Sebelum baca, ubah warna latarnya jadi krem dulu, yuk? (*´ω`*)
Kafe dipenuhi oleh sesaknya hingar-bingar manusia. Wajar saja, ini jam makan siang orang-orang kantoran. Para pembeli berdatangan, tak sedikit juga yang terlihat bangkit dan akan pulang. Gelas dan cangkir berisi panas dan dingin terhidang--tak lupa ditambah frasa andalan sang pelayan: "Selamat menikmati."
"Piri-ya, aku izin ke toilet dulu."
Salah seorang pemuda bangkit dari bangku kayu di pojokan kafe, meninggalkan teman makan siangnya kala itu–yang juga sudah menjadi teman hidupnya beberapa bulan ini–untuk menyelesaikan urusan dengan alam yang sedari tadi memanggil.
Wonpil–si teman yang dipanggil Piri-ya oleh kekasih tercinta–mengangguk, diikuti punggung Sungjin yang perlahan menjauh.
Ah, suasananya mulai sejuk. Para pekerja kantoran mulai pulang ke meja kerja masing-masing, diikuti oleh muda-mudi yang menautkan jemari untuk menyudahi rehat; lanjut menjelajahi destinasi.
Si kelinci menyesap iced americano sambil sesekali melayangkan pandangan–mengamati kasir yang sesekali bercanda dengan barista di balik konter, atau meja-meja yang kini dihuni piring-piring bekas santapan.
Ia melihat isi gelasnya–tunggu, tunggu dulu. Kenapa gawai si beruang ditinggalkan?
Sudut-sudut bibir Wonpil naik–mengulum senyuman iblis. Diraihnya benda kecil itu, lalu dengan lincah jari-jarinya mulai menjelajahi tampilan dengan layar sentuh. Maaf, hyung. Mungkin ini lancang, tapi wallpapermu membosankan sekali.
Ada ide licik yang terbesit di kepalanya, dan detik ini ialah kesempatan emas untuk melancarkan ide itu.
Sungjin menautkan alisnya sambil sesekali mengalihkan pandang pada Wonpil. Yang sedari tadi tak menyadari tatapan heran si beruang dengan santainya memotong kue stroberi dengan tenang–sambil sesekali menimpali topik yang ditujukan padanya.
Aneh, pikir Sungjin.
Entah sudah berapa kali wallpaper layar kunci gawai miliknya terganti dengan sendirinya dalam dua bulan ini. Yang lebih aneh adalah: kenapa harus berganti menjadi potret mukanya yang berekspresi tidak senonoh?
Seingatnya, ia tak pernah sekali pun mengubah tampilan ponselnya. Selama ini yang ia lihat hanya gambar gunung atau tanaman hijau sebagai wallpaper default di layar kunci. Apa teknologi sudah semaju itu sampai-sampai si kecil serbaguna ini bisa mengenali pemiliknya?
Atau ia sedang dijadikan target keusilan oleh orang yang kini hadir di hadapannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
farewell stop. | DAY6
Fiksi Penggemar| A resting place before you bid the last goodbye. Kumpulan fanfiction oneshot dengan cast member DAY6. Rumah penulis untuk menuangkan ide apapun yang ada di kepalanya. Berminat untuk mampir sebelum pergi? disclaimer: buku ini mengandung konten BxB...