dua,

497 53 2
                                    

"Kau yakin?"

"Mhm," Jae mengangguk singkat. "Lagipula orang tuamu juga mendukungnya, kan? Kau juga bisa bertemu dengan mereka di sana. Waktu studinya juga hanya dua tahun. Sesudah itu kau bisa kembali lagi ke sini."

"Tapi aku akan meninggalkanmu sendirian di sini."

"Tidak apa-apa. You must sacrifice something in order to become a better being, kan?" Jae membalas argumen Younghyun. "Dan kau berbicara seolah ini masih abad kesembilan belas atau semacam itu. Padahal kau bisa chatting denganku, atau bahkan videocall. Zaman sudah maju, tau."

"Tapi, Jae-"

Jae mengambil cup es krim dari tangan Younghyun. Satu suapan es krim lalu mendarat di lidah Younghyun.

Rasanya sedikit dingin dan manis.

"Tapi apa lagi? Kau selalu ingin belajar lebih banyak. Jangan sia-siakan kesempatan ini, Younghyun," Jae menarik sendok es krimnya dari mulut Younghyun.

Musim panas sudah hampir sampai pada pertengahannya.

Tak terduga, awal musim panas ini terasa lebih sejuk daripada sebelumnya.

Sama tak terduganya dengan tawaran yang Younghyun terima.

Tawaran melanjutkan pendidikannya di negeri tempat tinggal orang tuanya, Kanada.

"Bagaimana dengan proyek musik kita? Kolaborasi yang akan datang? Kita sudah setengah jalan sekarang. Akan lebih sulit jika kita mengerjakannya bersama-sama dengan jarak berjauhan," Younghyun masih merasa tak rela.

"Ini tawaran untukmu, lho. Kenapa jadi kau yang tidak yakin?" Tanya Jae.

Younghyun hendak membuka mulutnya, tetapi ia menutupnya kembali. Ia ragu soal semua ini.

Kenapa tawarannya datang di saat ia dan Jae sudah mulai lancar menjalankan proyeknya?

Setelah kolaborasi pertama dengan Wonpil, mulai banyak orang yang melirik karyanya. Mulai dari netizen hingga beberapa seniman di bidang musik yang tertarik untuk berkolaborasi maupun membayar Younghyun dan Jae untuk memproduksi lagu mereka.

Wonpil juga memuji bakat keduanya. Lagu kolaborasi mereka sangat menyentuh, sampai-sampai Wonpil yang menyanyikannya terbawa suasana dan menangis di take pertama. Younghyun dan Jae menenangkannya, tentu saja. Mereka tak menyangka karyanya bisa membuat orang sampai seperti itu.

Di samping itu, ia juga memikirkan hubungannya dengan Jae. Bagaimana mungkin ia meninggalkannya sendirian? Selain demi kelangsungan proyek mereka, Younghyun juga tak tega meninggalkan Jae sendirian.

Tidak akan ada Jae yang rela mendatangi rumahnya hanya untuk membangunkannya setelah bergelut dengan kertas-kertas lirik semalaman.

Tidak akan ada Jae yang mengusap punggung dan menepuk bahunya saat ia lelah dengan pekerjaannya.

Tidak akan ada Jae yang memakai jaket dan selimutnya karena kedinginan.

Tidak akan ada Jae yang mengkritik bagian yang kurang pas dalam karyanya.

Tidak akan ada Jae yang memarahinya karena menghamburkan terlalu banyak uang untuk lima porsi makanan dalam satu pesanan.

Tidak akan ada Jae yang ia ingatkan soal alergi saat kekasihnya itu mencoba melakukan atau memakan sesuatu yang membahayakan.

Tidak akan ada Jae yang memeluknya saat ia merasa ingin menangis atau saat karyanya berhasil diterima banyak orang.

Tidak akan ada Jae yang kesal saat Younghyun mengejek tingkah sok menasihatinya.

farewell stop. | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang