part 21

1.1K 154 7
                                    

“Tadi Jin kemari.” taeyong bergumam ketika jisoo bergabung dengannya di ruang makan untuk makan malam bersama. 

“Oh ya?” jisoo langsung teringat pada earphone Jin yang masih dibawanya. Dia berniat mengembalikannya. Seharian ini dia mendengarkan lagu di pemutar musik Jin, berusaha mengenang.

Tetapi jisoo tidak berhasil mengingat apa-apa.

“Earphone Jin masih ada padaku, aku belum mengembalikannya.”

Taeyong mengangkat alisnya, “Kenapa kau membawanya kemana-mana? Sini berikan kepadaku, biarkan aku yang mengembalikannya kepada Jin.”

“Tidak.” jisoo menggeleng keras kepala, “Aku ingin mengembalikannya sendiri dan berterima kasih karena bantuannya malam itu.”

Taeyong melirik jisoo dengan curiga, “Jangan-jangan kau hanya ingin bertemu Jin ya? Apakah kau punya perasaan lebih kepadanya? Aku sudah memperingatkanmu bukan akan reputasi Jin?”

“taeyong.” jisoo berseru agak marah, pipinya merona, “Aku tidak punya maksud apapun, aku hanya ingin mengembalikan earphone ini kepadanya.”

Dan aku ingin menanyakan langsung tentang lagu itu. Lagu kenangan yang selalu ada di mimpinya, jisoo bergumam dalam hatinya, mungkin saja Jin tahu sesuatu bukan?

Taeyong mengamati ekspresi jisoo yang penuh rahasia, lalu memutuskan dengan arogan. 

“Mulai sekarang kalau kau mau bertemu dengan Jin, kau harus bersamaku.”

“Apa?” jisoo membelalak tak percaya dengan kata-kata taeyong barusan.

“Kau harus bersamaku. Aku akan menjagamu dari Jin.” 

Pipi jisoo merah padam, “Aku tidak perlu dijaga, taeyong. Lagipula sudah kukatakan bahwa aku bukan tipe Jin.”

“Terserah, aku tetap akan menjagamu.” taeyong melipat kedua tangannya dan mengangkat alisnya, menantang jisoo untuk membantah.

“Kau… Kau…” jisoo ingin marah atas sikap arogan taeyong, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. “Terserah padamu,” semburnya kemudian dan membalikkan diri hendak meninggalkan taeyong.

Tetapi tangan taeyong menyambarnya, menahan kepergiannya, membuat langkah jisoo terhenti.

“Maafkan aku. Aku hanya mengkhawatirkanmu.” suaranya lembut meski ekspresi taeyong tetap dingin.

Jisoo mengamati taeyong dan tiba-tiba merasa jantungnya berdegup kencang. Taeyong memang tampan, tetapi dari jarak dekat lelaki itu luar biasa tampannya. Siapapun yang melihatnya sedekat ini pasti akan meleleh… Seperti halnya jisoo.

“Aku mengerti.” jisoo bergumam cepat-cepat supaya taeyong melepaskan pegangannya.

Dan taeyong memang melepaskan pegangannya, sehingga jisoo bisa menggumamkan alasan yang tidak jelas dan kemudian melarikan diri. 

🌱

“Mau pergi bersamaku?”
Jisoo menoleh, hari ini hari minggu dan taeyong tampak tampan mengenakan sweater abu-abu dan celana jeans warna hitam. Lelaki itu tampak lebih sehat dari beberapa hari kemarin. 

“Kemana?”

“Kemana saja. Memangnya orang biasa seperti kalian akan kemana kalau hari minggu begini?” 

Jisoo mengernyit mendengar istilah yang dipakai taeyong. Orang biasa seperti dia? Oh astaga, lelaki ini memang terbiasa hidup berkelimpahan kekayaan sehingga tidak tahu gaya hidup orang biasa. 

“Kalau aku tidak pernah kemana-mana di hari minggu. Dulu aku menghabiskan hari mingguku untuk memasak di rumah.” jisoo tersenyum dan mengingat, “Tapi orang-orang… Yang kau bilang orang biasa itu, mereka kebanyakan bersenang senang di taman hiburan atau taman bermain di hari minggu.”

“Taman bermain?” taeyong mengernyitkan keningnya,
“Tempat yang ada kicir angin dan roller coasternya?” 

“Yup dan permen kapas yang sangat besar dan berwarna pink. Dengan membayar tiket masuk, kita bisa puas memainkan semua permainan di sana seharian.” mata jisoo berkilat, “Dulu ayahku menabung gajinya berbulan-bulan, dan ketika aku naik kelas dengan nilai bagus, kami pergi ke taman hiburan bersama. Waktu itu aku masih kecil.”

“Dan berapa kali kemudian kau kesana lagi?” mata taeyong tampak sedih, mengamati jisoo.
Jisoo tersenyum lucu. “Tidak pernah. Ayah tidak pernah punya uang lagi. Uang tabungannya dipakai untuk mencukupi kebutuhan kami yang makin bertambah… Tetapi tidak apa-apa setidaknya aku pernah ke taman hiburan.”

Taeyong tersenyum, “Kau lebih beruntung dariku, aku tidak pernah ke taman hiburan.”

“Apa?” jisoo membelalakkan matanya, “Tidak mungkin.”

“Tidak ada yang sempat membawaku ke sana.” mata taeyong tampak sedih, “Mama dan papa selalu sibuk ke kantor dan keluar negeri. Aku terbiasa sendirian bersama para pelayan, ingat? Lagipula taman hiburan terlalu ramai, dan papa sangat ketat dalam hal keamanan.”

“Karena takut kau diculik?”
Taeyong mengangguk. Sejak kejadian percobaan penculikannya dulu, papanya sangat ketat menjaganya, dia tidak boleh pergi ke tempat umum sendirian, semuanya diawasi.

Hanya ketika dia beranjak dewasalah papanya mulai bersikap longgar dan memberinya kebebasan. Percobaan penculikan itu…

“Aku pernah hampir diculik waktu kecil.”

“Benarkah?” mata jisoo membelalak.

“Benar. Tetapi ada seseorang yang menyelamatkanku. Sampai sekarang aku masih berhutang budi kepadanya.” taeyong masih belum punya nyali untuk menceritakan kisah joo won kepada jisoo, dia masih belum siap menerima reaksi jisoo.

Bagaimana perasaan jisoo ketika tahu bahwa ayahnya, joo won kehilangan kariernya karena dia, dan kemudian berakhir menjadi buruh bangunan yang miskin? Jisoo seharusnya berhak mendapatkan hidup yang lebih baik.
Tetapi dia tidak mendapatkannya, semua karena taeyong.

“Dan kau pasti bersahabat dengan orang yang menyelamatkanmu itu.” jisoo tersenyum,

“Mengerikan membayangkan pernah mengalami penculikan.”

“Sesungguhnya aku tidak ingat, aku masih kecil waktu itu.” taeyong mengangkat bahu, “Dan penyelamatku, yah, dia sudah meninggal.”

“Oh.” jisoo menutup mulutnya kaget, “Aku minta maaf taeyong.”

Aku yang seharusnya minta maaf. Taeyong membatin, ditatapnya jisoo dan tersenyum.

“Jadi? Ayo ganti pakaianmu.”

“Ganti pakaianku?” jisoo mengerutkan alisnya bingung.

“Kita ke taman hiburan sekarang.”




















Tbc

Yey triple update

Sengaja sih karena beberapa hari kedepannya aku gabisa update😅😅

Jangan lupa klik bintang dan comment😊

sweet enemy - Taesoo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang