16

4K 463 23
                                    

Penggemar dalam diam

.
.
.
.


Happy reading ^•^

.
.



Chenle duduk dibawah rindangnya pohon yang terletak tak jauh dari taman. Tempat yang sangat pas untuk menyendiri. Suasana yang damai dengan pencahayaan yang cukup terang serta bunyi kicauan burung pun ikut membuat nyaman siapa saja yang duduk disana. Apalagi kini terdengar suara gemercik air mancur yang menambah kesan santai untuk sekedar memperhatikan sang pujaan hati.

Ya.

Disini chenle sekarang. Dibawah pohon sambil sesekali memotret ciptaan Tuhan yang paling indah dimatanya. Wajah itu tampak bersinar dibawah terpaan cahaya matahari belum lagi cucuran keringat yang turun dari dahi ke rahang tegas itu membuat kesan seksi padanya. Chenle terpaku melihat ketampanan jisung yang tengah berlatih basket di lapangan bersama teman temannya.

Disini adalah tempat yang cocok untuk melihat jisung tanpa sepengetahuannya. Chenle terlalu pengecut untuk jadi orang yang berterus terang. Dia akan lebih memilih untuk melihat dari kejauhan daripada mendekat. Degub jantung makin tidak beraturan saat jisung menyeka keringat itu dengan baju basketnya membuat perut sixpack itu terlihat dengan jelas.

Chenle mengalihkan pandangannya.
"Bodoh. Apa yang kamu pikirkan chenle ?!" Gumam chenle sambil memukul kepalanya berulang kali.

'AKU BISA GILA !!' teriaknya dalam hati. Jisung sekarang terlalu menggoda untuk diabaikan.

APA ?!

CHENLE ! LO MIKIR APA BARUSAN !!

JJINJJA. CHENLE BENER BENER GILA SEKARANG.

Tak lama chenle membuka buku diary lalu menuliskan beberapa bait puisi untuk sang pujaan hati. Jujur saja, jisung adalah penyemangat untuk menulis yang merupakan hobi barunya kini. Entah kenapa, Semenjak dia merasa jatuh cinta pada jisung kata kata indah itu terus terlintas dipikirannya membuat chenle pusing sendiri. Hanya satu cara agar kata kata indah itu terus abadi yaitu menulisnya.

Saat selesai menulis chenle berniat memotret jisung lagi. Tapi yang ada di dalam kameranya bukan jisung sendiri tapi ada lami yang tengah menyeka keringat sang pujaannya. Sangat dekat, hingga membuat hati chenle hancur. Dia melihat jisung tak menolak bahkan menepis tangan itupun tidak. Dan lagi lagi chenle merasakan sakit yang luar biasa.

Tak ingin berlama-lama chenle segera membereskan bukunya lalu pergi dari tempat itu dengan perasaan kacau.

***

"Lo kenapa le ? Kok kayak kesel gitu ? Sini cerita sama emak" ujar haechan yang membuat mark disebelahnya terkekeh geli

"Kalo enchan emaknya berarti gue bapaknya dong"

"Dih ?!" Sungut renjun yang duduk didepan chenle.

"Apa sih njun. Suka suka cogan lah"

"Berisik ah ?!" Sarkas chenle yang langsung menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Kenapa le ??" Ujar Mark sambil mengelus kepala chenle dengan penuh perasaan.

Chenle menggeleng. Mark terlalu baik untuk di abaikan.
"Gapapa" lirihnya

Jaemin masuk kedalam kelas dengan wajah lelahnya. Saat ini dia sendiri membuat satu kelas bingung dengan fakta itu.
"Mana Jeno jaem ?" Tanya Mark

Jaemin hanya melirik setelah itu berlalu pergi ke bangkunya, memasang aerphone dan memejamkan mata seolah tidak perduli dengan tatapan teman sekelasnya. Melihat itu si haechan menarik pundak Mark dan renjun mendekat ke arah chenle jadi mereka berdiri melingkar kecuali chenle duduk di kursinya.

"Sst.. kayaknya Jeno sama Jaemin marahan deh"

"Apa gara gara kemaren ya ?" Sahut Mark yang sama setengah berbisik

"Gak. Semua itu berawal dari gue" kata renjun dengan wajah murungnya.

"Lah ? Kok jadi elo sih njun ? Kagak mungkin lah"

"Gue tau. Pas jaemin cium pipi gue si Jeno kan langsung pergi"

"Terus ?" Ujar Mark penasaran

"Gue sempet liat Jeno jaemin adu mulut di parkiran"

"Ooh pas lo pergi mau jaemin itu ?"

Renjun mengangguk
"Iya. Gue jadi gak enak. Padahal gue gak ada rasa sama si jaemin"

"Rumpiin apa ?" Tanya seseorang di sebelah haechan

"Itu loh pak. Si jaemin sama Jeno berantem. Kan aneh. Secara mereka gak pernah berantem selama sekolah disini" ujar haechan yang belum menyadari jika yang mengajaknya bicara adalah Ten sang guru fisika yang terkenal galaknya sama cem pak Jhonny tapi sedikit lebih asik pak Jhonny dari pada Ten.

"Ooh. Gitu. Sekarang bisa kamu tinggalkan keluar dari kelas ini ?"

Mark dan renjun udah pucat
"Bisalah" ujar haechan enteng sedangkan Mark sama renjun udah melotot horor.

Ini si haechan belum sadar apa gimana sih ? Cari mati emang ?! Teriak renjun dan Mark didalam hati

"Silahkan keluar" ujar Ten dengan tatapan dingin nya

Mark dan renjun disuruh duduk sedangkan si haechan berjalan ke arah pintu. Tapi setelah berada di ambang pintu dia baru sadar.

"Eh ?" Haechan menatap Ten dengan tatapan bingung, takut, dan seolah mengatakan 'apa yang terjadi'

Yang dibalas oleh Ten
"Silahkan keluar dari kelas saya. Lee Donghyuk"

'Mampus. nilai rapot gue !!!' batin haechan dengan histeris.

***

TBC

Maaf kalo aku keseringan update. Soalnya kalo lagi gak sempat gak bakal pegang hp. Jadi selama ada waktu luang bakal update terus.

Because Of You(Chensung) {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang