Bang Atta?

2.1K 99 10
                                    


Setelah menempuh perjalanan yang menegangkan dan bertaruh nyawa itu, akhirnya Fateh dan Alfan sampai di rumah sakit tempat Fatim di rawat.
Fateh dan Alfan segera bergegas menuju ruang icu, karena jam jenguk ruang icu hanya tersisa dua puluh menit.

Saat mereka melewati taman rumah sakit, Fateh yang berjalan terburu tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Bocah lekaki itu memperhatikan dua orang yang sedang berbincang di salah satu bangku taman. Fateh memicingkan mata menatap dua bahu yang sedang membelakangi dirinya.

"Kayaknya nggak asing" batin Fateh.

"Woy teh!" Alfan yang sudah berada jauh di depan Fateh pun kembali mundur menghampiri Fateh yang terdiam di belakangnya .

"Ayo buruan! Jam jenguk nya hampir habis" Alfan menarik paksa lengan kanan Fateh tetapi Fateh menepisnya kasar.

"Diem dulu!" Titah Fateh pada Alfan.

"Ck! Ngapain sih lo?" Alfan kesal pada Fateh yang tiba-tiba menyuruhnya diam di koridor rumah sakit seperti ini, padahal tadi Fateh sendiri yang bersemangat sekali ingin cepat sampai di rumah sakit.

"Shuttt!" Fateh memberikan isyarat pada Alfan agar diam.
Alfan pun berdecak kesal dengan kelakuan Fateh yang membuatnya bingung sendiri.

Fateh kembali memperhatikan dua orang tadi sembari menebak nebak dalam hati.

"Bang Thariq? Tapi... sama siapa ya?"

"Kayak....

"Emm...

"Bang....

"Atta?....

"Teh ayo cepetan!" Alfan kembali menarik lengan Fateh yang sedang melamun.

Fateh yang sedang terdiam pun tersentak. Tetapi Bukan nya menjawab ajakan Alfan, Fateh justru berlari ke arah taman. Alfan yang tidak mengerti dengan apa yang akan Fateh lakukan pun memilih meninggalkan Fateh, bocah lelaki itu akhirnya bergegas menuju ruang icu sendirian, tanpa Fateh yang entah kenapa malah berlari ke arah taman.

***

"Jagain yang lain, jangan sampai ada yang bernasib sama kayak Fatim"

"Pasti bang" sahut Thariq pada seorang lelaki di sebelahnya.

Lelaki itu berpakaian serba hitam, lengkap dengan headban, masker dan kaca mata yang juga serba hitam.

"Kapan abang pulang ke rumah?" Tanya Thariq pada lelaki itu.

"Nanti kalau urusan nya udah selesai, pasti abang pulang" Jawabnya.

Mereka belum sadar kalau seorang bocah lelaki sedang memperhatikan mereka.

"Adek-adek ngiranya abang ninggalin mereka, kayaknya mereka benci sama abang" Thariq menatap lelaki itu sendu.

Lelaki itu menghela nafas berat.
"Abang pingin kasih tau ke mereka, tapi gimana? Yang ada mereka malah pingin ikutan terlibat dalam hal ini, ini terlalu bahaya. Kalau gagal kita semua masuk penjara"

"Coba bang, jelasin ke mereka kalau ini bahaya, supaya mereka nggak mau ikut terlibat" Saran Thariq.

Lelaki itu mendesah pelan.

"Gimana cara ngasih tau nya? Kamu tahu kan mereka semua keras kepala, mereka nggak akan takut sebahaya apapun itu selagi hal itu bisa membebaskan abi. Mereka pasti akan lakuin apapun untuk abi, sekalipun resikonya masuk penjara. Abang nggak mau nanti malah bertengkar sama mereka kerena abang ngelarang mereka ikut terlibat dalam hal ini. Jadi cukup abang sama kamu aja yang ngejalanin misi ini" Ujar lelaki itu panjang lebar.

 Kesebelasan tanpa pelatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang