Rumah sakit tempat Ayahnya dirawat sama dengan rumah sakit tempat biasa Kim Lya melakukan transfusi darah.
Kali ini Yoon tidak akan menemui gadisnya. Dia datang hanya ingin menitipkan surat pada dokter yang menangani Kim Lya.
"Sungguh tidak mau menemani pacarmu lagi di dalam? Hanya menitipkan ini?" goda dokter wanita itu, memberi kesan gemas pada sikap remaja seawam Yoon tentang apa namanya itu hubungan
Remaja Yoon menggeleng, menyegerakan pamit seraya menghitung langkah pergi, sebab semakin banyak langkanya maka sebanyak itulah jumlah jalan kembali (yang meskipun dirangkum baik ingatan Yoongi) terpaksa harus Ia lupakan.
Terhitung sebulan sejak ayah operasi, maka sudah sebulan pula langkahnya berlaju pergi dari gadis Kim. Yoon tidak menemui Lya lagi.
Sementara kondisi ayah mulai membaik Yoon tidak pernah mencari tahu keadaan Lya, meskipun ingin.
Hingga sebulan berikutnya, ada seorang yang datang menemui Ibu, bahwa Yoon harus pergi menemui seseorang di jembatan Daegu pukul 7 malam.
Yoon tidak berniat pergi sebelumnya, karena Ia merasa tak punya urusan dengan siapapun, paling orang itu hanya berniat iseng padanya, dan meminta Ibu untuk berhati hati jika kejadian serupa terulang.
Tapi Ibunya malah memberikan informasi, Tentang sepertinya, dia adalah gadis yang baik. Tentang bagaimana manik cantik itu bersembunyi dibalik lensanya dengan senyum manis yang tulus, dan bagaimana suaranya terasa memohon untuk Yoon datang meski raut itu tidak juga terlihat memaksakan.
Kim Lya menemui Ibunya.
Itu satu hal yang dapat Yoon simpulkan.
Selama berpacaran Yoon memang belum pernah mempertemukan mereka. Yoon selalu bepikir, bukan sekarang, Ia masih persiapkan diri, bukan karena Ia tidak serius, tapi Ia belum siap membuat Ibu tahu banyak perbedaan antara keluarga mereka, Yoon tidak ingin membebankan pikiran Ibu, apalagi saat itu memang waktu yang sulit mengingat Ayah sakit. Meski Kim Lya sendiri tidak pernah membandingkan Yoon dari segi materi. Tetap saja banyak hal yang Yoon pertimbangkan.
Namun tanpa Yoon bisa halangi mereka justru bertemu.
Yoon berlari menuju tempat yang ibu informasikan tepat ketika hari baru saja gelap, eksistensi matahari sudah tenggelam diganti dengan kemerlap bintang, namun dari sekian cahaya berjajar yang siap dipilih, Yoon justru tertarik pada presensi yang jauh lebih bersinar bahkan jika dua cahaya siang dan pagi disatukan, semuanya kalah oleh sosok berbalut mantel hijau yang membalikkan tubuhnya ke arah suara langkah Yoongi yang berlari, terhenti di bahu jalan dekat taman.
Dari sini Yoon meresapi refleksi sosok yang Ia dirindukan sejak lama, bahkan sejak hari dimana keputusannya meninggalkan gadis Lya, sesuatu dalam diri Yoon sudah meraung raung untuk tidak melakukannya.
Semua perasaan menyesak di rongga dada Yoon yang masih tidak bisa mengungkap apa yang sebenarnya Ia inginkan, masih saja sanggup memendamnya, dan merasa cukup dengan bicara dalam sanubarinya, padahal Yoon bisa jujur dan percaya pada Kim Lya (yang bisa menangkap bahwa kalimat Yoon bukan sekedar kata picisan tak berdasar). Yoon merindukan Kim Lya.
Dengan situasi dirinya yang telah pergi meninggalkan, membuatnya semakin tidak bisa melakukannya.
