3. Teman baru (REVISI)

262 66 24
                                    

Semua orang di Kota Bandung kini sedang sangat sibuk mempersiapkan diri untuk beraktivitas kembali di hari Senin. Mulai dari bekerja, sekolah, maupun kuliah. Termasuk Nashwa yang hari ini baru saja akan melaksanakan Masa Orientasi Siswa di sekolahnya. Dan seperti biasa, akan terjadi kerusuhan di apartemennya. Karena konon katanya keluarga Nashwa ini dijuluki sebagai keluarga SUKRIJA (Suka Riweuh Aja) atau family remod oleh keluarga besarnya yang lain.

"Mah ... tiung Nas ka manaa?" teriak Nashwa dari dalam kamarnya pada mamanya yang sedang sibuk memasak di dapur.
(Maa ... kerudung Nas ke manaa?)

"Ke mana apanya? Tiung emangna bisa leumpang?" sentak Dhini dari dapur.
(Ke mana apanya? Kerudung emangnya bisa jalan?)

"Ishh ... maksudnya teh di mana?" ralat Nashwa sambil terus mencari letak kerudung putih miliknya itu.

"Ya gak tau atuh, kan sama kamu kemarin," balas Dhini acuh karena dirinya juga sedang sibuk di dapur. Dan kini Fadhli tiba-tiba datang dari belakangnya dengan sebelah kaki yang memakai kaos kaki dan sebelah lagi tidak.

"Mah ai kaos kaki abi ka mana, naha eweuh di lemari?" tanya Fadhli dengan sebelah kaki yang telanjang.
(Ma kaos kaki aku ke mana, kenapa gak ada di lemari?)

"Aduh duka atuh, Pah, pan Mamah mah udah nyimpen di lemari masing-masing. Make kaos kaki nu sejen weh atuh! Ka lieur lieur," timpal Dhini tak ingin ambil pusing juga masih fokus pada masakannya.
(Aduh gak tau atuh, Pah, kan Mama udah nyimpen di lemari masing-masing. Pake kaos kaki yang lain aja! Gitu aja kok pusing)

"Euhh kumaha atuh, Mah??" gerutu Nashwa masih mencari kerudung putih segitiganya yang tiba-tiba menghilang.
(Yahh gimana dong, Mah?)

"ETA TEANGAN DI KORSI ATUH, NASHWA!" teriak Dhini sudah muai muak dengan suami dan anaknya ini.
(ITU CARI DI KURSI DONG, NASHWA!)

Jika Dhini sudah seperti ini, Nashwa tak bisa berbuat lagi. Mau kerudungnya ada atau tidak di kursi pun ia kan mencarinya sendiri tanpa bertanya lagi pada Dhini.

"Oh nya, ieu aya," seru Nashwa yang telah menemukan kerudunya di ruang TV.
(Oh iya, ini ada)

"Mantakna sing bener nyari teh!" pungkas Dhini sambil menyajikan masakan yang ia buat di meja makan.
(Makanya cari yang bener!)

"Hayu Nas! Katanya mau ada MOS, nanti telat loh," ajak Fadhli tanpa mempedulikan bau lezat yang menggugah selera dari arah meja makan, terlihat Dhini yang melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gak makan dulu? Udah Mama masakin loh, sayang kalo gak dimakan," bujuk Dhini pada suaminya, sedangkan Nashwa hanya terdiam menyaksikan perdebatan itu.

"Kumaha nya, masalahna geus telat ieu teh," ujar Fadhli sambil meirik ke arah jam tangannya.
(Gimana ya, masalahnya udah telat ini tuh)

"Oh yaudah, sana pergi nanti telat," pasrah Dhini dengan wajah yang mulai terlihat cemberut.

"Ma-makanannya?" ujar Nashwa.

"Gampang ini mah tinggal dibuang." Dhini membawa semua makanan yang ada di meja makn dan membawanya lagi ke dapur.

"Heeeeh jangan!" Nashwa menahan pergerakan Dhini. "Sini aja urang bawa buat bekel makan di sekolah." Nashwa mengambil sebuah kotak makan dari dalam lemari di dapur lalu mengambil piring berisi pindang tongkol dari tangan mamanya.

"Dah beres gak perlu dibuang, mubajir." Nashwa pun mencium punggung tangan mamanya lalu berjalan mengikuti Fadhli.

~~~

Kisah di Bandung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang