2. Bandung i'm back (REVISI)

416 74 49
                                    

Sambil dengerin lagu nya:)

Jangan lupa follow ya

Thank you

Sebelumnya
Nuhun= terimakasih/makasih

~~~~

Nashwa melihat ke arah jendela pesawat, hanya ada awan dan langit di situ. Saat ia menoleh ke bawah, ujung bibirnya sedikit terangkat. Nashwa meminum susu coklat miliknya.

"Penumpang yang terhormat, selamat datang di Eagle Airlanes penerbangan ke 2 akan membawa kita dalam 2 jam dan 25 menit, dengan ketinggian jelajah 33 ribu kaki di atas permukaan laut. Perlu kami informasikan bahwa penerbangan ini tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami mengundang Anda untuk memegang kursi kembali, menutup dan mengunci meja kecil yang masih terbuka di depan Anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama kapten Mario dan semua kru yang bertugas mengucapkan selamat pada penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan Anda untuk terbang bersama Eagle Airlanes"

Pukul 15.00 Nashwa dan kedua orang tuanya telah sampai di bandara Husein Sastranegara Bandung. Nashwa melepaskan sabuk pengamannya, ia berjalan menuju ke luar pesawat. Wajahnya terlihat sangat bahagia, ia tak henti-hentinya tersenyum sedari tadi.

Gadis berjilbab itu turun dari pesawat dengan perasaan senang dan menghirup aroma yang selama ini ia rindukan.

"Hi Bandung! I'm back," gumamnya.

Nashwa dan kedua orang tuanya berjalan menuju ke luar bandara, namun keduanya berhenti di tengah jalan.

"Urang makan heula yuk, mumpung belum sore teuing," ajak Fadhli-Papa Nashwa.
(Kita makan dulu yuk, mumpung belum kesorean)

"Hayu lah hayu, di mana? Kan papah mah sok apal di mana tempat makan nu raos," jawab Nashwa antusias, begitupun juga mama Nashwa yang menunggu jawaban dari Fadhli.
(Ayok lah ayok, di mana? Kan papa suka tau di mana tempat makan yang enak)

"Kita makan di ... Cuanki Serayu! Gimana? Setuju?" tanya Fadhli meminta persetujuan.

"Setuju!" seru Nashwa dan Dhini-mama Nashwa. Mereka pun berjalan menunggu taksi yang dipesan datang, karena untuk saat ini keluarga kecil itu belum ada kendaraan untuk bepergian. Kendaraan ada, namun tersimpan di rumah mereka di Medan.

Taksi yang dipesan pun sampai, ketiganya menaiki mobil itu untuk sampai ke tempat makan Cuanki Serayu. Nashwa terlihat memandang ke arah luar jendela, ia melihat beberapa perbedaan dan perkembangan di Bandung dibanding sembilan tahun silam.

15 menit berlalu, sudah terlihat beberapa orang yang mengantri di sepanjang tempat makan itu. Konon katanya sudah banyak orang yang menyimpan kisah bersama orang terdekat di tempat ini, sehingga mereka datang ke Cuanki Serayu untuk bernostalgia.

"Ngantri banget Ma, beda sama yang dulu," celetuk Nashwa dengan mulut menganga melihat antrian yang begitu panjang.

"Ya iya atuh kan berkembang, nggak di situ-situ aja." Nashwa mengangguk pelan. "Cari tempat dulu aja, nanti Mama aja yang pesen," amanat Dhini. Nashwa dan Fadhli pun duduk di salah satu tempat yang tidak begitu berdesak-desakan dan terlihat nyaman.

Beberapa menit berlalu, Dhini pun datang membawa nampan berisi tiga mangkuk siomay dan baso berkuah. "Wihh makan bang!" celetuk Nashwa tiba-tiba. Seketika Dhini dan Fadhli saling menatap dengan sorot heran, namun detik kemudian mereka tertawa.

"Kunaon Mah?"
(Kenapa Ma?)

"Hahaha teu ah, sok weh makan sing wareg," timpal Dhini dengan sisa tawanya.
(Hahaha nggak ah, kamu makan aja sampe kenyang)

Kisah di Bandung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang