Kinasih 1

11.6K 973 100
                                    

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah: 186)

***

Sekar menutup mushafnya, seperti biasa setelah salat subuh gadis itu selalu membaca beberapa lembar dari Alquran. Hari masih gelap, tapi kebiasaan setiap pagi selalu ia kerjakan. Menyiapkan teh dan sarapan untuk abah dan ibunya. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Hidup sebagai putri seorang guru honorer membuatnya berputar otak bagaimana membantu biaya hidup yang kian menghimpit. Dengan ijazah yang ia miliki, Sekar bekerja menjadi pramusaji di sebuah restoran siap saji. Ia bersyukur dengan pekerjaan itu, dirinya bisa membantu membayar biaya sekolah Ayu adiknya yang tengah menimba ilmu di pesantren.

"Nduk, mbokya kamu itu ndak usah repot begini tiap pagi. Ibu masih bisa masak untuk sarapan kalian kok." Ibunya muncul di dapur menghampiri Sekar. Gadis berdagu lancip itu tersenyum menyadari ibunya sudah berada di samping.

"Ibu, Sekar senang kok," ucapnya seraya mematikan kompor.
Sang ibu tersenyum melihat anak gadisnya.

"Sudah, sekarang kamu mandi sana! Nanti terlambat masuk kerja," perintahnya. Gadis bertubuh langsing itu mengangguk.

Baju merah serasi dengan jilbab adalah seragam tempat ia bekerja. Bersyukur meski ia memakai jilbab tidak dipersulit untuk bekerja di tempat itu. Setelah rapi, ia berpamitan pada abah dan ibunya.

Hujan deras semalam membuat beberapa genangan di jalan, hal itu menyebabkan Sekar harus berhati-hati melangkah. Sesekali ia melompat menghindari air yang menggenang menyerupai kolam mini.

Jarak antara tempat kerja dan rumahnya tidak begitu jauh, ia biasa naik angkutan umum sekali saja. Cuaca pagi itu pun masih berselimut kabut. Matahari seolah enggan muncul. Sekar berjalan menuju halte tempat biasa ia menunggu angkutan lewat.

Saat ia hampir dekat ke halte, sebuah mobil melintas cepat melewati genangan air kotor menciptakan cipratan ke arah Sekar sehingga bajunya kotor dan basah. Mata gadis itu membelalak marah. Seharusnya mobil tadi bisa menghindari genangan, tapi entahlah sepertinya sang pengemudi ugal-ugalan. Meski kesal mau tak mau ia harus tetap berangkat kerja.

***

Restoran buka pukul delapan pagi, sebisa mungkin Sekar tidak datang terlambat. Karena kedisiplinan di tempat kerjanya sangat diperhitungkan. Gadis itu tak ingin kehilangan pekerjaan yang baru dijalani selama enam bulan itu.

"Ya ampun, Sekar! Kenapa baju kamu basah?" Resti menyapa dengan mata membeliak. Tak menjawab ia berusaha membersihkan lumpur yang menempel di ujung seragamnya.

"Sekar, aku dengar nanti bakal kedatangan Mas Wisnu!" Resti mencolek bahunya. Gadis hitam manis itu sama seperti dia, baru masuk beberapa bulan lalu.

"Wisnu ...."

"Iya, Mas Wisnu anak Pak Dirga pemilik restoran ini," tuturnya.

Sekar mengangguk, senyumnya melebar menyambut pengunjung. Sambil melayani pesanan, kembali Resti bercerita tentang Wisnu. Sekar sendiri tidak begitu antusias menyimak. Baginya costumer nomor satu dibandingkan cerita tentang Wisnu yang konon menurut sebagian teman memiliki ketampanan bak Prince Caspian di film Narnia.

Pengunjung tidak begitu ramai pagi itu, beruntung baginya bisa mengeringkan jilbab yang ia pakai di musalla di bagian belakang restoran.

"Sekar! Cepat keluar, Mas Wisnu datang! Kita semua harus menyambutnya," teriak Resti. Bergegas ia mengenakan jilbab merapikannya kemudian keluar.

Karena Cinta itu ... Kamu!( Part udah nggak lengkap. Cuss Ke KBM App Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang