Tiga Puluh Empat

2.3K 285 43
                                    

"Apa maksudmu?" Amy menggebrak meja kala Yeri mulai memasuki ruangan sekretarisnya. Ia terlihat tidak terima karena Yeri sudah menjelekkannya di belakang. Ia selalu berfikir, ia tidak pantas dijelekkan, karena apa yang ia punya sudah sangat sempurna. Tubuh yang langsing, wajah yang cantik, dan kulit yang putih bersih.

"Apa maksudku? Ya apa?" Yeri bertanya kepada diri sendiri. Hal itu mampu mengundang gejolak emosi Amy semakin menjadi.

Gadis itu mendekati Amy dan duduk di kursi kerjanya. Tentu saja Amy melotot tak percaya, melihat anak magang yang seberani itu padanya. Sebelum Yeri bekerja di Perusahaan Jeon, mana ada anak magang yang berani melawannya seperti ini. Jangan mengambil contoh yang jauh-jauh, pekerja disini saja selalu sopan padanya. Tidak pernah membantah, dan selalu melaksanakan tugas yang diberi oleh Amy. Tapi siapa sangka? Mungkin semua orang yang berlagak baik di depan, tapi kenyataannya, ia selalu menjelekkanmu dibelakang.

Amy menarik Yeri yang masih terduduk santai di kursi kerjanya, "Berani sekali kau!"

Yeri mengangkat kedua tangannya, mencoba menenangkan Amy yang sudah terlalu marah melihat kelakuannya, "Kau memanggilku, dan aku sudah datang. Kau tidak menyambutku dengan baik, tapi kau justru membentakku. Apa kau ingin kubentak juga?"

Amy terkekeh merendahkan, tatapannya seolah-olah memancarkan tatapan tidak suka, "Memang kau siapa? Berani sekali membentakku."

"Aku sainganmu. Lihat, siapa yang akan mendapatkan hati Jungkook, itulah pemenangnya. Selamat datang di permainan ini, jangan curang hanya untuk mendapatkan apa yang kau mau." Yeri menepuk pundak Amy, ia berjalan keluar dari ruangan sekretaris itu.

"Bagaimana kalau aku curang?" tanya Amy menantang.

Yeri lantas berbalik, kembali mendekati Amy, dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Amy. Ia melihat tatapan itu, tatapan penuh kebencian Amy pada dirinya. Suasanapun semakin tegang, aura itu semakin menguasai mereka. Sampai pintu ruangan terbuka, membuat fokus mereka teralih dan menatap ke seseorang yang baru saja memecah suasana mereka.

"Jungkook? Apa kau mencariku?" Amy berjalan menghampiri Jungkook yang berdiri di ambang pintu. Tatapan Jungkook tidak memperhatikan Amy, ia menatap Yeri yang tengah menatapnya. Mereka berdua sempat melakukan kontak mata, tapi Yeri langsung memalingkan wajahnya dan memutus kontak mata mereka.

"Apa kau kemari untuk datang mencariku?" tanya Amy. Tangannya bergelanyutan mesra di lengan Jungkook.

Dengan cepat, ia melepaskan tangan Amy yang memeluk lengannya, "Aku tidak mencarimu. Aku mencari Yeri karena Aera mengatakan kalau dia ada disini,"

Yeri menoleh tak percaya, begitu pula dengan Amy. Kini, giliran Yerilah yang beraksi. Memamerkan perkembangannya yang bahkan jauh dari perkembangan Amy. Gadis itu terkekeh geli melihat Amy mencoba menelan ekspresi malunya.

"Kenapa kau mencariku? Apa sampel dokumen tadi tidak memuaskanmu?" Yeri melangkah mendekat, tidak ingin menyentuh pria di hadapannya. Mungkin untuk saat ini, mereka bertatapan saja sudah sangat cukup bagi Yeri.

Jungkook menggeleng, "Ini sudah jam makan siang. Ayo makan diluar,"

Yeri terdiam sejenak, matanya mengerjap sebentar. Apa Jungkook benar-benar mengajaknya makan bersama? Seorang Jeon Jungkook yang notabenenya menjadi CEO muda terkenal itu kalah di tangan Yeri? Bahkan hanya hitungan hari saja? Kim Yerim, bakatmu luar biasa.

