3.3 POST IT•MYG

1K 97 9
                                    

Dia adalah gadis penyuka minuman buble gumy yang terkadang merangkap jadi maniak vanilla.

Yoon masih ingat, seharian penuh dia menemani gadis itu memenuhi semua list vanilla nya. Membeli minuman rasa vanilla. Eskrim vanilla lalu memesan cake varian vanilla. Donut vanilla. Dan lain sebagainya hingga mereka berakhir di toko parfum.

Akhirnya Yoon tahu, asal wangi yang menenangkan dari gadisnya berasal dari sini. Lagi-lagi Vanilla. Ternyata bebauan yang Yoongi sukai adalah wangi Vanilla.

Namun bukan karena semerbak vanilla yang membuat Yoon jatuh cinta. Dia sudah menyukai gadisnya sebelum mengetahui bau harum ini adalah vanilla.

Kim Lya, gadis penyuka buble gumy dan vanilla sekaligus pecinta warna merah namun sangat takut melihat darah.

Paradoks lainnya adalah; Kim Lya yang takut melihat darah perlu pergi ke dokter setiap sebulan sekali untuk transfusi darah.

Sebuah penyakit yang membuatnya harus melakukan itu, lantas dengan alasan bertahan hidup maka Kim Lya mau melawan rasa takutnya.

"Yaaa! Min Yoongi!"

Saat itu Yoongi hanya menatap gadis berponi berbingkai lensa yang makin membuatnya terlihat sangat cantik dan menggemaskan, Yoon tidak pernah mengutarakan pandangannya tersebut lewat raut wajah kagum--maka jangan harapkan mulut Yoon memuji Kim Lya secara langsung.

"Coba gerakan mulutmu dan katakan bahwa aku cantik." Kim Lya, gadis itu menunggu.

Yoon sudah mengatakan hal tersebut jauh dalam hatinya. Tak perlu lewat kata bersuara, Yoon sudah mengagumi Kim Lya tanpa repot membuka mulut.

"Kalau mengatakan aku cantik terlalu sulit, coba katakan bahwa Kim Lya sangat wangi vanilla, Yoongi suka, Yoongi suka..." Dia masih belum menyerah, Kim Lya mengatakannya sambil bertepuk tangan girang seolah tak pernah ada penyakit bersarang di tubuhnya.

Beda lagi dengan Yoongi yang sehat, lelaki itu berekspresi datar, seolah membuat satu ekspresi saja akan menyedot habis energinya, maka dari itu Yoon jelas makin tidak mau menghabiskan tenaganya dengan berjingkrak
pun bertepuk tangan kegirangan, sebab sekali lagi, Yoon sudah mengatakan apa yang diminta Lya dalam hatinya.

"Ayo pulang," ajak Yoongi berdalih.

Dibalik lensa tipis manik Kim Lya tertangkap jelas menyorot kesal objeknya.

Yoongi lupa, Lya bukanlah tipe gadis yang menurut dengan mudah.

Menjadi objek tatapan kelereng bulat itu, Yoongi mendadak terkekeh kecil, Kim Lya sangat menggemaskan jika sedang marah.

Yoon menghentikan gelak kekehnya lalu menatap Lya. "Ayo pulang," ajak Yoon sekali lagi. "kenapa diam saja?" Mata Yoongi bergulir bingung lantaran tatapan heran Lya yang dicetuskan tepat padanya.

"Karena kau baru saja tertawa."

Yoongi terdiam.

"Yoon kau tertawa," imbuh Kim Lya lebih bahagia ketimbang diberi macam varian makanan vanilla.

"Aku sungguhan melihat senyummu."

Yoongi mengerjap, "Ayo pulang!" ajaknya segera.

Kim Lya tidak menolak saat Yoongi menautkan jemarinya menuntun gadis itu pergi dari toko parfum dan pulang seraya masih berkata, "Yoon, Kau tersenyum..."

Yoongi melirik Kim Lya. "Iya, aku tersenyum. Mengapa?"

Kim Lya dengan wajah paling ceria menyurutkan dulu kekehan bahagianya sebelum melengkungkan senyum manis sambil menyorot tulus mata obsidian Yoongi yang jernih.

"Min Yoongi tampan. Sangat! Rasanya aku tidak perlu transfusi darah lagi untuk bertahan hidup. Kim Lya hanya perlu melihat senyum Min Yoongi."

Mendengar penuturan tersebut ujung bibir Yoon bergerak-gerak gatal sebelum sempurna membuat senyum yang lebih bebas, tanpa sebuah pertahanan, juga bukan sebuah garis paksaan.

Hari itu Min Yoongi bahagia senyumnya menjadi alasan seorang bertahan hidup.

Sayangnya, saat itu Yoongi memilih pergi.

poѕт ιт: мιn yoongι ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang