Sudah pukul sepuluh malam dan kedua orang tua Vivi belum juga kembali. Arasya yang saat itu masih menemani Vivi menonton tv sambil berguling di paha Vivi bangkit.
"Vi? Lo nggak pingin tidur? Ini udah jam sepuluh. Besok lagi sekolah."
Arasya kasian karena Vivi sedari tadi menahan kantuknya.
"Enggak ah lagi nunggu mama sama papa balik aja."
Arasya tau itu alibi Vivi. Padahal mereka sama-sama tau. Kedua orang tua Vivi kalau sudah jam sepuluh belum kembali. Berarti akan menginap di kantor. Orang tua Vivi termasuk orang-orang yang gila kerja. Vivi sudah biasa dengan hal itu.
"Ck. Sekarang kita ke rumah gue lo tidur di rumah gue." Arasya bangkit sambil menarik tangan Vivi.
Saat Vivi ingin membantah Arasya kembali bersuara "Nggak terima penolakan."
Akhirnya mereka sama-sama keluar rumah Vivi setelah sebelumnya mematikan televisi dan mengunci jendela. Mereka keluar beriringan dari pekarangan rumah Vivi menuju rumah Arasya yang berada persis didepan rumah Vivi.
"Assalamualaikum Ma?" Arasya masuk dengan masih menggenggam tangan Vivi.
"Eh Vivi. Tidur disini ya. Udah malam. Mama sama papa belum pulang kan?"
Mama Santi mamanya Arasya bertanya dengan lembut kepada Vivi.
Arasya yang merasa dicuekin mengulang salamnya sekali lagi.
Mama Santi yang hafal betul dengan tingkah anaknya hanya memutar bola mata dan kembali melihat Vivi dengan lembut.
"Iya ma. Mama sama papa belum pulang"
"Assalamualaikum" ulang Arasya yang ketiga kalinya.
"Wa'alaikumussalam. Kamu ya"
"Orang yang ng-..." belum sempat Arasya melanjutkan kata-katanya terpotong karena sekarang Santi menarik Vivi menuju lantai dua kamar Vivi yang biasa Vivi pakai jika ia menginap di rumah Arasya.
"Salah apa gue?" Arasya memukul jidatnya sendiri dan menggaruk kepanya yang tidak gatal.
Arasya berjalan ke tangga menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Vivi. Tapi sebelum ke kamarnya. Arasya lebih dulu ke kamar Vivi.
"Ma. Udah malam. Kasian Vivi mau tidur. Kalau mama ajak bicara terus kapan Vivi tidurnya" Arasya memang berniat menghentikan acara girls talk mendadak yang dilakukan mamanya.
Maklum mama Santi ingin punya akan perempuan suapaya bisa diajak bicara kalau nggak ada kerjaan. Tapi yang ada punya anak laki-laki ya nggak apa-apa tetap disyukurinya.
"Itu papa udah teriak-teriak di bawah nyariin mama."
Bohong. Padahal papanya dari tadi bahkan tidak bersuara.
"Iya deh. Mama keluar ya Vi. Kamu istirahat. Jangan lupa kunci pintunya kalau mau tidur. Jangan sampai kucing masuk"
Arasya memutar bola mata. Ia tau mamanya menyindirnya.
"Hehe. Iya ma"
"Ngapain kamu masih di pintu? Kembali ke kamar kamu."
"Iya nanti kalau mama udah beneran ke kamar mama."
"Posesif banget sih."
"Biarin"
Akhirnya Santi keluar dari kamar Vivi.
Arasya masuk menyampiri Vivi.
"Ada apa Sya. Gue mau tidur."
"Gue tau" Arasya mencium kepala Vivi dan keluar dari kamar "Tutup pintunya Vi. Selamat Tidur"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arasya & Vivi
Подростковая литератураMemang klasik perjalanan hidup Arasya dan Vivi. Mereka sejak masih anak-anak selalu bersama. Bagaimana jika salah satu pergi? Apakah bisa tanpa salah satunya? Ataukah harus merelakan jika seandainya salah satu pergi untuk selamanya? Ataukah keduanya...