"Kenapa kau diam? Ayo," Jungkook menarik tangan Yeri dan menggenggamnya. Mereka berdua menghilang dari balik pintu ruangan Amy. Meninggalkan gadis malang itu sendirian di ruangan yang penuh dengan suasana mencekam.

"Lihat saja bagaimana caraku menyiksamu nanti," gumam Amy.

Lift itu terasa begitu sepi. Saat para pekerja melihat Jungkook dan Yeri berada di lift yang sama, itu membuat mereka gugup dua kali lipat dari biasanya. Entah apa alasannya, tapi feeling mereka tidak bisa menolak kenyataan tentang betapa gugupnya mereka berada di satu lift yang sama dengan Jungkook dan Yeri. Mungkin batin mereka mulai merasakan, kalau Yeri akan menjadi istri direktur di masa depan.

Setelah berhasil turun ke lantai dasar, Jungkook kembali menarik Yeri untuk lekas pergi dari lift perusahaan. Ia mulai mengarahkan Yeri untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Apa tidak apa-apa jika para pekerja itu melihat kita makan siang bersama? Bukankah terlalu canggung?" Yeri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ketika Jungkook mulai menginjak pedal gas mobilnya.

Jungkook menoleh sekilas, "Kenapa? Apa kau tidak nyaman? Kalau kau tidak nyaman, aku akan meminta asistenku untuk membangun lift lagi."

Yeri mengerutkan dahinya, "Lift? Untuk apa membangun lift lagi?"

"Agar kau merasa nyaman. Toh lift itu akan dikhususkan untukmu dan untukku saja, jadi tidak ada lagi pekerja lain yang akan menyudutkanmu." Jungkook mengelus puncak kepala Yeri. Membuat sengatan panas itu menjalar ke pipi Yeri, dan mau tidak mau, ia harus memalingkan wajahnya agar Jungkook tidak bisa melihat wajah konyolnya itu.

"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku disudutkan oleh teman kerjaku?"

"Memangnya aku tidak memperhatikanmu?"

Cukup sudah. Yeri tidak bisa menahan ini lagi. Gadis itu sudah mati-matian menahan senyuman bahagianya ketika Jungkook sedikit demi sedikit mulai menerimanya kembali. Padahal, ia tidak melakukan pengorbanan apapun, tapi Jungkook bisa pulih secepat ini.

Awalnya ia sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi, karena sikap Jungkook padanya sangat berbeda jika dibandingkan dengan kisah mereka sewaktu di Dinasti Qing. Lihat saja sikapnya yang sekarang, Jungkook lebih lembut dan sangat perhatian padanya. Dimana Jungkook yang selalu beradu mulut dengan Yeri? Apa keperibadian Jungkook juga mulai berubah seiring reinkarnasi itu berjalan?

"Kenapa diam?"

Yeri berdehem, ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Jungkook. Gadis itu memilih diam dan menatap ke jendela mobil. Tatapannya teralih ketika ponsel Jungkook berdering dengan kencang. Pria itu lantas menjawab telefon dari asistennya.

"Ada apa?"

"..."

"Baiklah, setelah makan siang nanti, aku segera kembali untuk rapat dengan Perusahaan Xiao."

"..."

"Yuanji, aku akan menyetir sendiri. Kau bisa menggunakan mobil kantor untuk mengawalku dari belakang."

"..."

"Tidak ada tapi,"

Jungkook memutuskan panggilan itu secara sepihak. Ia meletakkan ponselnya di saku jasnya dan kembali fokus ke jalanan. Jungkook sama sekali tidak menyadari Yeri yang sedari tadi menyimak betul apa yang ia bicarakan dengan asistennya.

"Direktur Jeon, apa kau memanggil nama Yuanji?" tanya Yeri hati-hati.

"Iya, dia asistenku. Kenapa? Apa kau mengenalnya?"

Tentu saja mengenalnya!-kyr
























































To Be Continued

TIME TRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang