Chap.3 [pt.3]

14 2 1
                                    

Selama perjalanan menuju rumah sakit kepolisian..
-----------------------------

Nara terus menatap Reena, gadis berambut hitam legam panjang yang duduk disebelahnya ini memasang wajah datar.

"kamu benar-benar seorang detektif ya." Nara membuka percakapan.

Reena melirik, "kamu pikir aku berbohong?"

"bu-bukan begitu.." Nara merasa dia sudah salah bicara, "hanya saja, hal yang sangat langka ada detektif di usia kita."

"hem..." Nara mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil.

Supir Reena yang sedari tadi diam pun ikut bicara, "Nona Reena merupakan detektif termuda, walau begitu nona sangat pintar dan sudah banyak memecahkan kasus yang sulit."

"ajjushi.. aku sudah bilang jangan panggil aku nona, aku geli." protes Reena.

"tapi kau kan memang nona kami." jawab supir itu sambil tersenyum.

"terserahlah, aku hanya merasa tidak pantas dipanggil begitu."

Beberapa waktu kemudian mereka pun sampai ditempat tujuan. Rumah Sakit kepolisian. Nara mendadak merasa tegang ketika hendak turun dari mobil. Tentu saja Reena menyadari hal itu.

"tak perlu tegang, atau kau ingin mengurungkan niatmu?" tanya Reena.

Nara menggelengkan kepala dan mengepalkan tangannya, "tidak, aku ikut." ia pun melangkah keluar dari mobil.

Reena dan Nara berjalan masuk ke dalam Rumah sakit itu, suasananya cukup ramai.

"bukankah ini rumah sakit polisi? ternyata ramai juga." kata Nara.

Reena melirik, "apa yang kau bayangkan? walaupun namanya rumah sakit polisi, disini masih menerima pasien biasa. tentu saja ramai."

"aku kira rumah sakit ini hanya khusus untuk kasus-kasus kepolisian. Jadi ku kira akan sangat sepi." Nara tersenyum kecut.

"untuk bagian autopsi dan menyimpan mayat-mayat dari kasus, kami ada bangunan terpisah." Reena menjelaskan sambil terus berjalan.

Dari lobi rumah sakit mereka berjalan menuju ke arah belakang, melewati koridor yang terbuka dikelilingi taman. lalu kembali masuk ke dalam sebuah bangunan besar yang terletak di paling belakang area rumah sakit itu.

Suasana disini berbeda sekali dengan bagian depan tadi. Disini sangat sepi dan bisa dibilang sedikit mencekam, mengingat banyak mayat korban pembunuhan atau kecelakaan yang masih harus diidentifikasi.

"kita sampai." ucap Reena saat berhenti didepan sebuah pintu. Pintu itu tidak bertuliskan apapun.

"ini.. ruangan apa?" tanya Nara.

"heeem... setelah kau tanya, mungkin ini semacam kamar duka. karena orang luar tidak boleh masuk ke dalam ruang autopsi atau pun ruang mayat. Jadi ruangan ini dibuat khusus untuk keluarga dan kerabat yang ingin melihat apakah benar mayat tersebut orang yang mereka kenal."

"Reena!!" teriak seseorang.

Reena menoleh dan melihat Yukio berlari ke arahnya, alisnya berkerut menatap tajam Yukio.

Yukio langsung berhenti berlari dan menutup mulutnya, "maaf." ucapnya.

Reena menghela nafas kesal.

"dia siapa?" tanya Yukio.

"dia Nara, teman Kira. Dia ingin melihat Kira untuk terakhir kali." jelasnya.

"hah?! tapi dia tidak bisa sembarang masuk."

"dia dapat izinku." jawab Reena singkat.

Yukio mengacak-acak rambutnya sendiri, "terserah kau lah. Tapi ini peringatan dariku buat mu Nona, kau harus siapkan mentalmu." sambil menunjuk wajah Nara.

Nara sedikit bingung, memangnya seperti apa kondisi badan Kira sampai Reena dan laki-laki didepannya ini memperingati keras seperti itu??.

She's a PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang