part 14

1.1K 184 5
                                    

Mimpi itu datang lagi. Jisoo tahu kalau dia sedang bermimpi. Teriakan-teriakan keras, pertengkaran dan adu mulut panas terdengar di luar kamar, diselingi dengan hujan badai dan kilatan petir lengkap dengan suara guntur yang memekakkan telinga.

Membuat jisoo merasa sangat ketakutan, dia masih kecil di mimpi itu, mungkin empat tahun, duduk di lantai sambil menutupi telinganya, memejamkan matanya. Mencoba tidak mendengarkan teriakan-teriakan itu. 
Siapa yang berteriak-teriak itu? Kenapa? dimana ayahnya? 
 
Lalu sebuah tangan meraihnya, lembut. Jisoo kecil tersentak dan berseru ketakutan.

“Sttt… Jangan takut ini aku.” jisoo kecil mengenali aroma itu, aroma menenangkan yang sangat akrab. Dan suara itu juga terdengar akrab.

“Mereka akan berhenti bertengkar nanti. Sini biar kupeluk dirimu dan kunyanyikan lagu untukmu.”

Yang memeluknya adalah seorang anak lelaki. Lebih tua darinya. Tidak dikenalnya tetapi terasa akrab. Akrab tetapi dia tidak dapat mengingatnya. Kenapa dia tidak dapat mengingatnya? 

Anak lelaki itu bernyanyi, suaranya terdengar lembut. Dia bernyanyi untuk mengalihkan perhatian jisoo dari suara petir yang menggelegar di luar, mengalihkan jisoo dari suara teriakan-teriakan pertengkaran di luar. 

Lambat laun jisoo hanya mendengarkan suara nyanyian anak lelaki kecil itu. Tidak ada lagi suara guntur, tidak ada lagi suara teriakan pertengkaran. Kamar itu terasa begitu damai… Hanya ada jisoo dan anak lelaki kecil itu…

Jisoo terbangun kemudian, dengan tubuh basah kuyup dan napas terengah-engah. Mimpi itu sudah lama tidak datang. Dan sekarang datang lagi menghantuinya. Mimpi yang sama, kamar yang sama, anak lelaki yang sama…  kenapa?


******






“Pulang sendirian lagi?”
Jisoo menoleh mendengar sapaan yang akrab itu.

Dia mendapati Jin sedang bersandar pada mobil hitam legamnya, tersenyum menatapnya.

Senyumnya lebar dan ramah, sama sekali tidak tampak kalau dia adalah penghancur wanita seperti yang dikatakan oleh taeyong.

Kalaupun dia memang seorang penghancur wanita, sepertinya sah-sah saja, jisoo membatin, mengamati ketampanan Jin yang halus.

“Iya.” jisoo menjawab dan mengerutkan keningnya, apa yang dilakukan Jin sore-sore begini di depan kampusnya?

“Kau harus membiarkan supir pribadimu menjemput, sudah kubilang, berbahaya kalau seorang perempuan berjalan jalan sendirian malam-malam, apalagi kampusmu terkenal sebagai kampus anak-anak kaya. Siapa tahu ada yang mengawasi dan mencari kesempatan, lalu melihatmu sedang jalan sendirian? Kau akan diculik.”

Jin mengulangi lagi peringatannya, sama seperti kemarin ketika berpapasan dengan jisoo di jalan.

Lelaki itu begitu serius dengan kata-katanya sehingga jisoo merasa takut. Tetapi perkataan lelaki itu memang ada benarnya. 

“Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?”
Jin mengangkat bahu dan tertawa.

“Mungkin aku sedang mengawasi kampus ini, mencari kesempatan kalau-kalau ada anak orang kaya berjalan sendirian yang bisa kuculik.” lelaki itu membuka pintu mobilnya.

“Mau masuk?”
Sejenak jisoo ragu. Tetapi Jin tampak begitu tulus. Dan dia kan sahabat taeyong, meskipun taeyong sudah memperingatkannya tentang kebencian Jin kepada perempuan. Jisoo yakin dia bukan termasuk salah satu tipe yang Jin incar untuk dibuat patah hati.


*****

“taeyong bercerita kalau kau selalu mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolah, begitulah cara Mama taeyong menemukanmu, dengan penyaringan anak-anak cemerlang untuk mendapatkan beasiswa.” Jin memulai percakapan, sambil menyetir mobilnya dengan tenang.

Jisoo menganggukkan kepalanya

“Ya, waktu itu perwakilan yayasan Nyonya lee menemuiku dan menawarkan beasiswa, waktunya tepat sekali karena kondisi keuangan kami sedang sulit.” jisoo menatap Jin sambil tersenyum.

“Ayahku seorang tukang bangunan, dan meskipun dia mengupayakan segala cara untuk menyekolahkanku, membiayai kuliahku akan terlalu berat untuknya.” 

Jin menoleh sebentar dan menatap jisoo dengan tatapannya yang bening.

“Lalu ayahmu meninggal ya? Aku turut berduka jisoo.”

Suara itu benar-benar tulus sehingga jisoo melemparkan senyum lembut kepada Jin.

“Ya, ayah mengalami kecelakaan di tempatnya bekerja. Setelah ayah meninggal, Nyonya lee menawariku beasiswa sepenuhnya dan aku boleh tinggal di rumahnya, jadi di sinilah aku sekarang.”

“Kau tidak pernah curiga kenapa Nyonya lee begitu baik kepadamu? Banyak anak lain yang juga cemerlang dan hidup dalam kemiskinan. Tetapi kenapa kau? Kenapa kau yang dipilih?” tatapan Jin yang memandang jauh ke depan terlihat kelam dan misterius.

Jisoo mengangkat bahunya.

“Yah… Mungkin karena aku ada di saat yang tepat dan tempat yang tepat. Kebetulan seperti itu akan selalu ada kan?”

Jin tersenyum muram.

“Tidak ada yang namanya kebetulan, jisoo. Semua hal terjadi pasti ada alasannya.” Dia lalu menghentikan mobilnya. Mereka ternyata sudah sampai di ujung jalan dekat mansion keluarga lee.

“Maaf. Aku menurunkanmu di sini.” Jin tersenyum meminta maaf.

“taeyong melarangku mendekatimu. Yah. Kau pasti sudah diperingatkan tentang reputasiku.” senyumnya berubah serius.

“Tetapi selama kau masih tidak mau menggunakan supir pribadimu itu, aku akan menjemputmu setiap hari sepulang kuliah.”

“Aku tidak perlu dijemput setiap hari.” jisoo menoleh kaget mendengar kata-kata Jin.

“Aku baik-baik saja.”

“Tidak. Aku sudah memutuskan. Kau terlalu polos dan menganggap semua orang di dunia ini baik hati. Kau akan mudah ditipu dan dimanfaatkan orang. Harus ada seseorang yang menjagamu.” 

“Aku bisa menjaga diriku sendiri.” sela jisoo keras kepala.

“Terima kasih sudah mengantarku,” dengan sopan jisoo melangkah pergi dan berjalan menuju mansion.

Setelah beberapa langkah, dia merasa ingin tahu. Dengan sembunyi-sembuyi dia menoleh dan mendapati mobil Jin masih terparkir di sana, mengawasinya. Dan mobil itu baru pergi setelah jisoo memasuki gerbang rumah dengan aman.













Tbc

Jangan lupa klik bintang dan comment😊😊

sweet enemy - Taesoo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang