Tuhan menciptakan setiap hambanya berpasang-pasangan. Menciptakan perempuan dari tulang rusuk sebelah kanan laki-laki. Dan Aku bersyukur dirimu adalah pasanganku serta tulang rusuk yang telah Allah takdirkan untukku.
Always be mine and dont ever leave me my lovely
-Tam-
🌻🌻🌻
Reitama Aliyansha
Jika aku melihatmu maka aku teringat akan sebuah puisi karya salah seorang sastrawan kesukaanku, Sapardi Djoko Damono.
"aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan rasa yang tak sempat diucapkan api kepada kayu hingga menjadikannya abu, aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat diucapkan hujan kepada awan hingga menjadikannya tiada".
Puisi yang singkat serta sederhana tapi memiliki makna yang cukup istimewa dan indah tapi tidak semua orang mampu memahaminya. Sama seperti dirimu yang sederhana tapi tidak semua orang bisa memilikimu, dan tidak semua orang mengetahui betapa istimewanya dirimu.
Tiada ku sangka bahwa aku dan kamu akan menjadi kita. Berawal sama-sama terjebak dengan orang yang bukan diperuntukkan untuk kita, terlebih sudah merancang masa depan yang indah dengan orang yang salah namun pada akhirnya sirna begitu saja. Begitulah takdir menemukan jalan untuk memisahkan dan menemukan mu diujung patah hati ku
Kita memang bukanlah pasangan yang fenomenal seperti Romeo dan Juliet, juga tidak seromantis Ali dan Fatimah Azzahra. Kita juga bukan pasangan yang hebat seperti Habibi dan Ainun. Tapi, kita adalah pasangan yang teristimewa menurut versi kita berdua karena kita adalah Tin dan Tam.
Mencintaimu adalah takdir yang aku syukuri, sebab manusia bisa merencanakan menjalani sisa hidup dengan seseorang. Tapi, ia tidak bisa menentukan kepada siapa ia akan melabuhkan cintanya.
Katanya cinta datang karena terbiasa. Tapi mengapa hubungan yang kaku itu bisa berubah menjadi utuh. Tanpa kata terbiasa kita mulai merajut asa untuk bersama.
Terima kasih untuk Tin dari Tam karena mau menerima kurangku, apa adanya diriku. Dan terima kasih untuk telah mencintaiku dengan sepenuh hatimu. Aku mempercayaimu.
🌻🌻🌻
Tinara Afifah
Aku memang tidak tahu banyak mengenai sastra atau hal semacamnya. Namun, aku pernah membaca sebuah sajak yang membuat ku mengingat akan dirimu.
"Aku mencintaimu, maka dari itu aku tidak akan pernah selesai mendoakan keselamatanmu"
Benar. Itu sajak dari sastrawan favoritmu, aku menyukai sajaknya yang kamu bilang sederhana namun memiliki makna yang indah.
Sama halnya dengan dirimu, yang tidak pernah bisa ku artikan. Untuk itu, mau kah kamu mengajarkanku untuk bisa memahami mu?
Aku memang bukanlah seorang pujangga yang pandai dalam merangkai kata-kata untuk memuji sang cinta. Aku hanya perempuan biasa, yang bertemu denganmu tanpa disengaja.
Tidak disangka bahwa orang yang menjadi takdirku adalah dirimu. Tidak pernah terbesit dalam benakku, bahwa dirimu akan menjadi milikku. Bahkan pertemuan kita tidaklah berkesan begitu baik. Lagi-lagi takdir seolah mengajakku bermain tebak-tebakan, tanpa ku tahu apa jawabnya.
Rasa yang tidak pasti ini, kau meyakinkan rasa itu menjadi asli. Bahkan aku sang pemilik rasa pun tidak yakin dengan apa yang akan menjadi takdirku. Sebab takdir pernah mengujiku, membuatku jatuh. Beruntung adalah kata yang cocok untukku saat bertemu denganmu.
Apa kau pikirkan tentang kita yang bukanlah pasangan seperti Romeo dan Juliet, Ali dan Fatimah, atau Habibi dan Ainun. Sepertinya itu benar adanya.
Sebab aku bukanlah Juliet yang harus ikut mati dengan pasangannya tapi akulah Tina seorang perempuan yang kau temukan patah sepatah-patahnya dan jatuh sejatuh-jatuh. Bahkan saat itu aku mengira tak akan bisa bangkit lagi. Lalu kamu datang membawa sebuah senyuman yang dirangkai dengan begitu baik.
Maaf ya tidak bisa menjadi Juliet mu. jika maut memisahkan biarlah yang ditinggalkan mendoakan yang pergi, tidak perlu ikut bersama karna yang ditinggal perlu berkemas untuk menyusul atau mengajak pasangannya ke tempat terindah.
Aku juga bukan Fatimah Azzahra, putri Nabi Muhammad SAW, yang sangat hebat menyimpan rasa cintanya hingga syaitan pun tak mengetahuinya. Jangankan untuk menyembunyikannya dari syaitan dari manusia saja kadang masih lalai. Aku hanya perempuan yang terkadang tidak bisa mengontrol emosi, yang masih perlu kamu bimbing agar menjadi lebih baik.
Kita adalah pasangan yang terbaik menurut apa adanya kita, kesederhanaan yang kamu ajarkan kepada diriku serta mengingatkanku akan kewajiban yang sering terlalaikan.
Kita adalah pasangan teromantis menurut versi kita berdua. Kita memang sering bertengkar dan aku hampir meninggalkanmu karena kebodohanku, tapi kamu begitu sabar dengan kurangnya diriku.
Kita memang bukan pasangan yang fenomenal atau sefantastik pasangan yang banyak orang-orang gandrungi dan membuat orang lain iri dengan kisah yang mereka torehkan, tapi pasangan-pasangan tersebut akan membuat kita termotivasi untuk mengukir sejarah baru dengan kisah cinta kita.
Maaf untuk Tam dari Tin sebab pernah mengecewakanmu tidak membalas rasa cintamu terhadapku sejak awal, tapi untuk sekarang dan Insya Allah seterusnya, selamanya, dunia akhirat aku mencintaimu. Aku akan selalu menemanimu suka maupun duka.
Tina dan Tama
"Bismillah, semoga kita senantiasa berpegangan tangan menghadapi panas dingin, terik hujan, dan bahkan gelombang besar yang sewaktu-waktu menghantam kapal kita"🌻🌻🌻
.
.
.
.
.Let's read next chapter for know story of Tin and Tam :*
Huwaaa akhirnya siappppp, masih chapter satu sih. Kalau ada salah penulisan atau ada nemu letak salah, kasih tau ya (biar bisa diperbaiki)🙂
...
Salam,
TH🖊️
KAMU SEDANG MEMBACA
TINTAM (ON GOING)
General Fictionkisah kita tak sehebat, semanis, dan seromantis orang lain. tapi, kisah kita sehebat, semanis, dan seromantis versi kita berdua. Tinara Afifah Seorang Guru sekolah menengah pertama, yang harus menghadapi siswa pada masa peralihan. Masa saat mereka...