farewell stop. | DAY6

winter, please stay. // 영제

Dingin.

Apa ada kata lain yang bisa menggambarkan keadaan saat ini selain "dingin"?

Sepertinya tidak.

Siapapun yang melihat dua orang-yang duduk dengan jarak sangat signifikan di atas bangku kayu lapuk di sebuah taman-di tengah cuaca bersalju seperti saat ini pasti akan berkata hal yang sama.

Dingin.

Dua orang yang dihujani salju saat ini pun begitu. Tak ada kehangatan sedikitpun di antara keduanya. Padahal mereka pernah sehangat matahari musim semi, bahkan membakar layaknya terik musim panas.

Tetapi seperti siklus musim dalam setahun, semuanya bisa berubah drastis dalam satu waktu. Satu sentuhan. Satu momen. Satu tindakan. Semuanya berubah dalam sekejap.

Kehangatan yang tercipta dari keduanya hilang seketika.

Tidak, itu bukan karena kecerobohan. Keduanya sadar betul akan apa yang telah dilakukan, dan sadar pula akan apa yang akan menjadi akibat di kemudian hari.

Mereka tau. Sangat tau. Lebih tau dari siapapun.

Tapi itu cerita untuk nanti.
Sekarang, ayo fokus dulu pada apa yang sedang terjadi.

Setelah hampir setengah jam membeku di tengah salju, Kang Younghyun, si rubah surai merah, membuka pembicaraan terlebih dulu.

"Jae?"

Yang dipanggil namanya membetulkan posisi kacamata yang bertumpu di hidungnya. Pandangan pemuda itu tak beralih sedikitpun dari salju yang menumpuk di kiri dan kanan kaki jenjangnya.

"Jae-hyung," panggil si surai merah sekali lagi.

"Apa?" Jae menjawab panggilannya, seraya melirik mata tajam Younghyun. Yang dilirik tidak sedang menatap tajam. Hanya saja, bentuk matanya memang seperti itu. Seperti seekor rubah.

"Apa kabar?"

"Menurutmu?" Balas yang lebih tua dengan nada datar.

Yang ditanya hanya bisa mengusak rambutnya canggung. "Sungjin-hyung bagaimana?"

"Baik, kok. Kami berdua baik-baik saja," jawabnya. "Kau sendiri? Bagaimana dengan Wonpil?"

"Kami juga baik-baik saja, kok."

"Lalu kenapa mengajak bertemu di tengah hari yang seperti ini?"

"Aku ... "

Hembusan angin mulai bertiup kencang.

Sama seperti waktu itu.