Mendadak rasa menyesal kembali menyesaki rongga dadanya. Membangkitkan ingatan-ingatan lama hingga--rencana mengunjungi wahana permainan bersama Heejin pun gagal terlaksana. Keluar dari kafe, Yoongi kembali implusif mengikuti perasaannya.
Dia sedang ingin sendiri. Maka menyuruh Heejin pulang lebih dahulu.
Daftar kegiatan pulang bersama pun tercoret secepat itu.
Untungnya Heejin mengerti tanpa perlu banyak tanya, dia angkat kaki tanpa menuntut sedikitpun penjelasan.
Sementara Min Yoongi sendiri pergi menuju taman kota yang menyimpan banyak ingatan--yang harusnya jadi kenangan manis di sana. Yoongi tahu dengan datang ke sini bukan cuma bernostalgia bersama kenangan indah, Yoongi juga pasti lebur bersama serangkaian luka yang akan diingat setiap jengkalnya.
Meski tahu begitu, Yoongi tetap datang dan melakoni paradoks dalam dirinya.
Yoongi tidak pernah menangis. Bahkan saat kematian Ayahnya setahun lalu, lelaki Yoon adalah satu-satunya anggota keluarga yang tidak menitihkan air mata sampai detik pemakaman beliau.
Sejauh ini Yoon adalah pria tegar, jika ibu, kakak perempuan dan adik lelakinya menangisi kepergian Ayah, maka Yoongi menekan air matanya hanya agar tidak tumbang saat menjadi bahu tangis orang-orang yang Yoon cintai.
Namun ingatan Ia pernah meninggalkan seorang yang Ia sayangi dalam kondisi terpuruk hanya demi sejumlah uang pengobatan sang ayah.
Menjadi paradoks yang berkepanjangan bagi Yoongi yang harus menyesal atau bahagia karena dengan begitu Ayah dapat bertahan jauh lebih lama dari vonis sebelumnya, meski ajal tetap menjemputnya.
Dan rasanya membuat pengorbanan Min Yoongi dua kali lipat lebih sia-sia dari sebelumnya.
“Mianhae. Mianhae, Di mana pun kamu berada Lya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
poѕт ιт: мιn yoongι ✔️
Fanfiction|| ᴊᴜᴛᴀᴀɴ ᴘᴏsᴛ ɪᴛ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴɢɪɴɢᴀᴛᴋᴀɴ ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ sᴇᴏʀᴀɴɢ ᴍɪɴ ʏᴏᴏɴɢɪ. sɪɴᴄᴇ 02 ғᴇʙʀᴜᴀʀɪ - 22 ᴍᴇɪ 2020