Jalan keluar

2K 110 17
                                    

"Gimana?" Thariq melihat adik dan kakaknya bergantian.

Lelaki itu meminta pendapat semua saudaranya dan akan mengambil jalan keluar yang terbaik untuk umi.

"Kita gak punya tabungan. Biaya operasinya pasti mahal banget" Iyyah yang pertama kali bersuara.

Ekonomi mereka memang tidaklah sebaik dulu. Sekarang semuanya serba pas-pasan dan meski begitu mereka tetap bersyukur.

Yang lain diam. Menimang nimang apa pendapat yang akan mereka suarakan.

"Gimana kalau kak Jidah jual aja toko kuenya?" Sajidah memberikan usul.

"Jangan!" Sergah Saaih cepat, membuat yang lain menatap remaja botak itu.

"Kenapa?" Tanya Jidah heran.

"Bakalan susah dan pasti lama kejualnya. Lagipula toko kue kak Jidah itu penghasilan terbesar keluarga kita" jawab Saaih. Dan yang lain mengangguk setuju.

Ya, lelaki baru dewasa itu ada benarnya juga.
Semenjak Sajidah memiliki toko kue, ekonomi keluarga mereka memang cukup membaik dibanding saat pertama kali mereka ditinggalkan oleh umi dan abi.

"Apa gak sebaiknya kita kasih tahu abi dulu soal ini?" Sohwa menatap saudara-saudaranya.

"Lebih baik jangan dulu. Takutnya abi jadi makin kepikiran dan sakit" Ujar Thariq.

"Tapi abi harus tahu!" Sohwa bersikeras.

Thariq menghela nafas pelan.
"Kak, nanti kalau kita udah nemuin jalan keluar yang terbaik, baru kita kasih tahu abi soal ini" Ujar Thariq dan Sohwa memilih diam.

Thariq berusaha bersikap sebijak mungkin, dia adalah pemimpin di keluarganya. Dia tidak ingin melakukan hal ceroboh dan membuat kesalahan lagi, dia akan melakukan yang terbaik untuk keluarganya. Untuk itu dia berusaha memikirkan dengan matang, apa jalan yang sebaiknya mereka ambil untuk kesembuhan umi, meskipun kepalanya begitu terasa pening memikirkan semua ini.

"Gimana kalau kita pinjam uang sama tante Gina?" Iyyah memberikan usul.

"Setuju! Tante Gina adik kandung umi kan, pasti dia dengan senang hati bantu kita dan umi" Seru Fateh semangat.

Thariq menimang-nimang usul adik-adiknya. Ya, bisa saja mereka meminjam uang kepada Gina. Tante Gina adalah saudara kandung umi mereka, pasti wanita itu tidak keberatan untuk membantu. Lagipula wanita itu seringkali menawarkan bantuan tetapi mereka selalu menolaknya karena marasa masih mampu memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

"Tante Gina gak mungkin bisa minjamin kita uang sampai milyaran kan?" Thariq menyorot manik sendu Iyyah. Iyyah terdiam tidak tahu harus menjawab apa.

"Operasinya belum tentu sampai milyaran kan?lagipula dokter Aslan bersedia nanggung biaya transport umi buat pergi ke jerman" Fateh kembali bersuara mewakili Iyyah.

"Operasinya emang belum tentu sampai milyaran. Tapi kebutuhan umi selama disana? Penginapan, makan, dan kebutuhan sehari hari lain nya pasti banyak. Belum lagi obat yang nanti harus dibeli setelah operasi" balas Thariq. Lelaki itu sudah memikirkan semuanya.

"Umi juga gak mungkin pergi sendiri kan, salah satu dari kita harus ada yang nemenin umi disana" Sohwa menimpali.

Yang lain kembali diam. Berpikir lagi untuk benar-benar menemukan jalan terbaik.

"Kira-kira berapa lama umi disana?" Tanya Saaih di tengah keheningan.

"Dokter Aslan bilang kurang lebih satu bulan. Soalnya umi harus menjalani beberapa kemoterapi setelah operasi buat bener-bener mulihin ingatan nya" Jawab Jidah sesuai dengan yang tadi Aslan katakan.

 Kesebelasan tanpa pelatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang