part 34

930 127 10
                                    

Ketika jisoo masuk, taeyong dan Jin langsung menoleh bersamaan, kedua lelaki itu tampak sedang berbincang-bincang dengan serius. 

“jisoo?” Jin bertanya lembut, menatap adiknya dengan penuh kasih sayang, “Kau sudah merasa baik?”

Jisoo menatap wajah Jin, untuk pertama kalinya menyadari bahwa lelaki ini adalah kakaknya, untuk pertama kalinya dia menatap wajah Jin sebagai wajah kakaknya, wajah yang sama, hanya versi dewasa dari kakak kecilnya dulu yang sangat menyayanginya. Mata jisoo berkaca-kaca.

“Jin... Kakak...” suara jisoo terdengar serak. 

Seketika itu juga Jin menyadari bahwa jisoo sudah ingat, bahwa seluruh kenangan mereka di waktu kecil sudah bisa jisoo ingat, Jin langsung melangkah tergesa, sejenak berdiri ragu di hadapan jisoo, lalu menarik jisoo ke dalam pelukannya, 

“jisoo... Adikku.” dipeluknya jisoo erat-erat seolah akan meremukkannya. Oh ya Tuhan. Setelah sekian lama, setelah mencari dan putus asa, akhirnya Jin bisa memeluk jisoo lagi dalam rengkuhan lengannya.

Matanya terasa panas, dan kemudian ikut larut dalam air mata haru yang ditumpahkan jisoo di dadanya. Semua kenangan menyakitkan tentang perpisahan mereka yang dipaksakan itu musnah sudah, digantikan oleh kebahagiaan karena pertemuan indah itu, pertemuan kakak dan adik yang sudah lama terpisah.

Sementara itu taeyong menatap Jin dan jisoo yang sedang berpelukan itu dengan perasaan campur aduk.


🌱


Lama setelah mereka menumpahkan perasaan, jisoo mendongakkan kepalanya dan menatap Jin, matanya penuh air mata, tetapi kemudian Jin mengusapnya dengan jemarinya, dengan penuh rasa sayang.

“Apakah Sophia itu adalah ibu kandung kita?” jisoo teringat perempuan cantik yang selalu berdandan dan pergi ke pesta-pesta, tidak pernah ada di rumah dan meninggalkan jisoo dan Jin kecil di tangan para pembantu.

Dia tahu bahwa ibunya dulu tidak mempedulikan mereka, tetapi dia tidak menyangka kalau ibunya setega itu menculiknya hanya demi harta. 

“Dia memang bukan ibu yang punya hati.” Jin mengernyit sedih. “Kau tahu kenapa aku membenci perempuan? Karena aku membencinya. Dia menjualku hanya demi uang untuk bersenang-senang di luar negeri.”

Jisoo menutup mulutnya dengan tangannya dengan jemarinya, dia tidak pernah menyangka ibunya sekejam itu, hari itu dia dan Jin dipisahkan dengan paksa.

Jisoo berpikir bahwa ibunya memang ingin membawa Jin, tetapi ternyata ibunya hanya menganggap Jin sebagai aset yang bisa mendatangkan uang untuknya.

Taeyong yang sejak tadi hanya diam dan mengamati pun mengernyit ketika mendengar kisah itu lagi.

Ibu macam apa yang tega menjual anaknya demi uang? Ibu macam apa yang tega menyandera anaknya sendiri demi tebusan?

Well, taeyong memang belum pernah menemui hal semcam ini, tetapi dia menemukannya dalam kasus jisoo dan Jin. Tiba-tiba saja dia merasa beruntung, meskipun ibunya selalu sibuk dan jarang punya waktu, setidaknya ibunya selalu menjaganya.

Taeyong berpikir mungkin ini waktu yang tepat untuk menyela.

“Aku tidak mau mengganggu reuni kalian.” taeyong memilih menatap Jin, masih tidak berani menghadapi kenyataan di mata jisoo, dia tidak siap kalau perempuan itu ternyata menatapnya penuh kebencian.

“Apakah kau datang kemari untuk menjemput jisoo?”
Jin mengangguk, dan meskipun sudah melepaskan pelukannya, dia tetap merangkul jisoo dengan posesif.

“Aku sudah berbicara dengan orang tuaku. Orang tua angkatku,” gumamnya mengoreksi dengan senyum miris, “Mereka tidak keberatan aku membawa jisoo tinggal di rumahku, mereka malah senang karena selama ini tidak ada anak perempuan di rumah. Dan aku pikir, aku adalah satu satunya keluarga jisoo yang tersisa, kami harus tinggal bersama.”

Taeyong menghela napas panjang, “Aku tidak berhak melarang sebuah keluarga untuk bersatu,” gumamnya pedih, “Maafkan aku atas semua kejadian di masa lalu yang memporakporandakan keluarga kalian.”

Jin menatap taeyong lama, lalu tersenyum kecut, “Tidak apa-apa taeyong, tanpa adanya kejadian itu, keluargaku mungkin tetap akan porak poranda, ibuku adalah manusia jahat, entah bagaimana caranya dialah yang menjadi penyebab utama hancurnya keluarga kami, bukan kau.”

Sebuah maaf.

Taeyong memejamkan matanya, lega mendengarkan jawaban Jin itu. Lalu kemudian dia melirik ke arah jisoo, perempuan itu menunduk dan tidak menatap matanya, membuat taeyong kecewa.

“Kurasa kau mungkin ingin mengemasi pakaianmu.” Jin menyentuh siku jisoo lembut, membuat jisoo mengangguk dan melangkah pergi dari ruangan itu.

Lama kemudian Jin dan taeyong saling bertatapan.

“Dia membenciku. Aku menceritakan semuanya tadi pagi, dan dia membenciku.” gumam taeyong pedih, menatap ke arah pintu dimana tubuh jisoo menghilang.

“Pada awalnya pasti begitu,” Jin bergumam memaklumi, “Aku juga begitu pada awalnya, tetapi kemudian aku memahami bahwa semua itu bukan karena salahmu, seperti yang kukatakan tadi, dengan atau tanpa adanya dirimu, keluarga kami pasti akan hancur.” Jin tersenyum tenang dan mengulurkan tangannya

“Kuharap setelah ini kita bisa berdamai dan bersahabat seperti semula.”
Taeyong membalas uluran tangan itu, “Pasti Jin.”

Lalu mereka melangkah duduk di sofa, dan Jin mengamati kegelisahan taeyong.

“Kau memikirkan jisoo?”

“Dia bahkan tidak mau menatapku.” taeyong merenung.

Jin terkekeh, “Sepertinya kau jatuh cinta kepada adikku.”

Taeyong tidak menjawab, tetapi tidak juga membantah, dia menatap Jin dengan tatapan menantang, “Apakah kau akan menghalanginya?”

“Tergantung.”

“Tergantung apa?” sela taeyong penasaran

"Tergantung seberapa besar niatmu untuk membahagiakannya.”

“Sangat.” taeyong menjawab dengan tulus, “Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya dengan perempuan manapun.”

“Dan aku tidak pernah melihatmu seperti ini dengan wanita manapun.” Jin tersenyum, menyadari ketulusan taeyong “Kalau begitu semua tergantung jisoo.”

Jin dan taeyong tidak menyadari, bahwa jisoo masih berdiri di balik pintu. Mendengarkan percakapan mereka dengan jantung berdegup kencang. 

Apakah maksud dari percakapan ini? Apakah taeyong mencintainya? Pemikiran itu membuat dadanya membuncah oleh perasaan hangat.




























Tbc

sweet enemy - Taesoo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang