Pertemuan dan Perpisahan

3 1 0
                                    

Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah. (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)

Aroma kedekatan aku bersamanya semakin memiliki perkembangan. memang benar setiap pertemuan ada perpisahan, begitu juga pertemuanku dengan teguh. Tak ada yang bisa menentukan bagaimana takdir hidup kita dimasa depan.

Hari ini aku menjalani rutinitas seperti biasa. Sudah  lama aku cuti kuliah karena kondisi dan lain hal. Hampir dua pekan aku selalu meminta tolong kepada Claudi terkait absen dan tugas yang diberikan dosen selama aku tidak masuk,untung saja sahabatku ini selalu perhatian dan mengerti kondisi hatiku.

Drttt....drttttt ponselku bergetar ada notifikasi WhatsApp memenuhi layar ponselku.

Claudi: Put lo ngampuskan hari ini? Jangan bilang lo gak masuk lagi! Bisa-bisa yang ada lo gak boleh ikut ujian.

Ternyata notifikasi kali ini dari Claudi. Pagi-pagi sekali aku sudah diserang bak serangan fajar. Jariku begitu lues dan cekatan membalas pesan darinya

Puput : Akh, lo pagi-pagi buta udah bikin gue kesel.. iya gue masuk kali ini. Awas lo gak nungguin gue dan ada yang ingin gue ceritain juga dengan lo.

Claudi : Gue tunggu Lo di tempat biasa

Aku melirik jam yang terletak di nakas, Jarum itu menunjukkan pukul 07.30 wib. Mataku melotot melihat jarum jam di depanku. Pantas saja Claudi pagi-pagi sudah mengomel macam nenek lampir.

Seketika aku lompat dari tempat tidur  empuk dan menggoda. Denyut jantung dan nafasku tak karuan sudah seperti habis dikejar anjing.

Aku berlari untuk segera pergi kekampus di mana jarak antara rumah dan kampus cukup memakan waktu 45 menit. Hmm... Rasanya untuk melakukan satu rutinitas yang telah vakum beberapa Minggu di hidupku akan sedikit susah, apalagi Claudi selalu menceritakan bahwa ada dosen killer yang masuk kelasnya.
"Aduh, gawat... I-nikan mata kuliah yang dosen killer itu! Bisa mampus gue yang ada dibuatnya," celetuknya dalam hati.

***
Sebuah gedung bertingkat menjadi saksi hidup dan matiku jika sampai aku bertemu dengannya.  Aku celingak-celinguk mencari Claudi di kantin tempat nongkrong biasanya. Terlihat bangku-bangku semakin penuh dengan para mahasiswa, terutama pada jam sembilan dan sempuluh pagi.

Aku segera menyusul Claudi yang telah lama menunggu seorang diri. Lambaian tangan mungil itu tertuju ke arahku. Aku segera mengejarnya dan menyusul ketempat duduk yang telah ia jaga selama ini.

"Hai, kemarilah!"

" Untuk apa lo tiba-tiba nelfon gue ? Kangen ya ?" ledekku kepada perempuan berkerudung orange

"Hahaha.... Subhanallah, cantik banget lo hari ini,anggun dengan gamis terurai menyapu lantai. lo gak sembat apa-apa kan? lo serius mau hijrah ?"

"Lo kira gua main-main! gue serius di. lo bantu gue ya di. Plisss....." pintaku dengan nada memohon

"Hmm.... iya gue selalu ada buat lo."

Aku melirik jarum jam yang berputar cepat menempel di dinding. aku memikir seperti ada rasa yang hilang dan ternyata...

"Mampus telah nih. Mata kuliah dengan dosen killer itu kan hari ini dan kita udah telat di." mimik wajah tidak karuan seakan takut tidak lulus mata kuliah jahanam itu.

"Lo gak ada ngecek grup dari tadi?? kita gak jadi masuk, karena beliau mendadak dapat tugas di luar kota," cetusnya penuh kegembiraan.

Dari ufuk timur terlihat laki-laki yang merasa dirinya ganteng sejagad raya berjalan dengan santai, selalu menebar senyum sumringah ke setiap mahasiswa yang lewat. Teguh sahabat kecilku telah lama hilang akhirnya muncul kembali.

"Hai, gak ngampus kalian? Cabut ya atau jangan-jangan..." ledeknya penuh percaya diri dibalut tawa.

" Gila aja lo bilang cabut, yang ada dosennya gak masuk," serempak jawabku bersama Claudi.

"Di auditorium ada acara tuh. Katanya ada trainer sekaligus pengusaha muda." memberikan kertas selebaran flayer acara tersebu.

Mataku tak berkedip melihat flayer yang diberikan teguh. pengusaha dan trainer muda itu ternyata orang yang sama dengan dia yang selalu datang kerumah dimana waktu itu aku sangat terpuruk.

"Gue mau kesana!" Celetukku kepada dua orang sahabatku berharap belas kasih mereka.

" Tapi, itukan harus pakai tiket. Kita gak bisa masuk kesana, apalagi pasti itu acaranya ramai banget terutama kaum hawa,"ucapnya lirih raut mukanya seketika berubah

" Yasudah deh gak ada harapan gue lagi."

"Lo masih ada harapan ke sana. Kebetulan gue masih ada 3 tiket untuk masuk kesana."

Sedih berganti senyum sumringah yang aku berikan kepadanya. Aku merasa dia selalu ada untukku bahkan telah menyiapkan tiket acara talk show tersebut.

***
Penuh dekorasi gedung bewarna putih berukuran 14x14 tepat dilantai 8 sudah sesak dipenuhi kerumunan mahasiswa terutama kaum hawa. Acara yang ditunggu belum juga mulai. Kebisingan terjadi di mana-mana. Semua peserta sibuk dengan aktivitasnya masing masing.

Aku melihat beberapa dari mereka sibuk berfoto bahkan menggunakan gawainya untuk berkomunikasi dengan beberapa teman mereka. Kebisingan itu tiba-tiba berubah menjadi hening saat pengusaha muda itu masuk menuju podium.

Ternyata dia sosok pengusaha muda itu sudah mengetuk pintu hatiku.bagaimana caranya aku bisa menemuinya kembali untuk mengucapkan kata terima kasih? Apa aku harus menceritakan kepada kedua sahabatku ? Mana mungkin secepat itu aku menyukainya, kali aja hanya sebatas kagum dengan prestasi dan ketampanannya.

"Woi, lo kenapa bengong dari tadi? Mikirin apasih ? Jangan-jangan lo naksir ya sama pangeran ganteng yang turun dari kayangan itu ? " seru Claudi

" Ya enggak lah,ada cemburu ya ?"

Kali ini aku hanya bergeming sendirian, sementara teguh diam-diam selalu memperhatikanku. Aku takut menyakiti hatinya lagi bahkan untuk mengakui perasaanku kepada sang Patriot hanya aku pendam.

Ternyata benar ya setiap pertemuan ada perpisahan. Sekarang setelah berpisah beberapa bulan, akhirnya aku dipertemukan lagi dengan malaikat penolongku.

Berjam-jam duduk di ruangan ini hanya untuk bertemunya. Semoga aja aku bisa menemuinya setelah acara dan Allah memberikan aku kemudahan.

***
Diam-diam aku menyelinap kabur dari kedua sahabatku untuk menemukannya. Aku memberanikan diri menyapanya terlebih dahulu

"Assalamualaikum bang roni."

"Waalaikumsalam, eh Puput ini ya ? Sudah berubah kamu sekarang dan lebih cantik tentunya." Pujinya melihat perubahanku

"Alhamdulillah iya bg. Ternyata Allah mempertemukan kita kembali ya."

"Iya."
Nadanya kali ini lebih kelihatan begitu cuek. Apa mungkin aku sudah mengganggunya? Hatiku miris melihat perubahan saat pertama kali dia menemui dan menyemangatimu. Tapi nyatanya sekarang dia sudah tidak seperti dulu.

Aku buru-buru mengucapkan terima kasih lalu segera meninggalkannya sebelum air mata itu membasahi pipiku.

***

Tak lama kemudian hatiku terasa sesak, dadaku panas, hatiku hancur melihat ia bersama seorang perempuan.
Api itu membara direlung hati ini. kusela air mata yang selalu jatuh. Diam-diam raut wajah teguh berubah ketika melihatku termakan api cemburu.

"Siapa sih perempuan itu? Sepertinya dekat banget mereka," gumamku sendiri
Tiba-tiba seseorang menjawabnya

"Oh perempuan itu, dia Sekretaris sekaligus calon istrinya bang Roni." lukasnya

Aku gak percaya, mana mungkin bang Roni memiliki calon istri. Disisi lain aku melihat Claudi sibuk browsing mencari informasi, suaranya begitu mengejutkanku

"Put, benar deh dia calon istrinya.wajar sajalah Roni jatuh cinta kepadanya. Toh dia seorang model."

"Akh.. sudah deh gue gak mau dengar itu lagi, gue mau pulang!"

Sekuat tenaga aku lari meninggalkan mereka berdua. Aku sudah tidak perduli lagi. Duniaku hancur, dadaku semakin sesak melihat kedekatan mereka. Aku tak ingin melihatnya lagi. Lihat saja siapa yang akan mendapatkan hati seorang pengusaha itu.





Hijrah Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang