Kehilangan

98 28 33
                                    

Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(Qs.AlJumuah :8)

Setiap manusia merasakan kesedihan dan kehilangan keluarga bahkan orang yang mereka sayangi. Kehilangan membuat kita semakin terpuruk terkadang belum mengikhlaskan kepergian mereka. Kehilangan menyiksakan goresan hati yang terluka seakan tidak terima dengan segala ketentuan takdir Allah.

Apakah kamu juga merasakan kehilangan ?

Aku sudah merasakannya, kehilangan malaikat tak bersayap berhati mulia ialah ibuku. Perempuan paling sabar yang telah melahirkanku kedunia ini bahkan tak kenal lelah merawatku hingga aku menjadi gadis cantik yang telah beranjak dewasa. Aku yakin kalian pasti merasakan apa yang aku rasakan. Semua mimpi-mimpi untuk terus hidup bersamanya perlahan-lahan pudar ketika allah mengambilnya dari hidupku.

***

Akulah gadis cantik kelahiran 1996 bernama Puput duduk termenung di depan teras melihat malaikat tak bersayapnya terbaring kaku ditutupi kain panjang. Tenda-tenda terpasang berjejer di halaman rumah, para pelayat terus berdatangan ada yang menangis dan memeluk tubuhku dengan seraya mereka berkata,kasihan sekali kamu masih gadis udah ditinggal ibu dan menjadi piatu.

Pamanku yang mendapat kabar bahwa ibuku telah tiada meninggalkan segala pekerjaanya demi untuk berjumpa dengan kakaknya terakhir kali, ia seakan tidak dapat menerima kenyataan serta air matanya terus berjatuhan. Sedangkan aku hanya bisa meronta Mama bangunnnnn, mama masih hidup mama sayangkan dengan aku? Jangan tinggalkan aku Ma, teriakku dengan penuh histeris di depan jasadnya.

Aku berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan pahit yang aku alami, terbayang kata-kata terakhir sebelum ia meninggalkan aku selamanya. Kata-kata terakhirnya sangat tersirat memori kenangan itu muncul tiba-tiba, baru aku menyadari ketika ia benar-benar telah pergi,

Pesannya selalu terngiang di telingaku seandainya mama sudah enggak ada, mama mau kamu memandikan jasad mama dan mama pengen beli tanah ukuran 2 x 1 meter, ucapnya satu hari sebelum ia pergi untuk selama-lamanya.

Berkali-kali aku pingsan di depan jasadnya,seakan menandakan aku tidak sanggup untuk menerima kenyataan ini. aku di bopong ke dalam kamar, air mengalir terdengar jelas semua ustadzah ikut memandikan mama. Potongan – potongan kain kafan sudah tersusun rapi sebagai baju terakhirnya. Aku sudah tidak mengenali orang-orang yang berusaha menenangkan aku, air mataku terus mengalir menatap langit-langit kamar dengan kosong.

Terlalu cepat bagiku untuk menjadi anak piatu, Kegilaanku bahkan aku sudah tidak mengenali jati diriku. Histerisnya aku mengusir mereka yang sedang mengkafani mama kalian pergi dari rumahku, mama masih hidup paling ntar bangun lagi dari tidurya, tuh lihat mama Cuma tidur dengan senyum mama belum meninggal! ucapku lirih dibanjiri air mata.

sudahlah ini sudah menjadi ketentuan allah harus ikhlas ya menerima ini. peluk wanita yang sebaya dengan mama sambil menenangkan fikiranku.

Tak terasa azan zhuhur telah berkumandang, aku melihat mama sudah berada dikeranda. Bapak-bapak sudah bersiap membawa mama ke masjid untuk di sholatkan. Begitu banyak rombongan yang mengikuti untuk menyolatkannya. Namun sejak tadi aku tidak melihat ayah mungkin saja beliau ada di depan bersama dengan rombongan keluargaku yang laki-laki.

Aku mengikuti rombongan ambulance menuju sebuah lapangan besar yang dijadikan tempat pemakaman umum, aku berhenti di depan tanah berukuran 2x1 meter yang telah digali. Perlahan-lahan mereka turun untuk mengangkat jenazah mama dan menutupnya dengan tanah.seketika jasad mama sudah hilang ditimbun tanah. Begitupun dengan hatiku perlahan-lahan telah mati tertimbun bersama jasad mama.

Hijrah Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang