Reena, Nara dan Yukio masih berada didepan pintu...
----------------------------------------------------------------"kau... apa kau benar-benar yakin mau melihatnya?" tanya Yukio lagi.
Nara mengangguk, "dia sahabatku, aku harus melihatnya untuk terakhir kali agar aku percaya itu dia."
"ternyata walau kalian suka menindas, kalian care satu sama lain ya." sindir Reena.
Nara diam. Yukio menyenggol lengan Reena.
"maaf...lalu ini terakhir kali kutanya, kau yakin Nara?" Reena bertanya lagi. Nara mulai lelah mendengar pertanyaan itu. Memang separah apa sampai kedua orang didepannya ini memperingati dia sangat keras.
"baiklah kita masuk." Reena mengetuk lalu membuka pintu itu.
Saat terbuka, terlihat kedua orangtua Kira. Ibunya sedang menangis terisak dalam pelukan suaminya, suaranya sudah tak terdengar. Mungkin beliau sudah menangis untuk waktu yang lama sampai suaranya tak tersisa. Kemudian Nara melihat sebuah ranjang dengan tubuh diatasnya yang tertutupi kain berwarna putih.
"bagaimana?" tanya Reena pada seseorang yang memakai jubah putih dan wajahnya tertutupi masker.
"kami sebisa mungkin menjahit semua lukanya, jujur saja hampir 80% tubuh ini penuh dengan jahitan kami agar terlihat lebih jelas" jelasnya.
'jahit? dia bilang jahit bukan?' Batin Nara.
Reena melihat ke arah Nara, "kau siap?"
Nara mengangguk sambil menelan ludah. Reena pun membuka kain putih itu.
Seketika terlihat tubuh Kira, penuh dengan jahitan disana sini. Nara tertegun, ia ingin berteriak tapi tak bisa karena terlalu kaget dan takut. Ia bagaikan melihat tubuh Frankenstein, bahkan lebih parah dari itu.
BRAK!!!
Nara berlari keluar ruangan secepat mungkin. Mual, itu yang dia rasakan.Reena mendekati Yukio, "temani ia diluar, aku akan berbicara dulu dengan bagian autopsi."
Yukio mengangguk, ia pun menyusul Nara diluar ruangan itu. Sedangkan Reena menghampiri orang yang tadi ia tanya.
"Dokter Lee, menurut sudut pandangmu senjata apa yang dipakai oleh pelaku?" tanya Reena.
"hem...." gumamnya sambil berpikir, "jika kulihat ini seperti sayatan pisau yang sangat tajam sampai lukanya bisa serapi ini. Seperti melihat binatang yang sedang di kuliti."
"begitu ya, terima kasih." kata Reena berbalik, kemudian ia berhenti. "oh! apa dia meninggal karena kehabisan darah?"
Dokter Lee hanya mengangguk. Tentu saja korban kehabisan darah, melihat luka yang seperti itu. Reena merasa bodoh menanyakan hal yang sudah pasti.
Reena pun keluar dari ruangan, pergi menuju taman yang sempat ia lewati dengan Nara tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's a Psycopath
Mystery / ThrillerSeorang gadis berjalan pelan dengan kepala tertunduk, setiap malam bajunya selalu berlumuran cairan merah kental berbau amis. Senyum menyeramkan menghiasi wajahnya, sebuah seringai sadis namun terlihat senang. Siapakah gadis itu? XiaoMei present~