Waktu pertandingan basket antara SMA Bakti dan SMA 6 akan dimulai hari ini. Segala persiapan yang dilakukan oleh tim basket SMA Bakti telah mereka lakukan. Mulai dari latihan fisik sampai beberapa hari ini dilakukan secara terus menerus. Sampai Arasya jarang berbicara dengan Vivi. Bagaimana bisa berbicara, kalau bertemu saja untuk beberapa hari ini tidak pernah.
Semenjak kejadian malam itu di kamar Arasya, Arasya jarang bertemu Vivi. Arasya mengabaikannya karena latihan yang ia lakukan beberapa hari ini sangat menguras waktu dan tenaganya sehingga untuk menanyakan kabar Vivi ia urungkan.
"Ar, lo udah siap nih? Udah nggak galau lagi kan?" Deni menyindir Arasya.
Arasya cuek "Nggak usah tanya gue. Tanya teman-teman lain sana!" Ia membalas perkataan Deni sambil melangkah menuju tempat tim mereka.
Deni mengikuti dari belakang. "Ar, lo kenal Ikal?"
Arasya mengernyit. "Kenapa dia?"
"Lo nggak tahu, kalau dia ketua tim basket SMA 6?"
Arasya sedikit berpikir "Sekolahnya yang bakal lawan kita hari ini. Jangan bilang lo nggak tahu Ar" lanjutnya.
"Gue tahu SMA 6 yg bakal lawan kita." Arasya membantah. Akan tetapi saat ini pikiran dan hatinya menjadi kalut. Ia bahkan tidak paham mengapa ia merasakan perasaan ini.
"Tapi kok gue nggak yakin lo tahu Ar?" Deni merasa heran pada Arasya. Arasya jarang sekali tidak mengetahui siapa lawan mereka. Dan pada saat tadi ia menanyakan ia merasa bingung dengan ekspresi yang Arasya tunjukan saat ia menyebutnya.
"Udahlah. Lo sama yang lain mending pemanasan sana." Arasya mengalihkan.
Deni yang ditegur akhirnya pasrah saja dan pergi menemui teman-temannya yang sedang pemanasan.
Arasya memikirkan perkataan Deni tentang Ikal yang menjadi lawan mereka. Jika Ikal yang menjadi lawannya sudah pasti Vivi akan bertemu dengan Ikal. Dan jika bertemu, Vivi pasti tidak akan fokus padanya saja akan tetapi ia juga akan menyemangati Ikal. Dan Arasya tidak ingin itu terjadi.
Sekarang ia bingung. Ia mengarahkan tangannya mengusap wajahnya kasar. Ia mencoba untuk fokus pemanasan. Namun pikirannya malah tidak menunjukkan rasa tenang. Dengan kembali mengusap wajahnya kasar. Arasya permisi pada teman-temannya dengan alasan ingin mengambil sesuatu di ruang ganti.
Arasya menyusuri lorong kelas mereka. Tujuannya kali ini menemui Vivi. Ia tidak tenang sebelum memastikan sesuatu.
"Vi"
Arasya melihat Vivi duduk di bangkunya sendirian. Vivi yang merasa terpanggil mengangkat wajahnya dan mendapati Arasya memanggilnya. Vivi yang saat itu sedang mencatat menghentikan aktivitasnya dan tersenyum pada Arasya.
"Iya Sya?"
"Emm, gue.. Gue hari ini tanding lo dukung gue ya?!"
Terdiam. Vivi menangkap nada permohonan dari permintaan Arasya barusan. Ia kembali tersenyum dan mengangguk.
"Nggak usah lo minta gue juga bakal dukung lo kok Sya" Vivi menggelengkan kepalanya.
Arasya tersenyum dengan sangat manis. Pikirannya kini langsung jernih.
Vivi tertegun. Ia melihat Arasya kali ini dengan perasaan. Entahlah.
"Emm. Iya. Waktu di malam-malam gue.. maksud gue. Nggak usah lo pikirin ya" Arasya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salah tingkah. Kali ini ia merasa tatapan Vivi mengintimidasinya.
Vivi terbahak ragu. "Lo kenapa deh. Biasa aja kali. Udah Biasa kan?" Vivi mencoba menormalkan suasana. Jujur saja ia juga merasa lain pada Arasya kali ini.
Ia menghampiri Arasya. Jaraknya dan Arasya sangat dekat. Tangan kanan Vivi memegang tangan Arasya dan tangan kirinya berada di pipi. Ia tersenyum manis "Semangat Sya".
...
Pertandingan sudah mulai sejak 30 menit yang lalu. Vivi tidak mengetahui kalau lawan Arasya kali ini adalah Ikal. Semenjak sampai di lapangan Vivi melihat Ikal di tempat tim basket SMA 6.
Awalnya Vivi mengabaikannya namun tiba-tiba Vivi merasa ada yang memanggilnya. Ia melihat ternyata Ikal yang memanggilnya.
"Hai" Ikal melambaikan tangannya sembari tersenyum manis pada Vivi.
Biasa saja. Dalam hati Vivi merasa heran dengan perasaannya sekarang. Kemarin saat mereka bertemu dan sempat jalan bersama Vivi merasa senang berada di dekatnya tapi kali ini berbeda. Bahkan Ikal tersenyum manis pun Vivi merasa biasa saja. Ada apa dengan perasaannya?
"Vi" Ikal sedikit memperbesar suaranya dan melambaikan tangannya di depan Vivi. Cewek itu dari tadi hanya diam, melamun.
"Eh, iya Kal? Sorry" Vivi merasa tidak enak pada Ikal.
"Santai aja. Oh iya lo udah tau kan kalau hari ini yang bakal lawan sekolah lo sekolah gue?"
"Gue bahkan baru tau sekarang Kal. Lo nggak bilang ke gue ya. Padahal baru semalam lo chat gue." Vivi pura-pura merajuk.
"Surprise." Ikal terkekeh. "Jangan bikin muka lo kayak gitu." Lanjutnya.
Vivi menyilangkan tangannya di depan dada. Masih pura-pura merajuk. Ikal yang melihat lagi-lagi terkekeh dan mengacak rambut Vivi.
"Dukung gue ya" Ikal yang sudah di panggil teman satu timnya akhirnya pergi ke arah timnya dengan sebelumnya mengerlingkan mata pada Vivi.
Lagi-lagi Vivi terdiam.
Di ujung lapangan tanpa disadari Vivi, Arasya melihat semuanya. Sekarang Arasya terlihat mengeraskan rahangnya. Ia menyalurkan pada kepalan tangannya apa yang dirasakannya saat ini.
Vivi yang sudah sadar dari keterdiamannya. Menyusuri matanya. Ia mencari Arasya. Setelah matanya bersirobok dengan Arasya. Arasya langsung mengalihkan dan menuju ke timnya. Vivi heran. Ada apa dengan Arasya saat ini?
Vivi yang merasa Arasya tidak ingin diganggu akhirnya ia arahkan langkahnya mengarah ke tribun yang terdapat Vaira dan Icha disana.
"Vi, lo kenal ketua tim basket SMA 6?" tanya Icha antusias.
"Kenal. Teman SD gue" balas Vivi cuek.
"Gila Vi. Teman-teman lo pada ganteng-ganteng semua. Bolehlah lo kenalin gue sama..." Icha berbicara seolah-olah itu adalah hal yang istimewa.
"Ikal! Ikal namanya" Vivi mengerti maksud Icha.
"Eh iya sama Ikal itu." Lagi-lagi matanya berbinar.
"Iya" Cuek.
"Kok jawabnya cuek gitu Vi. Jangan bilang lo suka Ikal ya? Kalau lo suka Ikal trus Arasya lo kemanain?" Icha mengucap dengan dramatis.
"Jangan ngaur Cha. Ikal teman SD gue. Gue nggak ada apa-apa sama dia. Dan untuk Arasya. Em, gue nggak ada apa-apa sama Arasya. Kita sahabatan" ada sedikit rasa mencelos di hati Vivi. Ia bingung dengan perasaanya saat ini. Ada apa sebenarnya?
"Kok lo kayak ragu gitu pas bilang kalo lo sama Arasya hanya sahabatan?" Icha memicingkan matanya pada Vivi.
"Jangan ngada deh Cha. Itu pertandingan udah dimulai." Vivi mengalihkan perhatian Icha dan Vaira yang sedari tadi sibuk dengan hapenya tidak menghiraukan Icha dan Vivi.
"Huft. Aman-aman." Vivi bergumam kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arasya & Vivi
Novela JuvenilMemang klasik perjalanan hidup Arasya dan Vivi. Mereka sejak masih anak-anak selalu bersama. Bagaimana jika salah satu pergi? Apakah bisa tanpa salah satunya? Ataukah harus merelakan jika seandainya salah satu pergi untuk selamanya? Ataukah keduanya...