Kinasih/ KCiK 29

4.3K 869 177
                                    


Kesepakatan telah dibuat. Sekar berhak menentukan apa yang akan dilakukan dengan konsekuensi dia harus menjaga baik-baik kandungannya.

Wisnu bisa sedikit bernapas lega melihat Sekar tak lagi keras kepala. Terlebih setelah mendapat banyak nasehat dari dokter, ia menjadi lebih lunak di banding sebelumnya. Meski dirinya harus berkali-kali mengalah karena Sekar menolak di dekati.

Seperti selayaknya wanita hamil pada umumnya, mual dan nyidam juga harus dilewati Sekar. Meski terkadang aneh, tak urung Wisnu mencoba memahami dan bersabar dengan semua permintaan sang istri.

"Mas Wisnu, maaf tapi Mbak Sekar mau makan buah manggis, nggak mau anggur," tutur Bu Mirah saat Wisnu baru saja tiba dari kantor. Di tangannya membawa bungkusan berisi anggur manis tanpa biji yang pagi tadi dipesan Sekar.

Mendengar penuturan asisten rumah tangganya, pria itu mengernyit heran.

"Tapi tadi dia minta anggur, Bi."

"Tapi barusan Mbak Sekar nggak mau lihat anggur," terangnya.

"Dia belum tahu aja kalau ini anggur terbaik, biar saya yang kasi." Wisnu melangkah menuju kamar. Ia melihat Sekar tengah membaca majalah tentang kehamilan.

"Sekar ... ini anggur yang kamu pesan tadi pagi. Aku rasa kamu pasti suka, ini anggur paling baik. Coba deh!" Windu mendekat. Lagi-lagi Sekar harus menatap pria itu dengan tatapan memohon agar tidak mendekat.

"Jangan dekat! Mandi sana! Aku bilang aku nggak suka aroma ini," pintanya menutup hidung. Wisnu membuang napas kasar kemudian mengangguk.

"Oke, aku mandi. Emang aku bau banget ya?" Ia mencoba membaui dirinya sendiri. Melihat itu Sekar mengulum senyum lalu menatap ke arah lain.

"Aku nggak mau anggur. Aku mau manggis!"

"Tapi bukannya tadi kamu pesan anggur?"

"Aku nggak maksa Mas beliin manggis, aku cuma nggak mau anggur," balasnya.

"Oke, aku mandi dulu. Nanti aku carikan manggis." Wisnu menggeleng seraya mengusap tengkuknya kemudian masuk ke kamar mandi.

***

Kehamilan Sekar membawa banyak perubahan pada Wisnu. Pria itu sehari bisa tiga kali atau lebih menelepon sang istri hanya untuk memastikan Sekar sudah makan dan minum vitamin. Meski terlihat aneh, tapi ia berusaha menikmati itu. Sekar tahu, perubahan sang suami itu karena kehamilannya.

"Bagus dong itu! Lalu apa lagi yang salah?" Resti menanggapi cerita Sekar. Pagi itu setelah Wisnu pergi ke kantor ia pergi ke rumah Resti. Kebetulan gadis itu mendapat shift sore.

"Resti, terkadang hidup itu tidak hanya tentang apa tapi juga tentang kenapa," balasnya meneguk air mineral.

"Maksudmu?"

"Sama seperti yang kualami sekarang. Kenapa dia berubah itu karena ada sebabnya, sebabnya aku hamil anaknya. Kalau tidak, aku rasa di dia tidak begitu," jelasnya, "aku sudah hampir putus asa untuk terus berharap bahwa suatu saat dia tak lagi menyebut nama wanita itu, betapa aku juga ingin ada arti di matanya setelah semua yang kulakukan, tapi buktinya? Tidak kan? Bahkan dia hanya memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri dan aku? Aku dibiarkan melangkah sendiri tanpa ia mau tahu!" Sekar menarik napas dalam-dalam.

Sejenak Resti terdiam, ia paham seperti apa pengorbanan wanita itu. Bahkan ia rela tersakiti demi menjaga nama baik Abah juga mertuanya. Ia juga tahu, bagaimana Wisnu belum bisa melupakan Laras.

Sebagai karyawan ia tahu seperti apa majikannya itu. Ia tahu betul bagaimana Wisnu mencintai Laras. Jauh sebelum Sekar bekerja di restoran itu, Resti telah lebih dulu bekerja di sana. Dia kenal baik dengan Laras dan tahu bagaimana mereka saling mencinta.

Karena Cinta itu ... Kamu!( Part udah nggak lengkap. Cuss Ke KBM App Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang