part 35

893 126 12
                                    

Setelah tas jisoo siap, pelayan memasukkannya ke mobil Jin. Mama taeyong sedang ada urusan bisnis sehingga jisoo berpamitan dan mengucap terima kasih melalui telepon, berjanji akan berkunjung segera setelah urusan bisnis mama taeyong selesai.

Jin berdiri didekat taeyong di pintu, mengamati betapa kikuknya taeyong dan jisoo, lalu mengangkat bahunya geli.

“Well, aku akan menunggu di mobil kalau kalian ingin berpamitan,” gumamnya pelan sambil tersenyum dan melangkah menuju mobil hitamnya di parkiran.

Sementara itu taeyong menatap jisoo dalam-dalam.

“Hati-hati, ya.” gumamnya pelan, penuh perasaan, ada yang hilang di dalam hatinya ketika mengetahui bahwa jisoo tidak akan tinggal di rumahnya lagi, tidak akan pulang ke rumahnya lagi.

“Iya.” jisoo menjawab kaku “Selamat tinggal.” gumamnya cepat-cepat, lalu membalikkan tubuhnya dan setengah berlari ke mobil, meninggalkan taeyong.

Taeyong sendiri hanya terperangah ditinggalkan begitu saja, dia menatap jisoo dengan pedih, lalu membalikkan tubuhnya hendak memasuki rumah, tidak tahan melihat punggung jisoo yang makin menjauh.

Sementara jisoo setelah beberapa langkah merasa ragu. Dia membalikkan tubuh, dan melihat punggung taeyong yang sudah berbalik hendak memasuki rumah.

“taeyong!” serunya, lalu sebelum taeyong sempat membalikkan tubuhnya, jisoo berlari ke arah taeyong dan menubruk tubuhnya dari belakang, memeluknya erat-erat, membuat taeyong terpana.

“Terima kasih sudah menjagaku selama ini.” bisik jisoo pelan, membuat jantung taeyong berdegup liar. Lelaki itu langsung membalikkan tubuhnya, dan memeluk jisoo erat-erat.

“Kau memaafkanku? Kau tidak menyalahkanku karena semuanya?” taeyong berbisik di atas puncak kepala jisoo, jemarinya lalu mendongakkan kepala jisoo supaya menghadapnya, jisoo sedang tersenyum, menatapnya dengan malu-malu.

“Semula aku memang terkejut.” jisoo tersenyum ragu.

“Tetapi kemudian aku sadar bahwa itu semua bukan salahmu.”

Taeyong memejamkan matanya lega, “Syukurlah.” dengan lembut di sentuhnya dagu jisok dengan jemarinya, “Tahukah kau bahwa setiap waktu yang kuhabiskan bersamamu, membuatku semakin mencintaimu?”

Jisoo menggelengkan kepalanya, pipinya merona merah, “Aku tidak tahu... Bagaimana mungkin seorang kau bisa jatuh cinta kepadaku?”

Taeyong memutar bola matanya, “Seorang aku?” gumamnya geli, “Kau seolah menganggap aku ini alien atau apa. Aku semula bertekad menjadi kakakmu, yang  bisa menjagamu dengan baik. Tetapi kemudian aku menyadari ada sesuatu yang lebih.” pelukan taeyong makin erat, “Apakah kau juga merasakan hal yang sama untukku?”

Apakah dia merasakan hal yang sama? Jisoo terpaku. Ya. Dia selalu merona kalau membayangkan taeyong. Bukankah itu artinya dia memiliki perasaan yang lebih kepada lelaki ini?

“Aku tidak tahu... Tetapi sepertinya aku menyukaimu.”

“Menyukaiku?” taeyong mengernyit menggoda, “Aku mengatakan bahwa aku mencintai dan tergila-gila kepadamu, tetapi kau mengatakan bahwa kau hanya menyukaiku?”

“Eh... Aku tidak tahu.” jisoo mengalihkan tatapannya, tidak tahan dengan pandangan tajam yang dilemparkan taeyong.

Sikap itu membuat taeyong merasa gemas, dia lalu mengecup dahi jisoo, turun ke hidungnya, lalu ke bibirnya.

“Mungkin ini bisa membuatmu memutuskan.” taeyong menundukkan kepalanya, lalu melumat bibir jisoo dengan penuh cinta. Jisoo otomatis merangkulkan lengannya di leher taeyong, membalas ciumannya.

Mereka berciuman dengan penuh perasaan di teras rumah itu, lupa akan sekeliling mereka, dan baru terpisah ketika klakson mobil Jin berbunyi.

“Apakah kalian akan terus-menerus berciuman dan membuatku menunggu di sini?” teriak Jin jengkel dari jendela mobilnya.

Taeyong dan jisoo tertawa, masih berdekatan dengan bibir terasa panas bekas ciuman mereka.

Taeyong mengecup dahi jisoo lagi dengan lembut, lalu melirik ke arah mobil Jin.

“Sebaiknya dia tidak usah pindah dari sini.”

Jin langsung mengeluarkan kepalanya dari jendela, “Dengan kau yang mencintainya? Tidak, aku tidak akan membahayakan kesucian jisoo dengan membiarkannya tinggal di sini, siapa yang tahu kalau kau memutuskan akan menyerangnya malam-malam?”

Taeyong merengut mendengar perkataan Jin, “Aku tidak akan melakukan hal serendah itu.” nada tersinggung dalam suaranya membuat jisoo tertawa.

Tetapi rupanya Jin sudah bertekad bulat, “Kau boleh mengajak jisoo tinggal bersamamu setelah kau menikahinya. Sebelum itu dia tinggal bersamaku, dan kau hanya bisa mengunjunginya dengan sopan di ruang tamu.” jawab Jin keras kepala.

Jisoo tertawa, menatap Jin dalam senyuman,
“Sebaiknya aku pergi.”

Taeyong menganggukkan kepalanya, mengecup jemari jisoo sebelum melepaskannya, “Aku akan datang berkunjung. Setiap hari.” bisiknya mesra sambil menatap jisoo penuh tekad, membuat pipi jisoo memerah.

Ketika jisoo meninggalkan rumah itu, hatinya sungguh berbunga-bunga.








🌱













“taeyong menyatakan cinta kepadamu dan sekarang kalian berpacaran?” suara yooa agak meninggi di seberang sana dan membuat jisoo mengernyit.

Dia tadi segera menelepon yooa untuk mengabarkan bahwa dia sudah pindah ke rumah Jin, kemudian karena perasaannya begitu bahagia, dia menceritakan semuanya kepada yooa, ingin berbagi kepada sahabatnya.

Tetapi tanggapan yooa sama sekali tidak diduganya, dia mengira yooa akan tertawa dan menggodanya, alih-alih yang didengarnya adalah nada tinggi seperti... Kemarahan?

“Apakah... Kau tidak setuju, yooa?” tanya jisoo hati hati.

Sejenak suasana di seberang sana terdengar hening, lalu kemudian yooa tertawa, “Aku cuma kaget jisoo, aku sangat bahagia mendengarnya. Selamat ya,” gumamnya dalam gelak tawa, membuat jisoo merasa lega.


























Tbc


sweet enemy - Taesoo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang