Kinasih/KCiK 23

4.7K 844 203
                                    

Seorang perempuan paruh baya dengan tampilan dan gaya sosialita terlihat tengah tersenyum ke arahnya. Di samping wanita itu tampak gadis cantik semampai berambut sebahu juga ikut tersenyum.

Wisnu mendekat menjabat tangan perempuan yang dia panggil mama itu, lalu beralih ke gadis di sampingnya.

"Kamu belanja?"

"Iya, nemenin ...."

"Dia? Dia istrimu? Serius?" tanya wanita itu menunjuk dengan dagu ke arah Sekar yang masih sibuk memilih keperluan dapur.

Wisnu tersenyum mengangguk.

"Oh iya, kapan kalian bisa meneruskan bisnis join yang dulu? Sayang loh itu, kan sudah separuh jalan ...." Wanita itu menatap gadis di sana.

"Aku sih siap, Ma. Lagian berkas punya Mbak Laras sudah kelar aku pelajari. Tinggal nunggu konfirmasi dari Bos Wisnu aja sih!" kelakar Delia mengerling ke Wisnu.

"Nanti aku hubungi ya, Delia. Mungkin aku ada kosong minggu depan, kita atur waktunya kapan ketemu."

"Ketemu di rumah aja gimana? Sekalian makan malam?" tawar Anita- mama Delia.

Wisnu tampak sedikit berpikir lalu kemudian berkata, "Saya akan pikirkan nanti, Ma."

"Mama juga pingin kita sama-sama mengenang Laras, mama harap kamu bisa datang ke rumah ... atau, kamu keberatan karena ada ...."

"Mama, sudah deh! Kalau Mas Wisnu nggak bersedia nggak apa-apa. Kita bisa ketemu di tempat lain kan, Mas?"

Wisnu mengangkat bahu kemudian mengangguk. Semua yang terjadi itu jelas disaksikan Sekar dari kejauhan. Keakraban Wisnu, Delia juga wanita paruh baya itu cukup memberi arti seperti apa arti keluarga Laras itu di hati sang suami. Tak ingin mengusik keakraban itu, ia melangkah terus ke tempat peralatan dapur meninggalkan Wisnu.

Sekar terus melangkah hingga tanpa terasa telah jauh dari tempat yang tadi. Pikiran yang melayang membuat dirinya tak sadar hingga hampir saja bertabrakan dengan orang yang juga berbelanja.

"Maaf, saya nggak sengaja." Pria itu menangkap tangannya ke dada. Sekar mengangguk bergegas menjaga jarak.

"Sekar?"

"Ustaz Farhan?"

"Ustaz belanja?"

Sambil tersenyum pria berkulit putih itu mengatakan bahwa ia sedang membeli keperluan bakti sosial di mesjid Minggu depan.

"Ustaz sendirian?"

"Sama Ustazah Arum, Ustaz Faisal juga Abi.  Kami berpencar," terangnya.

Sekar membulatkan bibirnya, kemudian meminta maaf karena belum bisa aktif kembali mengajar dan berkegiatan di sekolah.

"Nggak apa-apa, nanti kalau sudah bisa kembali, kami selalu menunggu."

Pria berbaju biru itu menyudahi obrolan, ia mengucap salam kemudian melangkah meninggalkan Sekar. Wanita itu mengangguk menarik napas panjang.

"Kenapa kamu bisa sampai ke sini?"  Suara Wisnu tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Sekar membalikkan badan menatap sang suami yang tengah menatapnya lekat.

"Kenapa emang? Aku lagi belanja kok!"

"Tapi kan kita belanja bareng, Sekar?"

"Bareng?"

"Iya."

"Bukannya tadi Mas asik ngobrol sama keluarga ... ah sudahlah! Nggak penting." Sekar melangkah cepat meninggalkan Wisnu. Pria itu bergegas menyusul dengan mendorong trolly yang telah terisi dengan aneka belanjaan.

Karena Cinta itu ... Kamu!( Part udah nggak lengkap. Cuss Ke KBM App Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang