0

1.6K 223 57
                                    

안녕 !💜



ONESHOOT ▪
.
.



Lalisa Kim.”

Gadis dengan surai panjang kecokelatan itu mendongak. Sekelumit senyum ia pancarkan sebelum akhirnya beranjak dari kursi untuk menghampiri guru di depan kelas, yang memanggilnya barusan.

“Ini, milikmu.” ucap Leeteuk ssaem seraya menyerahkan lembar hasil evaluasi mingguan atas nama Lisa.

Gadis itu mengangguk dan mengambil alih kertas itu. Menghela nafas pelan, merasa kecewa dengan hasil yang tertera.

“Belajar dengan giat, ya.”

Dan ucapan Leeteuk ssaem memperkuat fakta yang ada. Yak! Lisa pabbo. Batinnya. Masih dengan wajah murungnya, Lisa mengangguk. “Ne, ssaem. Kamsahamnida.”

Gadis itu berjalan lunglai, kembali ke bangkunya di deretan kedua dari belakang. Ia mendudukkan dirinya, lalu menunduk. Melakukan hal yang sama sebelum ia menerima kertas evaluasi itu.

Leeteuk ssaem kembali mengabsen muridnya dan menyerahkan hasil evaluasi. Setengah jam kemudian, barulah guru itu keluar kelas karena bel istirahat sudah menggema di seluruh penjuru sekolah.

Dan disana, Lalisa masih menatap lembar miliknya dengan nanar.

“Bebek lagi?” suara bariton di belakangnya memancing kepalanya untuk menoleh.

Dengan bibir yang semakin mempout, gadis itu mengangguk pelan. Lucu sekali. Namun nampak begitu jelas bagaimana hancurnya perasaan gadis itu sekarang. Bagaimana tidak? Angka yang dia dapatkan adalah angka terendah menurutnya. Dan, ya. Dia heran mengapa masih bertahan di sekolah elite itu bahkan dengan nilai matematikanya yang... Argh! Sudahlah.

“Lihat, kali ini bebeknya bertelur.” Lalisa Kim menunjukkan lembar evaluasinya pada namja di belakangnya. Tanpa ragu dan rasa malu. Yah, mau disembunyikan bagaimana pun juga percuma. Orang dibelakangnya itu adalah tetangga sekaligus teman kecilnya. Tak ada yang Lisa tutup-tutupi dari pemuda itu. Sekalipun nilai merahnya, yang sungguh memalukan.

Kertas itu masih setia terpampang di hadapan si pemuda. Menampakkan dengan jelas angka 20 yang merupakan nilai evaluasi sang gadis.

Gadis itu mencebik sedih. “Kemarin bebeknya dua, tapi sekarang malah berganti telur.”

Sebelumnya Lalisa mendapat 22.

ㅋㅋㅋ, tak apa.”

“Tak apa bagaimana, sih Tae? Aku dapat 2. Hey, aku sebegitu bodohnya ya?” gerutunya lagi.

Sedangkan pemuda di belakangnya itu tersenyum, menampilkan senyum kotak khasnya.

Kim Taehyung.

Sahabat sekaligus kakak baginya.

“Aku harus bagaimana, Tae.. ” rasanya Lalisa sudah kehilangan harapan akan pelajaran itu.

Ia teramat benci. Pada matematika.

“Bisakah aku lulus tanpa bertemu dengan mapel ini? Huhh,”

Taehyung beranjak dari kursinya. Langkahnya berhenti disisi meja Lisa dan mengulurkan tangan dihadapan gadis itu.

“Lupakan itu, ayo ke kantin. Ku traktir mochi ice dengan topping complete!”

Sontak saja, tawaran menggiurkan itu mengembalikan senyum Lisa. Senyum yang begitu merekah setiap kali mendengar kesukaannya.

Why, Am I? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang