9. Teman lama (Lagi?)

21 2 0
                                    

Arasya dan Vivi kembali ke kelas dengan Arasya yang menggandeng tangan Vivi.

Selama di perjalanan tepatnya di koridor kelas XII banyak yang melihat mereka dengan pandangan bertanya.

Orang-orang banyak mengetahui kalau Arasya dan Vivi itu jika bertemu seperti anjing dan kucing, tidak pernah akur.

Tapi semenjak satu minggu yang lalu pemandangan yang sering mereka lihat berubah. Sekarang bahkan Arasya selalu membantu Vivi jika terjadi sesuatu pada gadis tersebut.

Pernah di lapangan Vivi di labrak kelas lain dan Arasya datang menyelesaikan masalah dengan menarik tangannya menuju ke kelas. Tapi sebelumnya Arasya mengancam orang yang melabrak Vivi. Dan kejadian itu tidak pernah luput dari orang-orang yang sekarang melihat mereka.

Mereka menduga-duga mungkin Arasya dan Vivi sekarang ada hubungan.

Banyak dari mereka yabg tidak tahu bahwa Arasya dan Vivi berteman sejak kecil.

Setelah sampai di kelas Vivi langsung duduk. Karena sedari tadi kakinya capek berjalan meski sudah agak mendingan dari sebelumnya.

"Vi?"

Vivi menengok.

"Semalam kenapa nggak bales chat gue?"

"Oh itu. Males aja." Balas Vivi cuek.

"Semalam lo masih marah karena kejadian yang waktu di taman?"

Vivi diam.

"Ck. Gue ngelarang juga demi kebaikan lo Vi." Arasya berdecak.

Ibu Astuti guru Kimia masuk dan membuat Arasya teralih.

Ia sedikit mendekat ke arah Vivi. "Lo masih utang penjelasan dan sebentar gue tagi"

...

Drrtt..drrrt

Bel pulang berbunyi seluruh siswa bersorak meyambut bel pulang. Bel pulang sudah seperti alarm untuk terbebas dari semua penat yang ada di kelas selama seharian. Begitu sebutan seluruh siswa SMA Bakti ini.

"Sya, hari ini jadikan latihan basket?" Angga bertanya pada Arasya karena tadi pagi pak Burhan memanggil Arasya untuk memberitahukan bahwa ada pertandingan basket minggu depan. Dan pak Burhan meminta Arasya dan tim basket SMA Bakti untuk mengikutinya.

"Iya. Lo duluan aja ke lapangan''.

"Ok, jangan lama"

Arasya hanya berdehem menanggapi Angga.

"Jangan coba-coba kabur Vi"

Arasya yang sibuk memasukkan buku ke dalam tas tidak benar-benar fokus dengan buku-bukunya. Tangannya sibuk di atas meja tapi ia sedang mengawasi gerak-gerik Vivi yang sedang terburu-buru memasukan buku-bukunya.

''Hfffftttt...''

Ia tersenyum mendengar helaan napas Vivi.

"Enggak. Siapa juga yang buru-buru" Vivi mengelak.

"Lo kan mau latihan basket. Cepetan ke lapangan. Ngapain lagi disini. Udah beres masukin bukunya kan?" Ini bukan pertanyaan yang murni pertanyaan. Ini bentuk alibi yang Vivi katakan agar terbebas dari tatapan intimidasi Arasya.

"Nggak usah salah tingkah gitu Vi" Arasya sedari tadi menahan tawa melihat Vivi yang salah tingkah.

"Siapa juga yang salah tingkah orang gue... orang gue, lagi rapihin meja" Vivi pura-pura sibuk dengan meja yang ada di depannya.

Arasya mendekatkan sedikit wajahnya ke arah Vivi.

Vivi yang tidak siap dengan tingkah Arasya terkejut dan langsung membuang muka ke arah kiri.

"Lihat muka gue Vi."

"Enggak"

"Lihat gue"

"Enggak"

Arasya yang sudah tidak kuat menahan tawa akhirnya tertawa terbahak-bahak.

Dalam beberapa detik Vivi merasa heran namun kemudian ia sadar bahwa Arasya sedang mengerjainya.

"Ih, lo kok ngeselin sih" Vivi memukul lengan Arasya yang bertumpu di atas meja.

"Arasya udah ih. Gue pergi nih" Ancam Vivi dengan wajah memerah.

"Oke-oke gue nggak akan ketawa lagi"

"Ehem" Arasya berdehem untuk menormalkan wajahnya. Dan kemudian menatap Vivi dengan pandangan yang tidak dapat dideskripsikan

"Apa?" Vivi mengangkat sebelah alis.

"Semalam, lo chatan sama siapa?"

"Ha?'' Vivi gelagapan.

"Itu. Enggak. Enggak sama siapa-siapa!"

"Kalau nggak sama siapa-siapa kenapa lo menghindar?"

"Siapa yang menghindar?"

"Itu tadi lo palingin muka lo!"

"Kemarin gue liat lo lagi ngetik-ngetik di hp lo. Terus lo senyum-senyum nggak jelas. Pas gue cek hp gue nggak ada notif apa-apa. Jujur sama gue lo kemarin chat sama siapa?"

"Nggak sama siapa-siapa. Emang kenapa kalau gue chatan sama orang lain?"

Skak! Arasya bungkam.

"Emang urusan sama lo apa?"

Skak! Untuk kedua kalinya.

"Sya, gue tau lo teman gue. Tapi tolong. Lo nggak punya hak buat larang-larang gue." Vivi berdiri ingin beranjak.

Namun belum sempat melangkah Arasya menahan tangannya.

"Apa?"

"Gue nggak suka lo chatan sama orang lain apalagi sama cowok yang kemarin ketemu di taman!"

"Kalau gue nggak mau? Dengar Sya. Gue juga punya privasi. Enggak semua harus dengerin lo. Gue pamit!" Vivi melepaskan tangannya dari genggaman Arasya.

"Vi" Arasya berdiri dari kursinya.

Vivi tidak mendengarnya dan tetap melanjutkan jalannya.

Arasya kesal. Ia mengacak rambutnya. Dan segera keluar dari kelas.

Arasya berjalan menuju lapangan basket. Namun disana ia disambut dengan tatapan heran teman-temannya.

"Ngapa lo Ar?" Angga bingun dengan raut muka Arasya yang tidak biasanya.

"Nggak biasanya tu muka di tekuk kalo dah di lapangan. Vivi kemana? Tadi kan lo bareng dia" Angga kembali bertanya pada Arasya.

Arasya yang sedang dalam mood tidak baik melirik datar Angga dan teman-temannya yang lain.

Angga kicep. Ia tidak berani melihat muka Arasya.

"Woy" bukan Angga. Kali ini ini Deni yang baru datang menegur mereka semua yang ada di lapangan.

"Eh Ar. Gue pikir lo tadi yang bareng Vivi." Heran Deni.

"Kenapa?"

"Gue liat Vivi lewat bareng cowok di atas motor. Mau gue panggil tapi keburu jauh.''

Arasya diam. Tapi otaknya sedang berpikir keras. Vivu pulang bareng siapa?

Angga, Deni dan teman-teman lain tidak berani membuka suara lagi melihat ekspresi muka Arasya yang tegang dan tangannya mengepal.

Arasya bangkit "Lo semua mau latihan atau mau duduk disini?"

Seketika semuanya bangkit dan mulai pemanasan. Mereka tidak mau berhadapan dengan Arasya yang sekarang.

Arasya memang orang yang selalu ramah dengan orang lain. Tapi jikabada yang mengusik. Jangan harap orang itu akan baik-baik saja.

Arasya & ViviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang