Dua Belas

3.3K 339 25
                                    

"Pangeran Jung, apakah kau benar-benar ingin bertemu denganku lagi di abad ke-21?" tanya Yeri kepada Jungkook ketika mereka memasuki kota.

Jungkook menoleh, "Tentu saja, kenapa aku tidak bisa menemuimu di jaman modern? Tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Han Jungkook."

Yeri terdiam, mencoba mencermati setiap kata yang Jungkook lontarkan barusan. Ini waktunya memulai segalanya, meyakinkan perasaan Jungkook yang sebenarnya, merupakan beban terberat bagi Yeri. Apakah gadis itu akan mendapatkan cinta sejati dari pria di sampingnya? Atau justru sebaliknya?

"Pangeran, bisakah aku bertanya suatu hal?" Yeri berhenti. Menatap Jungkook dan kemudian menunduk.

"Tentu saja,"

Yeri mendongak, menatap mata tajam Jungkook dan berkata. "Apa kau benar-benar mencintaiku? Kenapa kau berusaha menemuiku di abad ke-21?"

Jungkook terdiam sebentar, apa yang harus ia jawab? Apakah ia harus jujur? Atau berbohong?

"Tidak. Aku sama sekali tidak mencintaimu. Aku mencintai Selir Wang. Jika kau bertanya kenapa aku ingin terus bereinkarnasi ke jaman modernmu, karena aku ingin belajar segalanya."

Baiklah, alasan itu sama sekali tidak masuk akal. Apa hubungannya ruang dan waktu dengan belajar segalanya? Toh dia tidak akan kembali ke jaman kuno ini setelah ia bereinkarnasi.

"Baiklah, kalau aku pergi nanti, kau hidup berbahagialah dengan Selir Wang." Yeri melanjutkan langkahnya, meninggalkan Jungkook dibelakang dengan jutaan pertanyaan yang hinggap di benaknya.

"Apa aku salah bicara?"

.

.

.

.

.

"Shiye, dimana Pangeran? Kenapa aku belum melihatnya?" tanya Yeri.

Benar. Setelah pulang dari hutan tadi, Jungkook sama sekali tidak ingin berbicara dengannya. Kesalahan apa yang Yeri perbuat sehingga Jungkook seakan-akan menjauh darinya?

"Pangeran sedang berada di kediaman Selir Wang. Ada apa nona? Apa kau mencarinya?" Yeri menggeleng kuat. Bagaimana bisa ia mencari pria yang ia benci selama ini?

"Tidak, aku hanya bertanya saja. Jangan berfikir aneh-aneh,"

"Ah baik nona,"

Yeri memutuskan untuk berputar mengelilingi kediaman Jungkook. Selama beberapa hari ini ia tinggal di kediaman Jungkook, ia sama sekali belum berkeliling di kediaman tersebut. Wajar baginya kalau ia selalu saja tersesat ketika ingin berpergian.

"Sayang, apa kau ingin menginap di kediamanku malam ini?"

Yeri berhenti. Ia tau itu adalah suara Jungkook. Yeri mencari dimana sumber suara itu berada. Dan ya, dugaannya benar. Jungkook sedang bersama dengan Selir Wang di taman belakang kediaman. Menaiki ayunan bersama dan saling bergandengan tangan. Bahkan selama Yeri berada di sisinya, Jungkook belum pernah melakukan hal seromantis itu dengannya.

"Tentu saja, Pangeran. Aku akan menginap di kediamanmu malam ini. Tapi bagaimana dengan jalang itu?"

Wait, siapa yang dia sebut jalang!-xyr

"Jalang? Siapa yang kau maksud?" Jungkook mengernyitkan dahinya, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Selir Wang.

"Tentu saja Permaisuri Xiao, siapa lagi?"

Jungkook terkekeh. Tak menyangka Selir Wang mengatai Yeri dengan sebutan Jalang. Kalau saja Yeri mendengarnya, pasti ia akan marah dan mencoba membalas tindasan Selir Wang.

"Kalau kau tidak suka dengannya, aku bisa memindahkannya ke dalam kamar pelayan. Beres bukan? Lagipula akhir-akhir ini aku tidak ingin berbicara dengannya,"

Ohh begitu, jadi itu alasan kenapa kau terus menghindariku selama ini? Baiklah, aku tidak akan berbicara denganmu juga. Aku akan pindah ke kediamanku!-xyr

"Benarkah? Aku tidak sabar melihat wajah kesalnya itu,"

"Sesemangat itukah kau mengusir Permaisuri Xiao? Kalau kau tidak sabar lagi, aku bisa mengusirnya sekarang."

Jungkook berdiri, sambil menggenggam tangan Selir Wang, mereka berjalan beriringan menuju kamar pribadi Jungkook.

Saat Jungkook ingin membuka pintu, pintu tersebut lebih dulu terbuka dan menampakkan seorang gadis yang membawa beberapa tas dari dalam sana. Dengan cepat, gadis itu pergi meninggalkan mereka dengan seorang pelayan di sisinya.

"Tidak kusangka ia akan pergi tanpa kita suruh." cibir Selir Wang sengaja mengeraskan suaranya agar Yeri bisa mendengarkan ucapannya barusan.

"Nona, tenang. Kita akan kembali ke kediaman, kau tidak akan terus merasa emosi disini."

Yeri mengangguk, dan menarik lengan Shiye untuk segera masuk ke kereta milik Permaisuri.

"Mau kemana gadis itu? Bukankah aku ingin menyuruhnya tinggal sementara di kamar pelayan? Kenapa dia membawa semua barang-barangnya dan pergi dari kediamanku?" Jungkook menatap tak terima melihat kereta Permaisuri pergi begitu saja meninggalkan kediamannya.

"Tidak apa-apa. Lagipula sangat bagus jika ia segera pergi dari kediamanmu, kau tidak akan merasa terusik lagi, bukan?" Selir Wang mengelus pipi Jungkook lembut, dan melangkahkan kaki kedalam kamar.

"Tentu saja,"

***

"Xiao Yeri!! Aku merindukanmu!"

Onjun berlari mendekati Yeri dan memeluknya erat. Setelah tau Yeri akan kembali ke kediaman, Onjun bersikeras untuk menyambut Yeri dengan spesial.

Yeri tertawa kecil dan mengelus punggung Onjun, "Hei, sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu, Njun?"

"Tidak baik! Aku ingin sekali menemuimu, tapi Kakak Ketiga tidak mengijinkanku untuk pergi menemuimu. Padahal aku ingin memberi hadiah untukmu," Onjun melepaskan pelukannya. Bibirnya membentuk lengkungan kebawah, tanda ia kecewa dengan situasi hari itu.

"Benar juga, aku belum menerima hadiahmu saat itu. Bisa kau tunjukkan sekarang?" tanya Yeri antusias. Semua hal yang berhubungan dengan hadiah, Yeri pasti akan bersemangat. Itu merupakan salah satu kunci membujuk Yeri ketika ia marah.

"Tentu saja! Kebetulan aku sudah mempersiapkannya sebelum datang kemari," Onjun mengambil kotak kecil yang berasa di saku pakaiannya, dan membukanya di hadapan Yeri.

Sebuah kalung bermotif kupu-kupu yang menggantung ditengahnya, sangat mengundang gejolak keriangan di diri Yeri. Gadis itu sangat menyukai kupu-kupu, bahkan saat ia masih hidup di abad ke-21, ia memiliki kebun yang memiliki banyak kupu-kupu. Berbagai jenis kupu-kupu, ia pelihara di kebunnya. Ia pun sempat mengembang biakkan kupu-kupunya dan membiarkan mereka bebas beterbangan di udara.

"Indah sekali. Bagaimana kau tau aku menyukai kupu-kupu?" tatapan matanya tidak terlepas dari kalung emas yang masih berada di genggaman Onjun.

"Feeling! Apa kau ingin aku mengenakannya pada lehermu?"

Yeri mendongak, dan mengangguk kecil. Ia membalikkan badannya dan menyampingkan rambutnya ke salah satu bahunya.

Tangan Onjun melingkar sempurna pada leher Yeri dan mengaitkan sisi pengait pada kalung tersebut. Ini adalah kali pertama Yeri sesenang ini setelah ia hidup beberapa bulan di dimensi orang. Ia berjanji ia akan membawa kalung ini melintasi ruang dan waktu bersama!

"Terimakasih Onjun, aku menyayangimu! Sebagai gantinya karena kau menyiapkan hadiah sespesial ini, aku akan mentraktirmu di salah satu kedai terdekat!" Yeri memegang kedua bahu Onjun, dan menggenggam tangannya untuk keluar dari kediaman.

"Baiklah!"






















To Be Continued

TIME TRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang