Kali ini pertandingan basket dimenangkan oleh tim Arasya, SMA Bakti. Seluruh penonton bersorak sambil menyebutkan nama Arasya dan timnya. Bahkan dari sekolah lawan pun ada yang bersorak untuk SMA Bakti. Kebanyakan yaitu kaum hawa. Mereka terpesona dengan anggota tim SMA Bakti yang tampan-tampan terutama sang ketua basket. Arasya.
Arasya yang selesai bersalaman dengan tim basket SMA 6 kembali ke tempat timnya dan disambut oleh anggota basket yang tidak ikut main.
"Selamat bro. Keren lo tadi" Ucap salah satu timnya.
"Ini semuanya juga karena tim kita."
"Selamat bro"
Arasya menganggukkan kepalanya. Saat iya ingin menemui Vivi. Arasya terdiam. Vivi saat ini sedang berbicara dengan Ikal dengan tersenyum. Setelahnya saling memegang tangan.
Arasya mengurungkan niatnya. Ia berbalik dan segera menjauh dari timnya.
"Eh Ar mau kemana?" Angga bertanya pada Arasya yang sudah menjauh.
Tidak ada jawaban.
"Ga, Arasya kenapa?" Deni yang heran bertanya pada Angga.
"Gak tau."
"Hmmm"
...
"Vi" saat Vivi ingin menemui Arasya. Ikal datang menahan tangan Vivi.
"Eh Kal"
"Lo nggak mau ngucapin ke gue gitu?"
"Eh iya. Tadi lo keren banget Kal" balas Vivi sambil tersenyum.
"Sebenarnya tadi gue bakalan menang tapi kaki gue tiba-tiba kram jadi gue minta digantiin sama anggota lain." Ikal memberi penjelasan mengenai mengapa ia keluar dari permainan dan kalah.
Vivi sedikit mengernyit namun sedetik kemudian menormalkan wajahnya "Oh trus lo nggak apa-apa sekarang kan?"
"Iya"
"Lain kali sedikit hati hati" Vivi tersenyum dan memegang tangan Ikal bermaksud menyemangati.
"Iya, makasih ya."
"Gue ke sana dulu ya" Vivi menunjuk ke arah tim basket SMA Bakti. Tim sekolahnya.
"Eh Vivi." Deni menyambut Vivi.
"Selamat untuk kalian, tadi kalian keren semua." Vivi tersenyum sambil mengacungkan dua jempolnya.
"Kita yang keren atau Arasya doang? Suit, suit" salah satu anggota tim basket menyahut. Dan selanjutnya seluruh tim menggoda Vivi.
Vivi memerah "Udah ah. Eh Arasya kemana?" Tanya Vivi mengalihkan.
"Cie nyariin cieee" Anggota yang lainnya ikut menimpali lagi. Dan sukses membuat pipi Vivi lebih memerah.
"Udahlah" Angga menghentikan aksi menggoda Vivi. "Tadi Arasya langsung pergi. Nggak tau kemana?" Lanjutnya
Vivi mengernyit "Kemana?" Tanyanya.
"Nggak tau. Dia nggak ngomong apa-apa!"
"Oh oke. Gue ke Arasya dulu ya." Pamit Vivi pada semuanya. Dan seketika semuanya kembali menggoda Vivi.
Icha dan Vaira yang Vivi tinggalkan di tempatnya tadi baru sampai setelah Vivi pergi dari tempat tim basket SMA Bakti.
...
Vivi menuju kelasnya. Berharap menemukan Arasya disana. Tapi Arasya tidak ada di kelas.
Kemudian ia menuju ke kantin. Baru beberapa langkah keluar dari kelas ada yang menahan tangannya dan membawanya ke lorong yang sepi.
"Heh" Olin melepaskan tangan Vivi dengan kasar. "Lo nggak usah kepedean. Lo udah rebut Arasya dari gue. Dan tadi lo juga keganjenan sama ketua tim basket SMA 6. Gatel banget lo" Olin membentak Vivi.
Vivi yang sempat linglung karena tarikan Olin yang tiba-tiba akhirnya tersadar. Vivi kemudian tersenyum mengejek. "Kenapa? Lo merasa kalah dari gue" sarkas.
"Lo.." Olin menunjuk Vivi. "Jangan lagi lo deketin Arasya. Arasya punya gue."
"Sejak kapan Arasya sama lo?" Lagi Vivi tertawa mengejek. "Lo pikir gue takut sama lo yang hanya mengandalkan otot dibanding otak?" Vivi tersenyum mengejek dan berbalik meninggalkan Olin. Belum lima langkah ia kembali membalikkan badan.
"Gue bakal balas perbuatan yang dulu lo lakuin ke gue" kemudian ia benar benar pergi dari hadapan Olin. Ia menang kali ini.
"Awas lo Vi. Lo salah ngambil lawan" Olin tersenyum misterius sepeninggal Vivi.
...
Saat Vivi yang kembali menuju kantin. Tiba-tiba ia menangkap tubuh Arasya sedang duduk dan meminum jus jeruknya.
"Syaa..." Panggil Vivi dari arah belakang tempat duduk Arasya.
Arasya menolah dan mendapati Vivi sedang tersenyum.
Detik berikutnya tubuh Arasya menegang.
Vivi memeluk Arasya dari belakang dan di kantin saat ini masih sangat rame. Memang ini sudah biasa tapi entah kenapa Arasya merasa aneh dengan perasaanya.
"Lo tadi keren banget Sya." Vivi berbisik di telinga Arasya dan berikutnya mencium Arasya.
Arasya yang belum siap terkaget kembali.
Vivi hanya terkekeh melihat tingkah Arasya. "Selamat ya. Lo keren banget tadi. Nggak nyangka gue, sahabat gue bisa sekeren ini." Ia tersenyum dengan sangat manis tanpa memedulikan perasaan Arasya yang tiba-tiba mencelos saat ia menyebut kata sahabat.
Arasya tersenyum kikuk. "Itu kerena tim gue Vi."
"Enggak Sya, lo tadi keren banget. Gue suka pas lo tadi di detik-detik terakhir dapet 3 point untuk SMA Bakti sampe sekolah kita menang. Keren banget. Sebagai hadiah dari gue. Sebentar kita jalan yuk kemana gitu kek."
Arasya mengangkat sebelah alisnya.
"Gue udah lama nggak jalan bareng lo lagi."
"Hmm" Arasya mengangguk, setuju dengan usulan Vivi.
"Oh iya Sya. Tadi di lapangan kok lo tiba-tiba ngilang?"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Arasya & Vivi
Teen FictionMemang klasik perjalanan hidup Arasya dan Vivi. Mereka sejak masih anak-anak selalu bersama. Bagaimana jika salah satu pergi? Apakah bisa tanpa salah satunya? Ataukah harus merelakan jika seandainya salah satu pergi untuk selamanya? Ataukah keduanya...