Membiarkan gadis Kim selalu punya inisiatif banyak untuk meladeni sifat Yoon yang dingin, menyeret langkah pendeknya, gadis itu menubruk sisi Yoon yang beku, dengan memeluknya lebih dulu.
Merangkumkan dua tangannya agar terlingkar ke punggung lelaki Min yang menemukan kembali suhu terhangat tubuhnya. Sensasi yang Ia rindukan ketika acap kali Kim Lya berhasil membuatnya menjadi pria yang akan dengan manja mendaratkan dagunya ke bahu Kim Lya.
"Yoon jangan buat aku lagi yang mengatakan merindukan mu."
Gadis vanilla-nya malah membuat Yoon semakin bisu.
Dalam hubungan ini, Yoon akui dia yang paling egois, selalu berat sebelah dengan Kim Lya yang banyak mengekspresikan perasaannya pada Yoongi, padahal Yoon harusnya sadar Lya juga butuh itu untuk merasakan bahwa kehadirannya sangat dibutuhkan juga oleh Yoongi.
Kendati dengan putusnya hubungan mereka dari tangan Yoon, pasti membuat Kim Lya menyangka bahwa dirinya saja yang begitu menginginkan Min Yoongi.
Padahal Yoon berani mengakui Ia jauh lebih menginginkan Kim Lya lebih besar ketimbang Kim Lya yang membutuhkannya, hanya dalam hatinya.
Jalanan saat itu sepi, dan saat segalanya sudah hangat bagi Yoongi, Kim Lya melepaskan rangkum hangat dari tubuh yang tengah ditatap olehnya kali ini.
Min Yoongi menatap dalam gadisnya, syal warna kuning yang tidak begitu terang membuat Yoon menarik senyum kecil lantaran semenggemaskan bagaimana wajah gadisnya tenggelam di sana.
Namun sudut kecil itu surut saat dagu Kim Lya terangkat dari balik syal berkata, "Yoon aku harus jujur bahwa berpisah lewat surat itu mengerikan."
Yoon tahu percakapan ini mengarah pada surat yang Ia titipkan pada dokter.
"Dan mendadak tidak bisa dihubungi itu kekanakan."
Yoon memang kekanakan dengan segera mengganti nomer ponselnya.
"Jangan diulangi dengan gadis lain di masa depan mu. Karena itu menyakitkan."
Kim Lya membuat jeda dengan menarik napas panjang.
"Aku merasa dalam hubungan ini, akulah yang selalu berinisiatif, bahkan sejak awal, Kim Lya yang mengatakan perasaanya lebih dulu, maka kalaupun kita berakhir,
Maka yang berhak melakukannya adalah Kim Lya.
Lupakan surat dua bulan lalu dari mu. Aku akan membuat versi perpisahan ku sendiri."
"Karena aku yang menemui mu lebih dulu maka biarkan aku juga yang meninggalkan mu."
Yoon ingin membantah bagaimana Mata Kim Lya menyiratkan perpisahan mereka dengan sangat nyata. Dan rasanya Yoongi sudah di depan pintu neraka saat Kim Lya berbalik pergi meninggalkannya.
Ini adalah perpisahan kedua untuk Yoon.
Dan Yoon harusnya jujur tentang dirinya yang merasa dua kali lipat kehilangan setelah ini.
Namun tak mampu mencegah.
***
Yoon yang asli lagi live di yt :'v
Maaf kalau ada typo, soalnya ngetik jadi buru-buru pas dapet notif itu ㅋㅋㅋGimana part ini menurut Kalian? Semoga feel nya dapet ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
poѕт ιт: мιn yoongι ✔️
أدب الهواة|| ᴊᴜᴛᴀᴀɴ ᴘᴏsᴛ ɪᴛ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴɢɪɴɢᴀᴛᴋᴀɴ ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ sᴇᴏʀᴀɴɢ ᴍɪɴ ʏᴏᴏɴɢɪ. sɪɴᴄᴇ 02 ғᴇʙʀᴜᴀʀɪ - 22 ᴍᴇɪ 2020