Dua

4.5K 428 3
                                    

"Apa! Tinggal di kediaman si brengsek itu? Tidak tidak! Tidak mungkin aku tinggal sekamar dengannya, eww." Yeri berlagak seperti sedang memuntahkan isi perutnya setelah mendengar kabar mendadak itu.

"Tapi nona, pangeran sudah menunggumu di depan kediaman. Jika kita telat sedikit saja, kita bisa dihukum. Pangeran tidak suka menunggu, nona." Shiye mencoba meyakinkan nonanya yang berubah menjadi keras kepala itu. Padahal sebelum insiden tenggelam di danau, Yeri bukanlah sosok wanita yang sulit diatur. Dia sangat lemah lembut dan selalu menjaga sikapnya dimanapun ia berada. Tapi setelah ia tenggelam di danau, ia berubah180°. Sifat bahkan sikapnya jelas sekali berbeda.

"Benar juga. Kalau kita diberi hukuman dari si brengsek itu, kita tidak akan bebas dari sini. Baiklah, ayo pergi." Yeri berdiri dan berjalan ke arah pintu utama. Shiye hanya mengekorinya dengan membawa berbagai tas yang berisi pakaian-pakaian Yeri.

"Akhirnya kau menyetujuinya juga? Kukira kau akan menolak perintah dari kaisar dan lebih mementingkan ego busukmu itu." ejek Jungkook dari dalam kotak yang berbentuk indah. Kotak itu biasa digunakan untuk menjemput permaisuri secara resmi. Ataupun menjemput petinggi negara lainnya. Di dalamnya sangat luas. Dengan tenaga kuda yang menjalankannya, kotak tersebut cocok untuk menjadi transportasi utama saat kencan.

"Kau tidak perlu mencampuri urusanku," Yeri melangkah dan sedikit menunduk untuk memasuki kotak berhias lampu merah tersebut.

Awalnya, ia sedikit tertegun dengan hiasan yang ada di dalamnya. Tapi setelah ia menatap tatapan mata Jungkook yang seakan-akan mengejeknya, ia tidak jadi memuji tempat itu lagi.

"Apa kau benar-benar suamiku? Tapi kenapa hatiku tidak berdesir saat berduaan denganmu? Ini aneh," Yeri memegang dadanya dan menutup matanya. Tapi semua itu percuma, hatinya sungguh tidak berdesir saat berduaan dengan Jungkook.

"Semua butuh proses. Aku yakin kau akan sangat mencintaiku,"

Yeri menatap Jungkook risih. "Yang benar saja. Tidak mungkin,"

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini,"

"Sudahlah, aku malas berdebat dengan pangeran sepertimu. Lebih baik kau diam dan biarkan aku tidur sejenak. Bangunkan aku jika sudah sampai di kediamanmu," Yeri menyenderkan kepalanya di jendela dan terlelap begitu saja.

Jungkook hanya berdehem sembari menikmati perjalanan yang terasa sangat lama itu. Kepala Yeri sering kali terkena dinding dengan bunyi yang cukup keras. Jungkook pun melihat dan menyadari hal itu. Tapi ada hak apa ia membiarkan Yeri tidur di bahunya? Menyentuhnya saja membuatnya sangat risih.

Yeri mengerang, menatap Jungkook dengan tatapan sayunya. Masih dengan keadaan setengah sadar, ia merapatkan jaraknya dengan Jungkook. Memeluk pria itu dari samping, dan berakhir dengan tidur di pahanya. Kaki kirinya ia letakkan di jendela, sedangkan kaki kanannya sudah menggantung di senderan sofa yang ia duduki.

Jungkook kesal. Tentu saja kesal. Dengan posisi kaki Yeri yang seperti itu, jati dirinya sebagai pangeran hancur sudah.

Ia mengambil kedua kaki Yeri dan merapatkannya. Tatapannya beralih ke wajah polos Yeri yang tengah tertidur pulas.

"Jika gelarmu bisa dicabut, aku tidak segan-segan menyiksamu nanti."

Jungkook bersender dan terlelap begitu saja.

.

.

.

.

.

"Tuan, apa nyonya tidak mengusik anda dengan posisi tidurnya yang seperti itu?" Yuanji melirik Yeri sekilas. Tidak menyangka kalau istri dari tuannya bisa bersikap kekanakan seperti itu.

"Tidak,"

"Kalau dibangunkan, nyonya akan marah. Lebih baik kugendong saja, tuan? Apa tidak apa-apa?"

Jungkook mengerutkan dahinya, "Tidak perlu. Aku yang akan menggendongnya,"

Jungkook mengangkat tubuh Yeri dan keluar dari sana. Berjalan tegap dengan menggendong tubuh Yeri ala bridal style.

"Pangeran Jungkook tiba!"

Para selir yang mendengar pemberitahuan itu langsung menatap ke pintu utama. Mereka langsung berjejer rapi untuk menyambut Pangeran mereka.  Selir Wang lah yang memimpin barisan tersebut.

"Selamat datang Pang—" Selir Wang, selir yang paling cantik di antara selir-selir lainnya terlihat terkejut setelah melihat wanita yang digendong oleh sang pujaan hati.

"Pangeran, kenapa kau menggendong Permaisuri?" tanya Selir Wang dengan hati-hati.

"Dia tertidur, dan akulah yang bertanggung jawab menggendongnya." Jungkook melewati para selir begitu saja. Baru beberapa langkah ia melangkah, lengannya ditahan oleh seseorang.

"Pangeran, lebih baik aku saja yang memapahnya. Dia tidak pantas kau gendong," Jungkook membalikkan badannya. Mencoba mencerna perkataan Selir Wang barusan.

"Tidak perlu, hanya aku yang berhak merawatnya. Kau pergilah," utus Jungkook dan berlalu pergi ke kamar kediamannya.

Jauh di antara para selir, Selir Wang mengepalkan tangannya dengan wajah masam. Ia pergi dari sana diikuti budak kecilnya.

"Shiye, kau jaga nonamu disini. Ada urusan penting yang harus kuselesaikan dengan Kaisar," Jungkook kembali berdiri setelah meletakkan Yeri di atas ranjang.

Shiye hanya mengangguk setelah mendapatkan perintah dari Jungkook. "Tapi ini kamar Pangeran, apa tuan tidak keberatan membiarkan Nona tidur disini?"

"Tidak. Mulai saat ini, aku dengan permaisuri akan tidur satu ranjang." tanpa menjelaskan apapun lagi, Jungkook pergi dari kamarnya diikuti dengan Yuanji.

"Nona, sepertinya Pangeran mulai menyukaimu." Shiye terkekeh kecil sembari menatap nonanya yang masih tertidur pulas.

"Nghh," Yeri menggeliat. Entahlah, ia merasa ada kebisingan yang mengganggu mimpi indahnya.

"Nona? Kau sudah bangun? Pangeran baru saja pergi dari sini, ia mengatakan kalau ia sedang a—"

"Bisakah kau berhenti berbicara? Kau sungguh mengganggu tidurku, budak kecil." Yeri terduduk. Masih dengan mata tertutup.

"Nona, namaku adalah Shiye. Bukan budak kecil," Shiye mendekati Yeri dan berjongkok di sisi ranjang. Menatap nonanya yang masih keadaan setengah sadar.

"Baiklah baik. Entah siapa namamu, aku akan memperlakukanmu sebagai adikku." Yeri menatap Shiye dari samping, lalu tersenyum kecil setelah melihat reaksi berlebihan dari Shiye.

"Aku ingin mandi, bisakah kau menyiapkan pakaian ganti untukku?" Yeri berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Tentu saja nona, aku akan menyiapkannya untukmu."

"Tunggu dulu, dimana handuknya?" Yeri menatap kesana kemari. Tetapi ia tidak menemukan sekain handuk satupun.

"Handuk? Apa itu handuk?" tanya Shiye bingung.

Karena malas berdebat, Yeri langsung memasuki kamar mandi begitu saja. Melepas pakaiannya dan berendam di kolam hangat bertabur kelopak mawar.

Ia menutup matanya merasakan sensasi kenikmatan yang menyapa kulit putihnya.

"Air hangat ini sungguh memanjakan kukitku," ucap Yeri bermonolog.

Kedua kakinya ia gerakkan secara perlahan. Saat ia membuka matanya, tatapannya langsung terkunci pada pria yang berada di hadapannya.

"Kau!! Kenapa kau disini!!"































To Be Continued


TIME TRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang