9. Kepo

1.5K 117 5
                                    

"Gue dijodohin."

"APA?!"

"DIJODOHIN?"

"Sstt! Jangan teriak anjir!" Jennie celingak celinguk memandangi seluruh isi kelas yang kebetulan sedang sepi. Ia takut kalau teriakan ketiga sohibnya itu didengar oleh orang lain.

"G-gue--" Jennie buru-buru mengusap air matanya yang mulai keluar. Entah kenapa ia selalu ingin menangis kalau membahas masalah perjodohan itu.

"Gue minta tolong sama kalian jangan bilangin masalah ini ke Hanbin."

Setelah berbicara seperti itu, Jennie sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia langsung menangis sekencang-kencangnya di kelas.

"HUWAAAAHHHH~~

HIDUP GUE GINI AMAT SIH?!

GUE GAK MAU DIJODOHIN!

HUAAAAAAAA~"

Lisa yang kebetulan sedang duduk di samping Jennie langsung memeluk Jennie erat. Jisoo dan Rose tidak mau ketinggalan, mereka juga langsung memeluk Jennie erat.

"Yaampuuun."

Ketika mendengar suara laki-laki barusan, mereka langsung melepaskan pelukan mereka dan menoleh ke arah laki-laki itu. Taehyung namanya.

"Dasar cewek, ga ada angin ga ada hujan tiba-tiba nangis," kata Taehyung sambil geleng-geleng kepala.

"Lo bisa diem gak sih Tae?!" sahut Jisoo pada Taehyung.

"Woy! Daritadi gue diem!" sahut laki-laki lainnya yang kebetulan mempunyai nama panggilan yang sama seperti Taehyung.

Keempat gadis itu langsung menoleh ke asal suara, dilihatnya Taeyong yang sedang mojok di sudut kelas sambil melepas headphonenya.

"Yaampun Taeyong, gue lagi ngomong sama Taehyung, bukan sama lo," kata Jisoo.

"Kalian sih, namanya pasaran," sahut Rose.

"En--"

"Dah lah Tae, debat sama cewek ga akan ada habisnya. Mending lo gadoin pisang goreng, nih gua kasih satu," sahut Jimin sambil nyumpel mulut Taehyung pake pisang goreng yang dia beli di kantin.

"Gais, daritadi Taeyong di situ?" bisik Jennie pada tiga temannya.

"Iya mungkin," kata Jisoo.

"Gue malah baru sadar kalo ada Taeyong di pojokan," sahut Lisa.

"Gawat ini, dia denger semua omongan kita ga ya?" bisik Jennie lagi.

"Kayaknya nggak deh Jen, dia kan lagi pake headphone, jadi ga bakal denger," kata Rose sambil bisik-bisik juga.

Sementara di bangku belakang,

"Tae, lo tau ga si Jennie kenapa tiba-tiba nangis?" tanya Taehyung pada Taeyong sambil bisik-bisik.

"Mana gue tau," jawab Taeyong acuh.

"Yang bener? Daritadi kan lo di kelas," sahut Jimin yang sebenarnya juga kepo kenapa Jennie tiba-tiba menangis.

"Gue tadi denger samar-samar kalo Jennie itu di--"

"Di? Diapain?" Taehyung dan Jimin semakin penasaran.

"Di... Di... Diapain yaa? Gatau ah gue lupa, lagian tadi gue rebahan di lantai dan pake headphone, jadi ga kedengeran mereka ngomongin apa," jawab Taeyong.

"Dah ya, gue ke kantin dulu," lanjutnya sambil pergi meninggalkan Taehyung dan Jimin yang penasaran setengah mampus.



"Tapi lo udah tau kan Jen gimana bentukannya calon suami lo?" tanya Jisoo memastikan.

Saat ini keempat gadis itu sedang berada di rumah Lisa. Mereka sepakat kalau lebih baik cerita di rumah Lisa yang kebetulan sedang sepi daripada di kampus, ga aman katanya.

Jennie mengangguk. "Dia pilot."

Mendengar jawaban Jennie, ketiga perempuan itu kompak melotot kaget.

"WHAT?!"

"TERIMA AJA JEN!"

"Ih kalian mah, kok malah muji dia sih?"

"Hehe, kelepasan," kata Lisa sambil nyengir.

"Bukan muji, tapi emang jadi pilot kan keren Jen," sahut Jisoo.

"Iya gue tau dia keren. Tapi masalahnya kan gue ga cinta sama dia, beda kalo sama Hanbin, cinta setengah hidup."

"Gini aja deh, lo sama Hanbin bisa saling cinta karena sebuah kebiasaan kan? Nah kalau lo sama Chanyeol udah terbiasa, perasaan cinta itu bakalan tumbuh dengan sendirinya. Percaya deh sama kita," kata Rose.

"Kalo itu mah gue juga tau Rose. Yang jadi masalahnya ini si Hanbin mau dikemanain? Gue bingung, masa langsung diputusin begitu aja?"

"Emm iya sih, gue jadi ikutan bingung," sahut Jisoo.

"Intinya lo yang sabar aja ya Jen, kita gak bakalan kasih tau masalah ini ke siapa-siapa apalagi ke Hanbin kok," kata Lisa.

"Mungkin emang jodoh lo Chanyeol, bukan Hanbin," sahut Rose.

"Satu lagi, lo jangan sedih kayak gini lagi ya. Kalo lo butuh temen curhat langsung aja cerita ke kita. Kita siap dengerin hehe," sambung Jisoo.



Semilir angin sore yang menerpa wajah kedua lelaki berparas tampan tersebut membuat mereka enggan beranjak dari tempat tongkrongan yang sudah lama menjadi tempat berkumpul mereka di waktu luang itu.

"Hun, bantuin mikir dong, lo diem-diem ae daritadi."

Oh Sehun, sohib Chanyeol sejak jaman SD itu menoleh.

Oh Sehun, sohib Chanyeol sejak jaman SD itu menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mikirin apa sih?"

"Hufft~" Chanyeol menghela nafas panjang.

"Jadi daritadi lo ga dengerin bacotan gue?" lanjutnya dengan sedikit emosi karena sudah daritadi dia ngebacot dan Sehun seenaknya menjawab 'Mikirin apa sih?'

"Hehe, denger kok denger," Sehun nyengir. "Jadi gue harus gimana ini? Bantuin bilang ke mama lo kalau lo sebenernya nolak perjodohan itu? Iya?"

"Bukan, bukan gitu."

"Terus?"

"Bantuin gue mikir gimana caranya mutusin Seulgi."

"Lah kenapa diputusin?"

"Ya harus lah bambang, masa iya ntar gue udah nikahin Jennie masih pacaran sama Seulgi? Walaupun terpaksa gini juga gue ga mau nyakitin perasaan Jennie."

"Asik dong ini, Seulgi buat gue aja ye."

Mendengar jawaban Sehun, Chanyeol auto melotot. "Jisoo mau lo kemanain hah?"

"Santuy kali ga usah melotot gitu, lagian si Jisoo masih gue deketin, belum official, hehe."

"Anjir."

"Gue tau caranya Chan."

"Apa?"

•~• •~• •~•

To be continue

Only With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang