Sujud Cinta

4 0 0
                                    

Cintailah seseorang sedang sedang saja, siapa tahu di suatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah orang yang engkau benci secara biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu". (HR Tirmidzi)

Perjalanan di dunia penuh dengan lika-liku, terlebih perihal mencintai seseorang. Bukan hanya itu, keteguhan dan keistiqomahan hati di uji dengan berbagai macam cobaan yang diberikan oleh Allah.  Bersabarlah dalam menghadapi cobaan yang diberikan termasuk soal hati.

Kupu-kupu terbang dengan bebas seperti tidak ada aroma kepahitan yang di jalaninya.begitu pun  mereka para anak-anak jalanan itu tersenyum walau ada beban berat di pundaknya.

Terdengar nyaring suara-suara kajian di radio sore itu. Salah satu hal yang mengagetkanku seraya mengangkat sedkit pelipis mataku. Pengisi acara radio mengakatan sedikit nasihat "buat para wanita ada satu hal yang harus dijaga yaitu hati. Kenapa? Karena dari hati lah perbuatan zina itu berasal. Dalam hadist riwayat Tirmidzi, menjelaskan bahwa dalam mencintai seseorang atau sesuatu tidaklah diperbolehkan mencintai sesuatu secara berlebihan karenanya suatu hari bisa saja terjadi sesuatu yang membalikkan perasaan orang tersebut. Mungkin cukup sekian siaran radio kali ini semoga hikmah yang di dapatkan bisa diterapkan."

Terasa sesak menyambar-nyambar hatiku, apa mungkin aku masih belum seratus persen berhijrah dan mendekatkan diri kepada engkau? Aku takut bukan cintanya yang aku dapatkan melainkan ajal yang menjemput aku terlebih dahulu.

Kata-kata teguh dan penyiar radio itu semakin menusuk hati,namun aku sadar apa yang dikatakan mereka benar. Aku yang selama ini masih saja kurang bersyukur. Harusnya aku tidak mengumbar perasaanku sebenarnya. Melainkan cukup hanya Allah yang mengetahui.

Aku kembali teringat dengan perkataan Claudi. Memang ia tidak menyanggah apa pun pendapat bahkan bisa dibilang bentuk sanggahan teguh terhadapku. Untung saja, hatiku sudah sedikit mereda.

Sudah saatnya sekarang aku lebih merubah pribadiku,lebih mengharapkan dan mencintai Allah dari segalanya. Seperti kisahnya cinta sayyidina Ali dan Fatimah Azzahra.
Diam- diam saling menaruh hati satu sama lain namun dirangkai dengan cara yang berbeda. Rasa cinta Ali kepada Fatimah tumbuh sejak memasuki usia remaja, tapi Ali tidak bodoh, ia adalah pemuda yang beriman. Bertahun-tahun Ali memendam rasa cinta itu sampai kelubuk hatinya dan doanya. Bahkan Fatimah tidak pernah tahu bahwa Ali menyimpan perasaan yang dalam untuknya.

Sampai suatu ketika sayyidina Ali sudah dewasa hendak berniat melamar Fatimah Az-Zahra. Belum genap sayyidina Ali bin Abi Thalib, ia mendengar bahwa sahabat Rasulullah yaitu abu bakar Ash-Shiddiq telah melamar Fatimah. Ali bin Abi Thalib pun merasakan kegalauan dan kesedihan hatinya, karena wanita yang di cintainya akan dilamar oleh sabat Rasullullah yang lebih mulia. Ali bin Abi Thalib sadar, bahwa abu bakar Ash-Shiddiq mempunyai kualitas iman dan islam yang lebih tinggi darinya,akan tetapi kegalauan dan kesedihan itu berhenti sejenak,ketika beliau mendengar bahwa lamaran abu bakar di tolak.

Tak sampai disitu perjuangan sayyidina Ali, butuh bertahun-tahun. Ali bin Abi Thalib untuk memantaskan diri menjadi suami putri Rasulullah shalallahu alayhi wasallam, bahkan sudah pernah pasrah jika Fatimah menikah dengan orang lain dan buka menjadi jodohnya. Namun istilah takdir Allah Subhanahu Wata'ala, akhirnya Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah Az-Zahra.

Tidak ada yang tahu dengan siapa akan menjalani hidup suatu saat nanti. Karena jodoh, hanya Allah Subhanahu Wata'ala yang mengetahui. Dan satu hal yang pasti jodoh adalah cerminan diri  dan tidak akan pernah tertukar.sebagaimana kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang sudah lama terjalin, namun harus melewati jalan yang begitu terjal.

Seperti itulah yang aku harapkan. Belajar berproses menjadi lebih baik dan tetap berpegang teguh untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Perlahan-lahan aku mulai merubah kebiasaanku, tanpa sepengetahuan orang tua, aku selalu belajar untuk melakukan puasa Senin, Kamis dan Yaumil bidh. Selalu aku usahakan untuk terus melakukan sholat-sholat sunnah, terutama sholat tahajud dan dhuha.

Sungguh nyaman sekali dan menenangkan hati. ketika di sepertiga malam yang semua orang masih tidur,dan tak semua yang bisa melakukannya karena begitu banyak cobaan yang dilalui. Rasa kantuk harus tetap ditahan untuk bisa bersimpuh dihadapannya.

Sudah enam Minggu belakangan ini,konteks keterkaitanku terhadap Allah semakin dekat. Ketenangan jiwa dan rasa ikhlas sudah membuat aku tidak lagi memikirkan perasaanku kepada roni.  Di setiap tahajud hanya satu yang aku pinta berulang-ulanh, tak luput aku mendoakan kedua orang tua.

Malam ini, sungguh berbeda dengan yang lain. Begitu mudahnya untukku bangun tengah malam. Dengan hanya berniat untuk bangun pukul tiga malam.feelingku mengatakan dan menjadi alarm. Sedikit hatiku merasakan tidak nyaman, sekujur badanku merasakan kedinginan. Aku takut ini malam terakhirku di dunia. Aku usahakan untuk duduk, dan mengambil wudhu. Di dalam sholat aku menangis sesenggukan, ada rasa ketakutan yang mendalam. Aku tunaikan sholat dua rakaat,hanya semampu. Dengan menengadahkan tangan aku berdoa

"Ya Allah, hamba memohon ampun kepada engkau yang maha agung Tiada tuhan selain dia yang maha hidup lagi maha berdiri sendiri, dan hamba bertaubat kepadamu ya Allah.Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu As-Salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik. Ya Tuhan kami, limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa neraka.Tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya allah, hanya kepadamu hamba berserah diri yallah,lindungi orang tua hamba ya Allah, jauhkanlah siksa kubur kepada ibunda hamba ya Allah.hanya kepadamu hamba pasrah ya Allah,jika seandainya ini malam terakhir hamba untuk bersujud kepadamu, hamba ridho ya Allah. Ya Allah hamba sudah ikhlas, hamba serahkan semua perasaan cinta dengan makhlukmu kepada engkau ya allah, hamba telah mencintai engkau melebihi yang lain. Rabbana arina fiddunya Hasana wafil akhiroti Hasanah wakina azzabannar."

Selesai berdoa dengan cukup panjang terasa kelegaan hati dan ketenangan jiwa. Hari-hariku hanya dihabiskan untuk terus belajar dan belajar menjadi muslimah yang lebih baik. Pertemuanku dengan sahabat-sahabatku semakin intens,banyak hal yang dihabiskan bersama, suka duka selalu dilewati bersam. Namun dengan teguh, dia tetap menjadi sahabat terbaikku. Hanya waktu yang menjawab kemana hati ini akan berlabuh pulang ke rumah yang sesungguhnya.

Sepertinya aku sudah menahan kerinduan terhadap Claudi,selama proses hijrah dan selalu berdoa. Dialah salah satu penyemangatku. Pandanganku kali ini tertuju pada ponsel terletak di nakas. Aku raih ponselku untuk menghubunginya

Puput: " Assalamualaikum sahabat sesurga, sudah lama rasanya aku menahan rindu kepadamu"

Claudi: " waalaikumsalam,ukhti Sholehah. Aku juga merindukanmu,walaupun belum bertemu,cukup mendengar suaramu saja Alhamdulillah."

Puput:" bagaimana kabarmu, aku ingin sekali pergi kajian berdua denganmu dan menghilangkan kerinduanku kepadamu di"

Claudi: "Alhamdulillah bi Khoir, aku senang kamu mengajakku kajian.kapan waktunya Put?"

Puput:" setiap akhir pekan, ba'da ashar di mesjid Arrahman."

Claudi:" Alhamdulillah aku tidak ada jadwal dan bisa menemani kamu kajian.sudah dulu ya put,ada hal yang ingin aku kerjakan. Assalamualaikum."

Puput:" waalaikumsalam."

Aku letak kembali ponselku di tempat semula, perasaan senang,gembira menyelimutiku karena Claudi akhirnyanya bisa menemaniku pergi kajian. Satu hal tak terduga yang aku rasakan.

***
Alhamdulillah begitu tenang rasanya, walaupun kedekatan dan bertemu dengannya sudah tidak lagi sama.
Aku hanya bisa pasrah dengan ketentuan Allah, terkadang aku sempatkan diriku untuk menceritakan semua tentangnya di satu catatan diary yang aku persembahkan untuknya nanti

Assalamualaikum sahabat terbaikku

Maafkan aku jika harus mengingkari perjanjian persahabatan kita. Rasanya walaupun kita selalu berkumpul bertiha,tetap saja kamu sedikit menjaga jarak padaku.

Aku senang,kamu telah mengetahui larangan Allah untuk tidak berkhalwat dan selalu menjaga pandanganmu. Tanpa aku sadari perasaan cintaku selalu bertambah,ntah akan berakhir bahagia ataupun malah sebaliknya. Setelah aku mengetahui kamu menginginkan dia, mulai detik itu juga aku tak henti-hentinya selalu meminta kepada pemilik hatimu. Sekarang aku sudah tak perlu khawatir lagi, karena semuanya sudah aku serahkan kepada penciptamu, aku sadar... Aku bukanlah laki-laki Sholeh yang memiliki ilmu tinggi maka dari itu, aku tidak lagi berharap dengan mu, biarkanlah semua berjalan sesuai skenario Allah

Dari aku sahabatmu
Arrasaya Teguh Pratam

Hijrah Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang