Kinasih 7

6.8K 826 107
                                    

"Sebaik-baiknya kesabaran adalah saat kau memilih diam. Padahal emosimu sedang meronta ingin didengarkan

Sebaik-baiknya kekuatan adalah ketika kamu memilih tersenyum. Padahal sejak tadi air matamu tak mau dibendung"

💞💞

Azan maghrib menandakan saatnya berbuka puasa. Sekar meneguk segelas air putih setelah sebelumnya mengucapkan doa berbuka. Telepon genggamnya bergetar. Ada pesan masuk dari sang adik. Ayu mengirimkan dokumentasi saat pernikahannya.

Senyum tipis menghias bibir Sekar. Satu persatu ia gulir, terlihat jelas kebahagiaan terlukis di wajah kedua orang tuanya. Mata indah Sekar membidik wajah suaminya. Wisnu terlihat pintar bersandiwara. Senyum lebar pun terukir di bibir suaminya. Gadis itu menghela napas dalam-dalam. Kembali ia meletakkan telepon seluler.

"Sepertinya kamu bahagia setelah menerima pesan? Ada apa?" Wisnu tiba-tiba ada di sampingnya.

"Bukan urusan Mas!"

"Hei! Sekarang apa pun yang jadi urusanmu adalah urusanku juga! Kamu lupa?"

Sekar tak menjawab. Ia beranjak menuju dapur.

"Kamu tidak menjawab?" tegas Wisnu.

"Saya rasa itu bukan hal penting!" Sekar acuh menanggapi.

"Kamu nggak sopan, Sekar!" Wisnu menarik lengannya kasar membuat gadis itu berhadapan tepat tanpa jarak dengan sang suami.

"Jika saya nggak sopan, apa Mas juga sopan memperlakukan saya seperti ini?" Ia mencoba melepaskan lengannya dari genggaman tangan Wisnu. Kesal pria itu melepas kasar sehingga hampir saja ia terjerembab.

"Aku hanya bertanya apa isi pesan yang membuatmu senyum-senyum! Dan jawaban kamu bikin aku kesal!"

Sekar diam, ia memilih pergi ke kamar meninggalkan Wisnu. Mengetahui gadis itu tak terpengaruh kemarahannya, Wisnu mengepalkan tangan dengan rahang mengeras.

"Sial! Perempuan keras kepala!" ungkapnya kesal.

Sekar memilih melaksanakan salat maghrib. Ia mencoba sebisa mungkin meminimalisir berinteraksi dengan lelaki itu. Meski dirinya sah menjadi istri Wisnu, tetapi ia enggan melepas jilbab bahkan kaos kaki ketika di rumah.

Ia bertekad memberi pelajaran kepada lelaki itu. Baru dua hari hidup bersama ia merasa seperti di dalam neraka. Mau tidak mau dirinya harus mengikuti permainan yang tengah dikendalikan Wisnu. Ia tak mau keluarganya tahu latar belakang pria itu menikahinya.

Seusai salat ia kembali memakai jilbab juga kaos kaki kemudian menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam sekaligus untuk dirinya berbuka.

Tak ada Bibi Tuti, perempuan itu mengatakan bahwa dirinya dibebas tugaskan sementara oleh Wisnu selama mereka berdua di tempat ini. Ia paham, tapi bagi Sekar bukan masalah, sebab dirinya telah terbiasa menyiapkan hidangan untuk keluarganya saat masih bersama Abah.

Cekatan ia memasak ayam kecap dan mihun goreng plus kerupuk udang untuk Wisnu. Setelah selesai, ia mendatangi kamar sang suami. Kebetulan pintu kamar tidak ditutup sehingga ia bisa leluasa masuk.

Langkahnya terhenti saat melihat pria itu tengah bertelanjang dada dengan handuk melilit di pinggang. Jelas tetes air yang mengalir dari rambutnya membasahi bahu dan dada bidang Wisnu. Cepat ia melangkah mundur, ia merasa malu melihat pemandangan itu.

"Kenapa kamu keluar?" tegur Wisnu seolah mengabaikan dadanya yang bergemuruh.

"Maaf, makan malam sudah siap."

Karena Cinta itu ... Kamu!( Part udah nggak lengkap. Cuss Ke KBM App Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang