Kinasih/ KCiK 30

5.2K 912 241
                                    

Wisnu menatap langit-langit ruangan kantornya. Sesekali ia mengalihkan pandangan ke bingkai foto yang berada di meja. Masih seperti yang dulu, foto Laras belum hilang, foto itu masih setia menemaninya bekerja.

"Sayang, ingat ya. Jangan pernah telat makan! Asam lambung itu kali naik bahaya!" tutur Laras seraya mengusap pipinya.

"Kamu juga! Jangan malas untuk kontrol. Aku selalu siap dua puluh empat jam atau lebih untuk mengantarmu!" Wisnu membalas dengan mencubit pelan pipi Laras yang tak lagi chubby.

"Sayang ... kalau aku pergi. Aku harap penggantiku kelak bisa lebih mengerti kamu dan bisa lebih membuat kamu bahagia ...," lirihnya menatap sendu.

"Kamu bicara apa sih? Nggak ada yang bisa menggantikanmu, Laras. Nggak akan ada!"

"Ada! Dan harus ada. Aku nggak mau kamu sendirian, Wisnu. Kamu harus dapat yang terbaik, memiliki pendamping yang baik, mempunyai anak-anak yang lucu ... kamu harus bahagia." Mata Laras berkaca-kaca menatap pria di depannya. Sementara Wisnu tak ingin terlihat sedih, ia segera merangkul gadis itu erat.

Laras mengurai pelukan, ia menengadah tersenyum menatap sang kekasih.

"Jangan cengeng! Aku nggak suka lihat kamu sedih," tuturnya memamerkan deretan gigi yang rapi.

"Aku nggak cengeng, tapi aku nggak suka kalau kamu bicara seperti tadi."

"Aku harus tetap bicarakan itu," ujarnya kembali tersenyum, "sampaikan salamku nanti pada pendampingmu ... bahwa dia harus bisa bersabar menghadapi pria keras kepala sepertimu," sambungnya dengan tawa jenaka.

"Laras, tolong berhenti bicara soal ini. Kit bicarakan perkembangan kamu setelah kemo aja yuk!" Wajah Wisnu berubah serius. Sedang Laras terlihat santai.

"Nggak ada yang perlu diperbincangkan soal itu. Aku akan mati cepat atau lambat, Sayang. Semua pengobatan ini cuma mengulur waktu saja," ungkapnya tersenyum masam.

"Ck! Aku benci kamu mengatakan itu!"

"Tapi aku suka kalau kamu seperti ini, aku merasakan kamu benar-benar mencintaiku," selorohnya mencubit hidung mancung milik Wisnu.

"Aku serius, Laras. Kamu harus sembuh, kamu pasti bisa sembuh!"

Laras tersenyum mengangguk seraya berkata, "Iya, Wisnu. Aku pasti sembuh! Terima kasih dan maaf aku sering membuatmu resah."

Wisnu tersenyum kembali memeluk Laras. Gadis berambut panjang itu berbisik, "Jika nanti aku pergi, tetaplah bahagia. Kamu harus yakin aku juga sudah jauh lebih bahagia di sana! Berjanjilah."

Pria itu tak menanggapi, ia hanya bisa membalas dengan mengeratkan pelukannya.

Ketukan pintu membuat Wisnu terkejut. Matanya mencoba meyakinkan wanita yang tengah berdiri di pintu.

"Delia?"

***

Sekar menjalani hari seperti biasa, tetap beraktivitas dan tentu saja tanpa meninggalkan kewajibannya menjaga calon bayi yang ada di rahimnya.

Sore itu Sekar baru saja selesai membersihkan diri. Ia tampil cantik dengan gamis biru muda polos dengan pita pink melingkar di pinggang dipadu dengan jilbab sewarna. Perutnya mulai terlihat semakin menonjol. Wanita itu telah memasuki usia kehamilan lima bulan.

Semenjak hamil ia lebih sering mematut diri di depan cermin. Konon kata Bi Mirah bayi yang di rahimnya ini berjenis kelamin perempuan. Namun, ia sama sekali tak pernah ingin tahu hal itu. Menurutnya masih terlalu dini untuk menyimpulkan soal itu.

Karena Cinta itu ... Kamu!( Part udah nggak lengkap. Cuss Ke KBM App Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang