Bel pulang sekolah sejak tiga puluh menit yang lalu berbunyi. Namun sebagian siswa belum mau pulang. Bukan karena betah di sekolah. Hanya saja saat ini hujan deras. Sebagian siswa membawa motor ke sekolah. Karena tidak ingin basah maka banyak yang belum beranjak dari sekolah.
"Udah napa sih Ar, Vi!" Deni berucap jengah dengan kelakuan mereka.
"Diam Den. Ini masalah gue sama Arasya!" Vivi membentak Deni yang ingin melerai mereka berdua.
"Kalian ini tadi pagi aja sweet banget eh sekarang malah toyor-toyoran. Padahal udah bagus nggak denger keributan kalian. Sakit nih kuping gue." Vaira ikut bersuara.
Bosan juga mendengarkan perdebatan Arasya dan Vivi. Padahal hal yang diperdebatkan hanya masalah sepele.
"Bodo" Vivi bersuara. Dan kembali memukul Arasya dengan bertubi-tubi.
Vaira, Icha, Angga dan Deni memutar bola mata malas. Mereka menyerah dengan kelakuan Vivi dan Arasya.
"Balikin Sya. Iih" kembali Vivi memukul Arasya.
"Nggak mau. Wleee" Arasya malahan lebih membuat Vivi geram.
"Balikin nggak?"
"Iya tapi ambil noh di mulut gue." Arasya mengeluarkan permen yang tadi ia ambil di tangan Vivi. Dan langsung di emutnya.
Vivi dan Arasya berkelahi sedari tadi hanya karena sebuah permen. Vivi marah karena Arasya mengambil permennya yang tinggal satu-satunya di tangannya. Saat Vivi sudah membuka permen itu dan ingin memakannya. Arasya mengambilnya dan langsung memasukkan ke mulutnya. Jadinya Vivi memukul Arasya dan meminta permen itu dibalikin.
Vivi langsung mengambil permen dari mulut Arasya dengan giginya langsung karena ia malas mengambil dengan tangan.
"Awas ya lo" Vivi memberi peringatan pada Arasya setelah mengambil 'permennya'.
Vaira, Icha, Deni dan Angga lagi-lagi dibuat melongo dengan tingkah Vivi. Mereka terkejut bukan main dengan yang dilakukan Vivi tadi.
"Ta- tadi itu beneran?" Tanya Icha masih dengan kelongoannya.
"Apa?" Tanya Vivi.
"Lo- lo tadi nyium Arasya?" Icha bertanya sekali lagi.
"Hah? Mana ada? Orang gue ambil permen gue tadi." Jawab Vivi.
Arasya yang duduk di sebelah Vivi tertawa melihat teman-temannya. Mereka seperti melihat kebakaran di depannya.
"Tadi lo. Lo ambil permen yang udah di makan Arasya Vi?" Vivi mengangguk "Astagaah" Deni menepuk jidatnya.
"Emang ada masalah? Vivi ambil permennya juga. Bukan permen lo." Arasya mengeluarkan kalimatnya.
Angga yang sudah sadar dari keterkejutannya mulai berbicara panjang kali lebar. "Bukan apa-apa Ar, Vi. Tapi tadi kalian secara nggak langsung ciuman. Karena makan permen bersama. Maksud gue. Tadi permennya ada di mulut Arasya terus sekarang ada di lo Vi. Bahkan lo makan bekas ludahnya Arasya. Astagah dan lo Arasya bilang enggak masalah?" Angga berucap sekaligus menjelaskan titik keterkejutan mereka kepada Arasya dan Vivi. Angga geleng-geleng kepala melihatnya.
Arasya mengedikkan bahu.
"Heran gue tuh." Icha kembali membuka suara.
"Yaa nggak usah diliatin kalau heran" Vivi yang heran dengan teman-temannya bersuara.
"Cha lo pulang dijemput nggak?" Tanya Vaira mengalihkan Icha dan yang lainnya.
"Di jemput. Tapi sopir yang jemput masih di perjalanan. Tadi masih singgah ke bengkel katanya."
"Oh gue nebeng ya. Gue nggak dijemput soalnya mama gue lagi ada urusan."
"Lo bareng gue aja Ra." Angga mengajak Vaira pulang bareng. Kebetulan dia juga pulang sendirian dan searah dengan rumah Vaira.
"Beneran boleh? Tapi di luar masih hujan Ga. Dan itu udah setengah tiga. Gue udah pengen pulang nih."
"Yaudah kita trobos hujan aja yuk. Kan biar kayak romantis gitu."
"Eh panci gosong. Kalau Vaira sakit karena ujan-ujanan lo mau tanggung jawab? Nggak. Lo Vaira bareng sama gue. Gue bosen juga sendirian di mobil." Icha kembali mengajak Vaira. Dia bukannya tidak mau Vaira dengan Angga. Tapi Angga naik motor sedangkan di luar masih sangat hujan.
Saat Icha dan Vaira ingin berpamitan kepada Vivi. Icha dan Vivi lagi-lagi dibuat terkejut.
Saat ini pemandangan yang dilihat mereka adalah Vivi yang dipeluk Arasya.
"Vivi?!" Panggil Vaira.
"Hmm"
"Sejak kapan kalian peluk-pelukan gini. Ya ampun kalau diliat bu Tuti gimana? Ini masih di sekolah Vi. Ya ampun."
"Bu Tuti ada di ruang guru nggak mungkin kesini. Lagian Vivi juga kedinginan. Yaudah gue peluk aja" kali ini Arasya yang kembali bersuara. Dengan sambil memeluk Vivi dari belakang.
Vaira bingung harus bicara apalagi. Akhirnya ia hanya geleng-geleng kepala.
"Sya gue kok ngantuk ya?" Vivi yang berada di pelukan Arasya mendongak.
"Kita duduk lagi. Ayo" Vivi mengangguk dan berjalan ke tempat duduknya lagi dengan masih saling berpelukan.
"Tidur aja. Nanti kalau hujannya udah reda gue bangunin." Vivi duduk dengan kepalanya berada di dada Arasya dan Arasya tetap memeluk Vivi dengan tangan satunya ia gunakan dengan mengusap rambut Vivi.
"Ampun sweet banget kalian." Deni yang dari tadi menahan kata-kata akhirnya bersuara.
Arasya yang mengusap kepala Vivi menatap tajam Deni yang berbicara. Arasya tidak ingin Vivi tidak nyaman dengan tidurnya karena suara sumbang Deni barusan.
"Iya okeey." Deni memperagakan seseorang yang sedang mengunci tas tapi di depan mulutnya. Kemudian beralih ke arah lain asal bukan ke keduanya. Lama-lama dia juga gerah dengan keduanya.
Icha dan Vaira yang tadi tidak sempat berpamitan akhirnya berpamitan kepada Arasya melalui gerakan tangan dan mulut.
Arasya yang mengerti, mengangguk.
Deni dan Angga juga keluar sebentar katanya ingin membeli minum. Haus.
Sekarang tinggal Vivi dan Arasya yang duduk dengan memeluk serta mengelus rambut Vivi.
Arasya tersenyum melihat Vivi damai dengan tidurnya. Ia yakin Vivi kecapean makanya meminta tidur jam sekarang. Dan ditambah di luar juga masih hujan.
Cup
''Tidur yang nyeyak Vi'' Arasya mencium puncak kepala Vivi dengan sayang.
Arasya melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah jam 3 dan belum ada tanda-tanda hujan berhenti. Arasya tidak marah malahan dia sangat senang karena Vivi bisa manja lagi dengannya. Karena sudah lama Vivi tidak manja kepada dirinya. Semenjak saat itu.
Cup
Bukan mencuri kesempatan disaat Vivi tidur tapi memang Arasya sangat suka dengan wangi rambut Vivi itu alasan kedua dia sering mencium puncak kepala Vivi.
"Tidur nyenyak" Arasya tersenyum Dan juga ikut memejamkan mata.
Vivi yang menggumam kecil di tidurnya membuat Arasya membuka mata. Kemudian ia kembali mengusap rambut Vivi.
"Gue nggak bakal biarin ada yang jahatin lo Vi. Sekalipun itu orang yang udah ngebesarin lo. Gue sayang banget lo Vi."
Vivi tersenyum dibalik tidur nyenyaknya.
Arasya kembali memejamkan mata dan terus mengelus rambut Vivi.
"Gue sayang banget lo Vi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arasya & Vivi
Dla nastolatkówMemang klasik perjalanan hidup Arasya dan Vivi. Mereka sejak masih anak-anak selalu bersama. Bagaimana jika salah satu pergi? Apakah bisa tanpa salah satunya? Ataukah harus merelakan jika seandainya salah satu pergi untuk selamanya? Ataukah keduanya...