part 33

859 140 8
                                    

Semoga ga ada typo ya

Pagi harinya jisoo terbangun dengan kebingungan dan ingatan yang bercampur aduk.

Semua kenangan kembali kepadanya secara serentak, penyelamatannya dari penculikan. Teriakan Sophia yang mengatakan bahwa dia adalah ibu kandung jisoo, kenyataan bahwa Jin adalah kakak kandungnya. Semuanya berpadu menjadi satu... Lalu... Ciuman taeyong...

Apakah itu benar-benar terjadi atau jangan-jangan itu hanyalah khayalannya saja?

Tetapi kenapa taeyong menciumnya? Jisoo menyentuh bibirnya dan pipinya terasa panas.

Bibir taeyong sudah menyentuh bibirnya... Melumatnya...

Tanpa diduga pintu kamarnya terbuka, dan lelaki yang sedang dibayangkannya sudah berdiri di sana.

"Hai." taeyong tersenyum lembut.

"Hai." jisoo tersenyum, tiba-tiba dia teringat akan yooa yang menyambutnya kemarin tetapi jisoo sudah terlalu lelah untuk menanggapinya, dia merasa menyesal karena sudah tidak sopan kepada yooa.

"Apakah... Apakah yooa masih menginap di sini?"

"Semalam dia berpamitan pulang..." taeyong mengernyit dan memandang ke sekeliling,

"Ketika kami masih menanti kabar tentangmu yooa menginap di rumah ini... Tetapi meskipun ada banyak kamar tamu di mansion ini, yooa memilih tidur di kamarmu."

"Di kamar ini? Kenapa?"

"Aku tidak tahu" Taeyong mengangkat bahunya tiba-tiba baru menyadari akan keanehan perilaku yooa itu,

"Dia bilang dia akan lebih tenang mendoakanmu kalau tidur di sini."

Yooa tidur di kamar ini? Jisoo mengerutkan dahi dan merasa sedikit aneh. Tetapi kemudian dia berpikir bahwa apa yang dikatakan yooa mungkin ada benarnya, sahabatnya itu pastilah amat sangat mencemaskannya.

"Kau merasa lebih baik?" tanya taeyong kemudian.

Jisoo berusaha menyembunyikan pipinya yang merona, dia menganggukkan kepalanya, "Aku sudah merasa lebih baik." jawabnya pelan.

"Bagus." taeyong melangkah duduk di kursi yang didudukinya kemarin, membuat ingatan akan ciuman itu menyerbu benak jisoo, membuatnya semakin salah tingkah.

Lelaki itu duduk dalam posisi yang sama, dihadapan jisoo yang sedang duduk di ranjang.

"Aku tahu ini terlalu pagi. Tetapi Jin tadi menelepon dan mengatakan bahwa dia akan kemari untuk menjemputmu." mata taeyong bersinar sedih, "Dan aku tidak berhak melarangnya, semalaman aku berpikir keras, dan aku menyadari bahwa aku tidak boleh memisahkan kakak beradik yang sudah terpisah sekian lama, kalian pasti ingin bersama."

Taeyong menghela napas panjang, "Tetapi sebelumnya ada yang ingin kukatakan kepadamu, kenyataan yang mungkin akan membuatmu menyalahkanku. Aku pikir aku harus mengungkapkannya kepadamu sebelum Jin yang melakukannya." jisoo memandang taeyong dengan bingung,

"Kenyataan tentang apa?" Dia menyuarakan pertanyaan di dalam benaknya.

"Tentang masa laluku, tentang masa lalu kita." taeyong menatap mata jisoo dalam-dalam.

"Aku pernah mengatakan padamu bukan bahwa aku pernah mengalami percobaan penculikan di waktu kecil? Dan kemudian ada seorang lelaki yang menyelamatkanmu? Lalu aku mengatakan bahwa lelaki itu sudah meninggal?"

Taeyong memang pernah mengatakannya, tetapi apa hubungan itu semua dengan...
"Orang yang menyelamatkanku adalah ayahmu." taeyong mengatakan dengan jantung berdetak kencang, "Ayahmu dulu adalah seorang pemain biola terkenal dan jenius, kau lihat bahwa bakatnya menurun kepada Jin... Sedang ayahku sangat tertarik dengan bidang musik klasik, mereka bersahabat... Sampai kemudian seorang penculik berpisau mencoba membawaku dan ayahmu menyelamatkanku."

Ayahnya seorang pemain biola terkenal? Jisoo mencoba memahami informasi itu, berusaha menyatukan semua bayangannya dengan kenangannya tentang ayahnya, seorang buruh bangunan kasar dengan tangan penuh luka dan kapalan. Mana mungkin ayahnya pemain biola terkenal?

"Usaha menyelamatkan diriku telah merenggut bakat ayahmu."

Taeyong seolah tahu apa yang ada di benak jisoo

"Pisau penculik itu mengenai sarafnya sehingga dia tidak bisa bermain biola lagi..." taeyong menghela napas panjang. "Dan ayahmu kehilangan masa depannya. Dia kehilangan keluarganya... Semuanya berawal dari diriku."

Selesailah sudah. Taeyong mengernyitkan keningnya, mengamati wajah jisoo yang pucat pasi.

Apakah jisoo akan membencinya? Apakah jisoo akan menuduhnya sebagai penghancur keluarganya? Bisakah jisoo memaafkannya?

Berbagai pikiran berkecamuk di benak taeyong, membuatnya merasa ngeri. Perasaannya kepada jisoo telah bertumbuh menjadi sesuatu yang asing dan takut untuk dia akui.

Tetapi setelah ciuman semalam itu dia tidak bisa menyangkalnya lagi. Taeyong mencintai jisoo, dan dia takut kehilangannya, dia tidak akan tahan kalau jisoo membencinya.

"jisoo?" taeyong akhirnya bertanya ketika jisoo hanya diam dan terpaku. "Apakah kau membenciku?"

Kenapa jisoo tidak mengatakan sesuatu kepadanya? Jantung taeyong makin berdebar, menanti apapun reaksi dari jisoo.

Apapun reaksi itu dia akan menerimanya, dia sudah siap menerima cacian, tamparan bahkan mungkin ditinggalkan, tetapi sikap diam jisoo ini bukanlah apa yang diharapkannya.

Kemudian seorang pelayan mengetuk pintu dengan hati hati, membuat taeyong menoleh dengan kening berkerut.

"Ada apa?"

"Tuan Jin menunggu di bawah." gumam pelayan itu memberitahu.

Taeyong langsung beranjak, menatap jisoo yang masih terdiam, dengan sedih dia menyentuhkan jemarinya di pipi jisoo, "Kau boleh marah padaku kalau kau mau." gumamnya lembut, "Aku tunggu di bawah ya."

Lalu taeyong melangkah pergi, meninggalkan jisoo yang masih termenung dalam kebingungannya.

Semua kenangan itu tiba-tiba menyeruak kembali di dalam benaknya, kejadian di malam hujan dan badai itu ternyata bukan mimpi. Semua itu nyata. Teriakan-teriakan di tengah hujan itu adalah teriakan ibunya yang mencaci maki ayahnya, mengancam akan meninggalkannya. Dan lalu... Anak lelaki kecil itu... Itu Jin kakaknya, yang kemudian direnggut paksa oleh ibunya.

Jisoo berteriak-teriak memanggil kakaknya, tetapi dia didorong oleh ibunya sampai terjatuh dan ditolong ayahnya. Jin menjerit-jerit memanggil jisoo dalam gendongan ibunya, tetapi sang ibu tetap tidak menghiraukan teriakan mereka.

Jin dan jisoo dipisahkan dengan paksa. Kenangan akan masa itu begitu traumatis sehingga jisoo kecil menenggelamkan semua ingatannya dalam-dalam, menyimpannya jauh di dalam memorinya dan menganggapnya tidak pernah terjadi.

Ayahnya mengetahui itu dan membiarkannya, berpikir bahwa lebih baik jisoo lupa semuanya sehingga bisa melangkah ke kehidupan baru tanpa kenangan masa lalu yang menyakitkan.

Lalu semua kenangan itu kembali secara samar ketika jisoo bertemu dengan Jin untuk pertama kalinya, mendengarkan permainan biola lelaki itu.

Sekarang setelah ingat semuanya, jisoo tahu kakaknya sangat berbakat bermain biola, menuruni bakat ayahnya.

Jisoo kecil selalu menunggui Jin ketika kakaknya itu berlatih biola, Jin selalu memainkan lagu apapun yang diminta jisoo setelahnya.

Hidup mereka dulu terasa begitu bahagia, bisa berdua. Sampai kemudian pertengkaran itu terjadi dan ibunya memutuskan bahwa ayahnya tak pantas lagi untuknya. Dan pemicu pertengkaran itu pastilah kecelakaan yang mematikan saraf jemari ayahnya, yang membuatnya tidak bisa bermain biola lagi dan kehilangan masa depannya yang cerah.

Dan semua itu terjadi karena ayahnya menyelamatkan taeyong... jisoo merenung, mencoba menelaah semua kenyataan itu di dalam benaknya. Lalu setelah menghela napas panjang, jisoo melangkah turun menuju ke arah taeyong dan Jin.

























Tbc

Jangan lupa klik bintang dan comment😊

sweet enemy - Taesoo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang