When I was sleep [4]

843 93 2
                                    

Tapi Lisa masih menirukannya, di detik selanjutnya. "hentikan, Lisa."

Awalnya Lisa harap, ini berhasil setidaknya untuk membuat Sehun terkekeh dan mengacak rambutnya dengan gemas, seperti biasa. Tapi agaknya, Lisa salah memilih cara. Karena bukan kekehan yang Sehun tunjukkan. Melainkan sebuah cengkraman kuat pada kedua pipi Lisa. Membuatnya terkejut dan merasakan perih karena kulit pipi chubby-nya tertusuk kuku lelaki itu. Juga, bau dari noda mesin  yang lekat di penciumanya. Bahkan bisa Lisa rasakan, noda itu juga mengotori wajahnya kini.

Semua itu, membuat Lisa terkejut. Apalagi saat Sehun membentaknya.

"Aku terlambat datang meeting, dan kau justru meledekku, Lalisa? Bukannya membuatku tenang kau malah membuatku semakin emosi!" bentakan itu diakhiri dengan lepasnya cengkraman pada pipi Lisa. Meninggalkan perih, juga noda mesin pada kedua pipinya.

Lelaki itu berdecak. Kesal dan marah. Ia menendang mobilnya. Lalu melihat motor besar melintas.

Motor yang kemudian berhenti dan bertanya apa kendala mereka.

"Saya bisa bantu," tawar seseorang yang merupakan pemuda itu.

"Tentu. Bisa tolong antar saya ke Hotel Lavénda?"

Pemuda itu nampak bingung. "Ya?"

"Begini, saya ada rapat penting dan harus segera sampai di tempat, tepat waktu. Masalah mobil, saya sudah menelpon montir tapi untuk menunggu, saya pikir saya akan kehilangan banyak waktu. Jadi, bisa saya minta tolong untuk diantar ke sana?" Sehun bicara dengan cepat, berharap pemuda itu tak banyak bertanya lagi dan segera mengantarnya menuju tujuan.

Karena demi apapun, rapat akan segera dimulai dalam lima belas menit! Di mana seharusnya Sehun sudah berada di tempat untuk bersiap.

"Tapi Nona--" pemuda itu menunjuk Lisa yang berdiri tak jauh dari Sehun. Dengan keadaan membelakangi keduanya. Tepat saat pemuda itu datang, Lisa memutar tubuhnya tadi.

"Dia yang akan membawa mobil ini saat selesai diperbaiki."

"Tapi ini malam hari. Bagaimana bisa seorang gadis ditinggal sendiri dengan mobil mogok, di jalan sepi?"

Sehun mengusap kasar wajahnya. Buru-buru dia membawa tubuh pengemudi yang berhenti dari perjalanannya untuk menbantu Sehun itu menuju motor besarnya. Lalu naik setelah si pemiliknya naik, seraya menjawab.

“Montir sudah dalam perjalanan. Lagipula jalan ini tidak se-sepi itu. Terima kasih sudah berkenan membantu. Sekarang, bisa lajukan motor Anda?”

Pukul Sehun sekarang juga! Tolong!

Dia memerintah si penolong itu seperti pada tukang ojek.

Meski ragu, akhirnya pemuda itu melajukan motornya. Tepat setelah Sehun menoleh pada Lisa yang kini menghadap ke mobil. Posisi itu membuatnya hanya terlihat sisi sampingnya.

“Lisa, aku pergi.”

Lambaian gadis itu pula yang membuat si pemuda akhirnya melajukan motornya. Mengantar Sehun ke tujuan. Meninggalkan Lisa di sana.

Setidaknya, sudah dua puluh menit berlalu.

Montir sudah datang dan melakukan tugasnya.

Lisa duduk di batu besar yang tak jauh dari mobil Sehun yang tengah diperbaiki.

Dengan tangan yang terus berusaha menghapus noda, tanpa menggunakan bantuan cermin. Lalu memperbaiki suasana hatinya yang memburuk.

Dia terdiam.

Ya, mungkin dia salah karena telah berbuat demikian di saat Sehun tengah kesulitan.

Benar apa katanya. Bahwa bukannya membantu, Lisa justru meledeknya.

Why, Am I? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang