1st, January

1.6K 38 2
                                    

Kurapikan rambut hitamku di kaca sepion mobil yang baru saja ku kendarai. Sejenak kutatap wajahku sendiri dan berusaha tersenyum semanis mungkin. Aku harus terlihat sempurna dihadapannya.


"Baik aku siap." Ucapku pada diri sendiri, kulanglahkan kakiku melawati jalan setapak untuk menuju sebuah rumah yang cukup besar dihadapanku.

Sesampainya di depan pintu kembali kutarik napas panjang sebelum kuketuk pintu kayu itu. Beberapa ketukan kuberikan sampai pintu itu terbuka dan menampakkan seorang wanita paruh baya.

Ia tersenyum manis padaku, sebagai rasa hormat kubungkukkan badan dan menyapanya ramah.

"Putriku ada di dalam, masuklah Jim" wanita paruh baya itu mempersilahkan diriku masuk.

Disana kulihat gadisku tengah tersenyum lebar dengan berbagai warna cat air yang memenuhi tangan dan kanvas dihadapanya. Jauh dari kata rapi mahakarya abstraknya, lebih mirip seperti cat yang ditumpahkan begitu saja.

"Hei" sapaku dengan melambaikan tangan didekatnya. Ia menatapku dengan mata berbinar.

"Chim!" Serunya seraya bangkit dari posisi duduk bersimpuhnya. Ia berjalan kearahku dan menyentuh pelan kedua pipiku.

"Eum, ini aku." Ucapku dengan menahan kedua tangannya, supaya tidak semakin membuat sisa cat ditangan putih itu merata di seluruh wajahku.

"Kau sangat penuh warna." Ia tersenyum dengan menatap cat yang menempel di kedua pipiku.

"Bagaimana jika kau bersihkan diri, lalu kita pergi jalan-jalan." Tawaranku nampaknya begitu ia setujui. Gadisku segera melangkah menjauh menuju kamarnya, meninggalkan sisa cat dan kanvas di lantai.

Wanita paruh baya yang merupakan ibu dari gadisku mendekat dengan menyodorkan handuk basah padaku.
"Bersihkan wajahmu." Ucapnya dengan tersenyum, setelah itu ia memilih untuk mengemasi sisa cat dan kanvas yang baru saja digunakan putrinya.

"Biar kubantu." Kuambil kanvas ditangan wanita itu dan meletakkannya di pojok ruangan.

"Terimakasih nak." Usapan pelan ia berikan dibahuku.

"Untuk?"

"Semuanya, untuk segalanya." Aku tak bisa menahan senyuman, ia wanita yang begitu hebat dimataku.

Kualihkan pandangan kala mendengar suara pintu terbuka. Disana gadisku begitu cantik dengan gaun biru langitnya. Sebuah pita kecil menyelip di rambut panjangnya menambah kesan cantik.

"Sudah siap? Kita pergi sekarang?" Gadisku mengangguk mantap dengan senyum yang merekah.

"Eomma, aku pegi dengan Chim." Gadisku melambaikan tangannya kearah sang ibu. Wanita itu membalas dengan anggukan dan senyuman yang tak pernah luntur.

Kami mengitari kota dengan menggunakan mobil, gadis cantikku terus mengatakan padaku tentang apa yang ia lihat. Entah itu kerumunan orang-orang, beberapa serangga bahkan sebuah lampu lalu lintas yang berkelip.

Namun aku tak pernah bosan dengan hal yang selalu ia katakan, apapun itu menjadi sangat menarik untukku.

Sampailah kami di taman kota, ku genggam erat tangan kecilnya menyusuri jalan setapak. Pandanganya terus beredar menyapu setiap sudut taman.

Aku sempat terkejut kala ia melepas genggamanya dan berlari menuju semak-semak yang dipenuhi bunga.

"Cantik bukan?" Kudekati gadisku yang sedang berjongkook di depan semak.

"Eum......penuh warna." Gadisku kembali tersenyum dengan menatapku.

"Bagaimana jika kita duduk disana, aku akan membawakan hal lain yang berwarna untukmu. Kau mau?"

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang