Empat

3.9K 403 7
                                    

"Kau memanggilku dengan nyalang. Kau tidak diijinkan untuk menerima ajaran menunggang kuda dariku," balas Jungkook datar.

Tangan Yeri memegang tali kendali di antara kedua tangan Jungkook. "Pangeran Jungkook yang paling kusegani, bisakah kau mengajariku menunggang kuda?"

Jungkook menimbang-nimbang sebentar, lalu menjawab. "Terlihat lebih sopan. Baiklah, aku akan mengajarimu menunggang kuda."

"Kau harus mengontrol kuda dengan perasaan. Jika kau terlalu kasar padanya, kuda itu akan bertindak jauh dari perkiraanmu. Kalau kau memperlakukannya dengan lembut, kau bisa dengan mudah mengontrol emosinya dan bisa meninggikan atau merendahkan kecepatan berkudamu. Kau faham? Sekarang cobalah," Jungkook melepaskan genggaman tangannya pada tali kendali, dan beralih memeluk pinggang Yeri dari belakang.

Lagi-lagi pria ini memeluk pinggangku-kyr

"Aku memeluk pinggangmu agar aku tidak terjatuh. Kau jangan berfikiran yang tidak-tidak," seperti tau isi hati Yeri, Jungkook menjawabnya dengan kepercayaan diri yang tinggi.

"Cih, lebih baik kau jatuh saja. Aku ikhlas melihatmu kesakitan," Jungkook hanya diam dan memperhatikan cara Yeri menunggang kuda.

Awalnya kuda tersebut melawan perintah Yeri, tapi karena Yeri bukanlah gadis yang mudah dikalahkan, ia terus mencoba sampai kuda itu takluk padanya.

"Kemampuan berkudamu sangat bagus. Kalau kau bisa memenangkan pertandingan besok, aku akan menghadiahimu seekor kuda betina."

Yeri menggeleng, "Aku tidak ingin kuda betina. Aku ingin kuda jantan,"

"Tidak bisa. Kudaku sudah jantan, kau tidak boleh membeli kuda bergender sama dengan kudaku."

"Tapi aku hanya mau jantan!"

"Kau harusnya bersyukur bisa kubelikan kuda. Memangnya kau memiliki uang untuk membeli kuda?"

"Tidak,"

"Ck, tidak memiliki uang masih saja berlagak kau memiliki segalanya."

"Ash. Yang penting aku mendapatkan kuda, terserah kau mau membelikanku kuda bergender apa."

"Baiklah,"

Perjalanan sore itu terasa membosankan bagi keduanya. Yeri segera mempercepat kecepatan kudanya agar bisa sampai ke kediaman lebih cepat.

"Aku lupa jalan pulang," Yeri menoleh ke bahu kanannya agar bisa menanyakan jalan pulang kepada Jungkook.

Tapi, Jungkook yang bersender di bahunya lebih dulu tertidur saat perjalanan tadi. Yeri yang melihatnya menjadi kesal. Ia tidak mengetahui jalan pulang, jikalau tersesat nanti, pasti ia yang akan disalahkan.

Ia menghentikan seorang anak kecil dan menanyakan dimana letak kediaman Pangeran. Setelah tau arah jalannya, ia kembali menunggangi kuda untuk segera sampai ke kediaman.

"Nona, akhirnya kau pulang juga. Ini sudah sangat malam, kenapa kau pulang terlambat? Kau baik-baik saja, bukan?" Shiye memegang kaki Yeri yang menggantung di sisi kuda.

"Aku tidak apa-apa. Kau panggil Yuanji untuk menggendong tuannya ini," Yeri menunjuk ke arah belakang. Seakan-akan mengerti apa yang dimaksud Yeri, Shiye segera mencari Yuanji.

"Yuanji, akhirnya kau datang juga. Bahuku terasa mati rasa. Cepat kau gendong tuanmu yang berat itu,"

Yuanji mengangguk cepat, "Baik nyonya."

Setelah Jungkook turun dari kuda, barulah Yeri turun. Ia meregangkan ototnya agar bahunya tidak nyeri lagi.

"Nona, malam ini kau akan tidur dengan Pangeran. Bukan hanya malam ini, malam seterusnya juga akan seperti itu."

Yeri yang sedang asyik memijat bahunya, refleks menatap Shiye dengan tatapan terkejut.

"Apa! Tidak mau! Aku mau tidur di kediamanku saja!" Yeri berlari ke pintu utama dan berniat membukanya.

"Tapi nona, jika Kaisar tau akan hal ini, kau akan dihukum berat." teriakan Shiye mencelos hatinya. Dengan berat hati, Yeri kembali ke kamar kediaman Jungkook untuk tidur bersama pria brengsek itu.

"Baiklah, aku akan tidur dengannya. Kau bisa keluar," Shiye mengangguk dan segera keluar dari kamar Pangeran. Disusul dengan Yuanji.

Mereka pergi ke kamar mereka masing-masing sembari mengawasi tuan dan nona mereka.

"Apakah aku harus tidur satu ranjang dengannya? Tapi itu sangat mustahil. Atau lebih baik aku menurunkannya agar tidur di bawah? Tapi dia sudah tidur, aku tidak akan sekejam itu. Kalau aku yang akan tidur dibawah, tubuhku sakit semua. Tapi mau gimana lagi, tidak ada cara lain."

Yeri mengambil bantal yang bentuknya seperti guling kecil, dan meletakkannya di atas karpet. Lantai kamar Jungkook tidaklah dingin, lantai ini sudah dilapisi karpet tebal. Terlihat mewah sekali bukan? Yah itulah kediaman seorang Pangeran yang sebenarnya.

"Malam ini aku berkorban banyak untuknya. Padahal besok adalah pertandinganku. Dan aku tidur dengan kondisi seperti ini. Menyedihkan sekali hidupku," Yeri mengasihani dirinya sendiri. Karena banyak mengumpat, ia tertidur begitu saja.

.

.

.

.

.

Sinar mentari begitu saja memasuki celah jendela kamar Jungkook. Sinarnya langsung mengenai wajah Yeri, membuatnya menggeliat tidak nyaman.

"Kau sudah bangun?" mendengar sapaan berat dari seseorang, Yeri membuka matanya.

Ia melihat keadaannya sekarang. Pagi-pagi buta seperti ini membuatnya tidak bisa melihat dengan begitu jelas.

Jungkook mengerutkan dahinya, "Kenapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?"

"Kau tidur denganku sepanjang malam?"

"Iya,"

"APA?!"

"Tidak perlu terkejut seperti itu. Kau menarikku dari bawah, dan membuatku terjatuh. Tiba-tiba kau memelukku bak guling. Apa kau sama sekali tidak menyadarinya?"

Yeri menutup mulutnya, masih tidak percaya dengan apa yang ia lakukan tadi malam. "Benarkah aku seperti itu?"

"Kalau tidak percaya, lihat saja lebamku ini." Jungkook menunjukkan lebam di sekitar lengannya. Lebam itu menunjukkan bahwa ia benar-benar terjatuh dari ranjang dan berakhir tidur bersama dengan Permaisuri bodoh.

"Kalau begitu aku minta maaf," Yeri menyengir. Sama sekali tidak ada siratan rasa bersalah pada tatapan matanya.

"Tidak perlu minta maaf. Lebam ini tidak ada apa-apanya bagiku,"

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mempersiapkan diri untuk pertandingan nanti," Yeri ingin duduk, tapi Jungkook menariknya lagi. Pria itu memeluk Yeri seperti guling. Yeri yang belum siap dengan tindakan mendadak seperti itu, langsung sesak nafas karena pelukan Jungkook yang sangat erat.

"Tadi malam kau membuatku tidak bisa bernafas. Kau harus merasakan apa yang aku rasakan tadi malam," Jungkook kembali mengeratkan pelukannya, dan membalikkan tubuh Yeri agar berhadapan dengannya.

"Ka-kau gila! Aku sama sekali tidak bisa bernafas, bodoh!"

Jungkook merasa terhibur dengan ekspresi Yeri yang kini sudah memerah padam. Entah ia marah, atau tidak bisa bernafas.

"Kau merendahkanku, Jungkook! Lihat saja kau!"































To Be Continued

TIME TRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang