32

3.9K 428 33
                                    

Sungai Han
.
.

"Setelah sekian lama akhirnya kita kesini lagi" ujar jisung sambil meminum soda yang ada ditangannya. Sedangkan si mungil masih fokus dengan indahnya cuaca.

"Eem chenle ?"

"Hng ?" Jawab chenle sambil menatap mata sipit jisung.

"Yang tadi siapa ?"

"Guanlin"

Jisung mengangguk paham
"Oh gitu"

"Gimana kabar bunda sama ayah ?"

Jisung melirik ke arah chenle sambil tersenyum teduh
"Gue gak tau"

"Maksud lo ?"

"Gue udah lama gak pulang kerumah. Gue tinggal di apartemen"

Mata chenle membulat lucu. Sepengetahuannya jisung adalah anak yang manja dan paling tidak bisa jauh dengan sang bunda. Tapi apa ini ? Dia tinggal sendiri ? Dan sudah lama gak pulang ? Jisung masih waras kan ?

Melihat reaksi si mungil membuat jisung terkekeh lalu mengelus Surai bloode itu.
"Iyaaaa~ gue anak manja dulu tapi semenjak lulus SMA gue berubah"

"Gak yakin gue mah"

"Apalagi gue" jawab jisung.

Chenle makin tak mengerti sekarang.
"Gue bingung.. sebenarnya ada apa ?"

Jisung kembali terkekeh
"Ayah sama bunda lagi gak akur"

"Hah ?!"

"Banyak hal yang udah terjadi le. Hidup gue hancur sejak hari itu"

Chenle kembali menatap lurus kedepan. Fokus pada bunga-bunga yang berguguran menghiasi sore hari ini. Dia merasa buruk. Entah kenapa bisa seperti itu. Hatinya serasa diremat kuat saat jisung bilang hidupnya hancur.

"Jisung--- maafin gue, waktu elo butuh sandaran gue gak ada"

Jisung tersenyum
"Gue udah terbiasa kok. Lagian elo ada disini aja udah bikin gue seneng"

Chenle berdiri dari duduknya dan menarik jisung kepelukannya. Wajah jisung tenggelam nyaman di perut chenle. Sedangkan jisung sama sekali tak membalas pelukan itu. Dia merasa tidak pantas untuk dipeluk oleh orang sebaik chenle.

"Sekarang gue disini"

"Chenle ?!"

Pelukan itu terlepas disusul tolehan kepala keduanya untuk mencari sumber suara.
"G-guanlin ?"

"Ngapain Lo meluk dia ?!"

"Dia--- butuh gue"

"Bangsat kayak dia gak butuh orang baik kayak lo" ujar guanlin sambil menarik tangan chenle untuk menjauhi jisung.

Jisung hanya diam melihat kedua orang itu dengan tatapan yang tak bisa chenle mengerti.

Jisung tersenyum "guanlin bener le. Gue gak pantes"

"Ji-jisung..."

"Jauhin dia ?!" Guanlin menarik paksa chenle yang ingin kembali memeluk jisung. Mata sipit si mungil mulai mengeluarkan air mata. Dia tak pernah melihat jisung serapuh itu. Semarah apapun dia jika jisung seperti ini dia sudah luluh. Tapi kenapa ada saja seseorang yang menghalanginya.

"Ayo pulang ?!"

"Lepas lin ?! gue belum mau pulang"

Guanlin menggeram kesal.
"Buruan ?!"

Jisung sebenarnya marah dengan guanlin yang menarik paksa Chenle seperti itu tapi dia bisa apa. Guanlin ada benarnya. Orang brengsek tidak pantas dengan orang baik berhati mulia seperti chenle.

Chenle makin keras menangis saat jisung mulai jauh dari pandangannya. Melihat cara senyum tegar yang menyakitkan itu membuat chenle ingin memeluk tubuh itu lebih lama. Jisung tetap diam di tempat duduknya sambil menatap pasrah kepergian chenle dengan orang lain.

"JISUNG ?!"

****

"hah.... Hahh....hahh..." Deru nafas pemuda mungil terdengar sangat jelas di dalam kamar yang sepi.
"Mimpi itu lagi"

Chenle terbangun dari tidurnya dengan keringat membasahi dahi mulus itu. Dengan nafas tak teratur dan tangan yang gemetar dia mencoba mengambil ponsel yang ada dimeja nakas.

"Jam 9 malam. Gue tidur kelamaan" ujarnya sambil turun dari ranjang

Langkah kakinya pergi menuju balkon kamar lamanya yang terletak didepan balkon kamar jisung. Dia sudah berada di Korea selama satu minggu tapi belum juga menemukan cinta pertamanya itu. Apa chenle harus kesana agar tau dimana jisung berada. Tapi kenapa chenle mulai ragu, seperti ada yang mengganjal.

Lampu kamar itu selalu hidup tapi seperti kosong dan tak berpenghuni. Apa jisung sengaja tidak keluar ? Tapi kenapa ?

Ada banyak pertanyaan yang melintas dipikirannya. Dan harus ada usaha agar chenle mendapatkan jawabannya.

"Gue harus ketemu jisung"

****

TBC

Because Of You(Chensung) {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang