. Hari itu saya belum tahu kalau ibu Gefa mengalami amnesia retrograde, karena saya bukan dokter yang menangani ibu Gefa pertama kali"

Perih. Hati GH serasa di sayat membayangkan betapa menyedihkan nya umi mereka saat itu. Saat keadaannya sangat memprihatinkan anak-anak nya tidak ada disisi umi.

"Saya akhirnya bertanya pada dokter yang sejak awal menangani ibu Gefa, ternyata beliau mengalami amnesia Retrograde sehingga sebagian besar ingatan nya hilang. Dan saat itu saya baru sadar kalau saya belum sempat menanyakan nama beliau, dan ya beliau tidak mengingat namanya sendiri"

 Kesebelasan tanpa pelatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang